I Will Always Love You - @Rayhidayata

79 9 0
                                    

  Judul lagu: I Will Always Love You -  Whitney Houston


*


If I should stay

I would only be in your way

So I'll go but I know

I'll think of you every step of the way

"Bagaimana perjalananmu?" Athaya berjalan di samping Fumio, menatap pemuda itu dari samping. Tidak ada yang berubah. Rambut hitam legam dengan sebagian helainya menutupi dahi, iris tak kalah kelam, hidung mancung, dan bibir senada warna peach, membentuk garis lurus. Tetap Fumio yang memancarkan aura dingin dan sorot mata yang tajam. Entah dua bulan yang lalu atau pun sekarang. Intinya: sama saja.

"Begitulah." Fumio mengedikkan bahu, tetap acuh dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Matanya tetap fokus ke jalanan, meski sudut matanya sempat melirik Athaya yang manyun berkepanjangan setelah mendapat jawaban dari Fumio yang tak kalah datar dari nada suaranya saat menjawab pertanyaan Athaya.

Athaya memutar bola mata, ingin sekali menginjak kaki pemuda itu kalau saja ia tidak sadar diri bahwa mereka masih di jalan untuk menuju penginapan milik keluarga Kawaiharu. Ya, Athaya sedang tidak ingin repot-repot berdebat dengan Aisha tentang topik membawa pria asing ke rumah mereka. Meski Athaya sudah dengan susah payah meyakinkan bahwa posisi Fumio sama seperti Yudai, Aisha tetap teguh pada pendiriannya. Bawa saja pria itu ke penginapan atau tidak sama sekali, begitu kata Aisha sebelum menutup pembicaraan mereka. Tidak ada pilihan lain, Athaya menghela napas. Untungnya Fumio mengerti dengan situasi.

Hari ini tepat dua bulan Athaya kembali dari Osaka bersama Fumio, perjalanan rumit demi menemukan kepingan masa lalu dan bermuara pada satu keputusan: merelakan. Athaya memejamkan kelopak mata, mengingat dengan jelas saat Nyonya Hana memeluknya erat. Nyonya Hana tidak mengatakan apa-apa, paham dengan situasi dan kondisi. Wanita tua itu hanya menawarkan agar Athaya beristirahat barang sehari semalam sebelum pulang ke Shirakawago yang disambut gelengan pelan oleh Athaya. Perjalanannya sudah cukup sampai sini. Tidak perlu lagi ada pihak lain yang terlibat. Athaya bahkan sempat menolak saat Fumio mengantarnya menuju Terminal Highway Bus Nagoya sebelum pemuda itu menatapnya lekat-lekat dengan sorot mata setajam pisau, tidak menerima penolakan. Athaya pasrah, dan benar saja, sesuai dugaan, Fumio tidak hanya sekadar mengantar sampai terminal, tetapi tepat sampai di depan rumah Athaya.

Luar biasa! Athaya geleng-geleng, mengatakan kalau ia baik-baik saja. Gadis itu tersenyum lembut seraya membungkukan badan, mengucapkan terima kasih atas bantuan Fumio selama ini. Canggung, terutama Fumio tak memberikan respons yang berarti. Athaya bisa merasakan atmosfir tiba-tiba naik beberapa derajat, berlawanan dengan keadaan sekitar yang masih diselimuti salju hingga saat ini. Athaya sempat merasa sedikit khawatir, terutama karena Fumio mau repot-repot menemui Aisha sebelum pulang.

Semoga saja Ibu tidak mengatakan hal yang aneh, Athaya menyemburkan napasnya.

Fumio tersenyum tipis sebelum meraih dagu Athaya dengan lembut, menatap iris sekelam malam gadis itu lekat-lekat. Pemuda itu menaikkan alis, tergelak geli saat melihat kedua belah pipi Athaya terlihat merona untuk sesaat. "Jaga dirimu baik-baik." Fumio menelengkan kepalanya saat Athaya kembali tersenyum ke arahnya.

Athaya meraih jemari Fumio yang berada di dagunya, menggenggamnya lembut. "Kau juga. Jaga dirimu baik-baik." Athaya memeluk Fumio, yang mana membuat pemuda itu sedikit terkejut sebelum tersenyum tipis dan membalas pelukan yang ---entah kenapa--- terasa hangat itu, seolah waktu berhenti untuk mereka, tepat saat Kiyoe yang menyaksikan adegan itu berdeham dua kali. Sontak saja, Athaya gelagapan, segera melepas pelukan itu disusul dengan Fumio yang membuang muka ke arah lain.

Melodi Akhir 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang