Malam ini Naura sendirian di apartemen Abi.
Naura emang pulang duluan ke Jakarta karena besok harus masuk kerja. Sementara Abi, dia masih ada di rumah orang tuanya sampai hari ke tiga acara tahlilan. Kira-kira sampai besok lah Abi di sana, sorenya dia bakalan langsung pulang nyusul Naura ke Jakarta.
Naura gabut karena dia sendirian. Dia ngechat Friska sama Caca tapi gak ada yang bales. Tadinya mau nonton tv aja, eh ada video call dari Abi.
Kenapa ini orang video call segala?
Sejujurnya Naura belum terbiasa dapet notif sesering itu dari Abi. Apalagi sampe video call kayak gini.
"Kenapa?" tanya Naura sambil ngatur posisi hp nya."Kenapa apanya?"
"Ngapain video call?"
"Mau mastiin aja."
"Mastiin?"
"Iya. Mastiin apartemen gua aman apa kaga."
"Orang mah mastiin gue ini malah mastiin apartemen aman apa kaga."
"Gua belum selesai ngomong. Maksdunya ya gitu, apartemen gua aman apa ngga selama lu sendirian."
"Oh."
"Iya, gitu."
"Terus?"
"Gak ada terusannya."
"Oh."
Anjir gabut banget ini si Abi sama kayak gue.
"Lo video call mau nanya gitu doang?"
"Iya."
"Yaudah lah!"
"Kok lu ngegas sih?"
"Kaga."
"Yaudah deh. Udahan ya. Hati-hati sendirian di apartemen."
Terus sambungan video call terputus.
Makin gabut gue.
Gak lama hp Naura bunyi lagi.
"Ngapain lagi sih si A—"
pak arka
Incoming CallIni juga Pak Bos tumbenan nelpon malem-malem.
Naura berfikiran positif aja, mungkin ada hal yang perlu dibicarain soal pekerjaan. Apalagi Naura gak masuk kerja selama dua hari, senin selasa dia gak masuk.
"Halo, selamat malam, Pak?"
"Halo, Naura."
"Iya Pak ada apa?"
"Besok kamu masuk kerja, kan?"
"Iya pak besok saya masuk kerja."
"Langsung menghadap saya, ya!"