Malam tiba. Abi dan Naura berpakaian serba putih. Mereka duduk di depan penghulu dengan keluarga Abi sebagai saksi. Di sana juga ada Erlang, teman baiknya Naura sejak dulu. Erlang adalah satu-satunya orang terdekat Naura yang menyaksikan pernikahannya.
Tadinya Naura juga mau gabarin Friska sama Caca, cuma Naura takut kedua sahabatnya itu gak siap denger kabar ini. Nanti yang ada malah dua cewek itu ribut gak jelas nanya ini dan itu.
Seenggaknya dengan kehadiran Erlang bisa mengurangi rasa sedih Naura karena gak ada keluarga yang nemenin dia.
"Saya terima nikah dan kawinnya Naura Jelita binti Bagas Kelana dengan mas kawin tersebut tunai!"
"SAH!!"
Helaan napas keluar dari mulut Abi begitu ijab selesai diucapkan dan semua saksi bilang sah. Abi langsung ngeliat ke arah Ibu yang nangis terharu karena udah ngeliat anak bungsunya menikah.
Gak lupa Abi langsung beralih ke Naura. Cewek di sampingnya itu sekarang udah sah secara agama menjadi istrinya.
Demi apapun Abi gak akan pernah ngelupain semua kebaikan dan pengorbanan Naura untuk dia dan Ibunya.
Abi ulurin tangan kananannya ke Naura dan cewek itu langsung mencium tangan suaminya, abis itu giliran Abi yang cium Naura di kening.
Entah gimana perasaan keduanya. Mereka ngelakuin ini demi Ibu. Mereka berharap dengan cara ini Ibu bisa pulih dan segera membaik.
Tapi hal itu gak mungkin terjadi ketika Ibu kembali mengalami serangan jantung setelah proses akad selesai. Sambil nahan sakit, Ibu genggam tangan Abi dan Naura.
"Naura, temenin Abi, ya. Terima kasih karena kamu bersedia jadi istri Abi. Ibu seneng banget anak bungsu Ibu udah punya pendamping."
Naura ngangguk denger perkataan Ibu, sebisa mungkin dia gak nangis dan mati-matian ngulas senyum untuk Ibu mertuanya itu.
"Abi... jaga istri kamu baik-baik ya, Nak. Jangan sakitin dia. Kalo kamu kayak gitu, sama aja kamu udah nyakitin Ibu."
"Iya, Bu. Abi akan dengerin kata-kata Ibu. Sekarang Ibu ditanganin dokter dulu, ya."
"Iya, Nak. Ibu juga udah capek, Ibu lelah. Ibu istirahat dulu. Kalian semua baik-baik ya tanpa Ibu. Ibu bahagia sekarang, Ibu udah ikhlas..."
Dan itu adalah kata-kata terakhir dari Ibu. Beliau meninggal dunia setelah keinginannya terwujud.
Sementara itu, Abi lemas ngga berdaya di pelukan Naura. Dengan bantuan Erlang, Abi langsung di bawa pulang ke rumah. Ibunya juga di bawa pulang ke rumah sebelum di makamkan besok pagi.
***
Besoknya.
Proses pemakaman selesai. Semua keluarga kumpul lagi di rumah. Ayah dan Algi keliatan udah ikhlas dengan kepergian Ibu. Tapi Abi sendiri keliatan masih ngga rela.
Abi lemah kalo udah menyangkut Ibunya. Dia juga sempet pingsan pas pulang dari pemakaman. Mungkin itu udah titik terlelahnya Abi menghadapi kenyataan bahwa hidupnya benar-benar berubah.
Dengan kondisi Abi yang kayak gini, Naura pun minta ke Algi untuk panggil dokter. Abi gak mungkin dan pasti bakalan nolak kalo dibawa ke rumah sakit, makanya Naura mau suaminya itu dirawat di rumah aja.
Sekarang udah jam sembilan malam. Abi akhirnya bisa tidur pules di pelukan Naura setelah tadi ditangani dokter. Dia terpaksa diberi cairan infus karena sama sekali ngga ada asupan tenaga sejak kemarin malam.
Dengan tangan Abi yang terpasang selang infus, susah payah Naura ngejaga supaya tangan Abi gak banyak gerak karena posisi mereka yang duduk di tempat tidur, bukan berbaring.