PROLOG

9.6K 620 1
                                    

Rayden menatap langit sore kota London yang berwarna kelabu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayden menatap langit sore kota London yang berwarna kelabu. Sudah pukul 5, kantor perusahaan tempat ia bekerja sudah memasukki waktu tutup. Bahkan gedung 50 lantai itu sudah sepi dan hanya menyisakan beberapa pembersih kantor. Tapi ia terus menguras tenaganya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja tanpa mengenal waktu.  

Pria keturunan Asia-Eropa itu menghela napas berat saat mengingat gadis cantik yang biasanya menemaninya lembur. Audra.

Pikirannya melayang ke beberapa waktu lalu. Di saat ia merasa ketakutan melanda dirinya, serpihan-serpihan bayangan masa lalu kembali ke otaknya. Rasa panik dan trauma yang luar biasa membuatnya hilang akal dan mengharuskannya kehilangan seseorang yang baru ia sadari, sangat penting di kehidupannya.

Rayden berdiri di depan gedung pencakar langit milik sang kakek dengan sebuah payung yang menaungi dirinya dari hujan deras ibukota Inggris. Ia terus melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Lalu ia kembali menatap pintu utama gedung yang sedang dilewati ratusan pegawai. Tapi yang ia cari tak ada di sana.

Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.

Rayden: Kau di mana? Aku sudah menunggu di depan lobby. Kita jadi pulang bersama, kan?

Rayden baru saja akan menelepon gadis itu saat 2 menit belum mendapat balasan. Tapi kemudian ponselnya berbunyi, gadis itu membalas.

Little princess: Aku sakit, hari ini tidak masuk kerja. Maaf telat mengabarimu.

Rayden: Kau sakit apa? Aku ke rumahmu sekarang.

Little princess: Hanya demam. Tidak perlu, aku masih di rumah temanku. Kami pergi ke klinik tadi.

Rayden: Teman? Siapa? Lelaki atau perempuan? Ck, kalau begitu aku ke sana. Kirim alamatnya.

Little princess: Lelaki. Kau tak mengenalnya. Jangan. Sudah ya, aku mau istirahat dulu.

Rayden menggeram kecil dan memasukkan ponselnya ke saku celana kerjanya. Dengan kesal ia melipat kembali payungnya dan masuk ke mobil Audi miliknya. 

Ia mengemudikan mobil mewahnya dengan pikiran berkecamuk. Siapa teman lelaki yang dimaksud gadis itu? Kenapa ia malah menghubungi lelaki itu saat sakit dan bukan dirinya? Kenapa pula ia harus singgah di rumah temannya itu?!

Rayden menekan gas mobilnya dan mengemudikan lebih kencang menuju sebuah flat sederhana di tengah kota London.

"Tuan Alasdair, Audra pergi siang tadi dan belum kembali sejak itu. Wajahnya merah dan tampak pucat. Ia dijemput seorang anak muda yang tampak seumuran dengannya. Pria itu berambut cokelat terang. Aku tidak tahu namanya tapi Audra memanggilnya 'Billy'. Mereka bilang akan ke klinik, tapi aku tidak tahu klinik mana," jelas seorang wanita tua yang diketahui sebagai pemilik flat yang Audra sewa.

Her Dream ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang