Peluk Jjaeni

505 49 71
                                    

"Masuk!" seru seseorang dari dalam ruangan begitu Minhyun mengetuk pintu. Mata Minhyun membola terkejut saat melihat ada pria yang sedang memangku bosnya.

"Abaikan orang yang ada di belakang engh kuh," ujar Jisung.

"Baik, Jisung-nim." Minhyun berdeham pelan, "Jadi tujuan Anda memanggil saya kesini apakah untuk membahas tentang pertukaran anak yang diculik itu?"

"Aaghhh iyahh tepat seperti perkiraanhh, agghhh, Seongwu, berhenti sebentar, kau tidak melihat akuh sedang anghh berbicara dengan anak buahku?" ujar Jisung setengah mendesah.

Seongwu tidak peduli, bahkan dirinya malah memposisikan tubuh Jisung pada meja kerja. Menunggingkan Jisung agar dirinya lebih mudah menjamah hole sempit sang kekasih. Seongwu semakin menyodok penisnya pada pantat mulus Jisung.

Minhyun meringis menonton live sex sang atasan. Rasanya seolah mendapat hukuman karena perbuatan nistanya kepada Jaehwan. "Ah, Tuhan, Kau kejam sekali menghukumku dengan cara seperti ini," batin Minhyun miris.

"Aku ingin lekas keluar," jerit batin Minhyun, "namun, apa daya. Aku tidak bisa keluar begitu saja sebelum Jisung-nim memberikan kejelasan kenapa memanggilku ke kantor."

"Enghh~ Minhyun, bisakah kau tunggu sebentar? Duduk di sana," tunjuk Jisung tak bertenaga pada arah sofa tak jauh dari sana.

"Aku tidak bermaksud memanggilmu dalam keadaan seperti ini. Kekasihku ini, ahhh, tidak pernah mengerti situasi," tambah Jisung terbata.

Wajah Minhyun memerah, ia hanya bisa mengangguk. Serta diam-diam menekan selangkanganya yang mulai menegang.

Susah payah Minhyun berjalan menuju sofa hingga kekasih bosnya itu berujar, "Kau tau Minhyun-sii? Ini adalah hukuman untukmu, karena telah berani membuat Tuan Muda Jjaeni menjerit. Seharusnya kau awasi tangan kurang ajar anak buahmu."

Mata Minhyun membola. Ia menengok tak percaya. "Padahal bukan aku yang membuat Jaehwan menjerit, aku 'kan hanya meneleponmu," batin Minhyun miris.

"Aahhh~ Anhhh, Ongie, berhennti menabrak prostatku!" seru Jisung yang sudah mulai kehilangan kesadarannya.

"Tidak bisa sayang, aku tidak bisa begitu saja mengabaikan titik ternikmatmu."

Seongwu membungkuk, berbisik rendah, "dan sebaiknya kau jelaskan saja maksud dan tujuan memanggilnya kemari, aku tidak rela dia menatap tubuh indahmu terlalu lama, sayang." Dilijatinya leher Jisung sensual.

"Aanhh sialan kau, Seongwu, membuatku terlihat lemah di mata bawahanku," desis Jisung di antara desahan.

"Kau memang lemah dengan tikaman senjata tumpulku sayang."

Ingin rasanya Minhyun memaki ucapan tak senonoh dari kekasih atasannya itu, namun ia masih sayang nyawa.

"Uhh engghh, Minhyun, kau tidak perlu meminta berkas obligasi pada pelayan Jjaeni. Karena pelayan itu adalah enghh anhh Seongwu orang anhh yang sedang menggagahiku saat ini."

Jisung melenguh, "dan aanhh ahhh tolong katakan pada Sungwoon dan Daniel, kalau hari ini kalian akan mengembalikan Jjaeni pukul 6 di tempat yang sudah kalian janjikan."

"Ba-baiklah, Jisung-nim. Apa sekarang saya boleh keluar?"

"Enghh anhh yeah."

"Tidak," cegat Seongwu tepat di saat Minhyun sudah bangkit dari duduknya. "Tunggu sumpai kami klimaks."

Tuan Muda JjaeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang