AUDRA
Aku membuka kunci pintu flat-ku. Tapi saat kuputar, tidak bisa. Jantungku berdegup kencang, khawatir aku kemalingan. Menarik kunciku, aku pun masuk ke flat-ku.
Hal pertama yang kulihat adalah keadaan tempat tinggalku yang mendadak sudah rapi dan bersih. Apa Rayden mengirim orang-orangnya lagi? Hm, tidak mungkin, karena ia tak pernah mengirim mereka tanpa izinku begitu saja.
Aku lalu menyadari sebuah pintu terbuka. Astaga, itu ruangan rahasiaku! Ruangan di mana aku menyimpan segalanya tentang Rayden.
Memberanikan diri, aku berjalan ke arah sana dan mendengar teriakan-teriakan pria. Betapa terkejutnya aku saat meihat pria yang kucinta setengah mati duduk di ujung ruangan sambil meringis kesakitan memegangi kepalanya.
"Rayden? Apa kau baik-baik saja?" Aku sudah tak peduli lagi dengan Rayden yang sudah pasti tahu tentang aku yang menyukainya. Aku begitu panik, takut sesuatu terjadi padanya hingga ia berteriak histeris.
Aku menyentuh bahunya, mencoba membuatnya tenang.
Tapi beberapa detik kemudian mata itu terbuka. Dan kalian tahu sisanya.
---
Aku merintih kesakitan. Sambil menahan darah yang terus mengucur dari tubuhku dan rasa sakit yang tak terhingga di bagian alat vitalku, aku berusaha terus berjalan menuju rumah sakit terdekat.
Aku mencoba untuk menahan angin malam kota London. Dalam hatiku aku tak henti-hentinya berdoa meminta pertolongan pada Tuhan. Kiranya Ia mengirimku satu orang untuk membantuku. Tapi tak satupun mobil yang lewat.
Hingga aku tak bisa menahan rasa sakit ini lagi. Aku merasa kakiku lemas dan jatuh begitu saja. Sedetik kemudian, semua menggelap.
---
"Apa ia baik-baik saja?!" Sebuah suara serak seorang pria diikuti isakan tangis adalah yang pertama kudengar saat aku membuka mata.
Cahaya putih memasukki indra penglihatanku. Perlahan menoleh ke kiri, aku melihat sebuah infus yang menggantung di tempatnya. Cukup dengan itu, aku tahu diriku ada di rumah sakit.
"Nona Sullivan sudah ditangani, Tuan. Kami sungguh berharap ia akan segera siuman," jawab seseorang.
Aku mencoba untuk menoleh ke kanan. Tapi bahuku terasa sangat sakit.
"A- Audra!" Suara serak pria tadi mengejutkanku. Siapa itu?
Seorang pria tua berjas mahal menghampiriku dan memelukku pelan. "Audra Sullivan putriku, kau baik-baik saja? Kau ke mana saja selama ini? Kami semua sungguh khawatir dan takut. Bahkan keluarga Dionne sangat panik dan mengerahkan hampir seluruh pengawal mereka untuk membantu mencarimu, Sayang."
Tunggu, tunggu. Pria ini.. ayahku?! Dionne? Aku rasanya mengenal nama itu..
Tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit. "Ayah.. Kepalaku.." Aku merintih kesakitan.
Pria yang kupanggil ayah itu terlihat begitu panik dan segera memanggil dokter. Setidaknya, itu hal terakhir yang kulihat sebelum aku mengingat segalanya kembali.
---
Setelah kejadian itu, aku mulai mengingat semuanya. Tak terkecuali pria tampan yang telah menjadi tunanganku selama beberapa tahun terakhir, Jeremy Dionne. Dia pria yang selalu ada di sisiku sejak kami kecil. Dan benih-benih cinta itu muncul saat kami mulai berada di SMA.
Jeremy bukan pria yang sempurna. Ia bukan Rayden yang pintar dan dapat membuat siapapun langsung kagum begitu saja dengan sikapnya yang menawan. Jeremy memang sekaya Rayden, bahkan jauh lebih kaya. Tapi Jeremy bukan tipe kekasih yang setia. Berkali-kali ia membuat kesalahan dengan mengencani beberapa gadis di kuliah kami. Tapi seakan cinta membutakan segalanya, aku selalu memaafkannya dan menerimanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Dream Man
Short StoryNamanya Audra Sullivan, gadis malang yang kehilangan ingatannya tiga tahun lalu di sebuah kecelakaan pesawat. Sejak itu ia bekerja keras menghidupi dirinya sendiri di tengah kota London. Hidupnya yang terasa berat berubah begitu saja saat ia bertemu...