Prolog

213K 5.4K 228
                                    

"Ucapan itu seperti obat, dosis kecilnya bisa menyembuhkan tapi jika berlebihan bisa membunuh"

_Ali Bin Abi Thalib_

***

Matahari terlihat menyapa bumi dengan sinar terangnya yang menghangatkan, membuat mata secara naluri perlahan terbuka untuk melihat bagaimana indahnya sinar menyilaukan itu.

Rumah berdominan putih yang terbentang luas dengan taman dan kolam renang di samping rumahnya adalah salah satu rumah megah yang berada di kompleks tersebut. Di dalam rumahnya, tepatnya di dapur terlihat wanita berkerudung tengah sibuk berjibaku dengan makanan dan alat dapur. Ia sedang memasak buat suami dan kedua anak kembarnya.

Ibu rumah tangga itu terlihat meletakan berbagai hasil masakannya di meja makan lalu melesat naik tangga untuk membangunkan putra-putrinya. Baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar putranya, anak jangkungnya itu sudah muncul di balik pintu dengan tersenyum tipis menatapnya.

"Azzam, tolongin bunda bangunin adikmu yah? Bunda mau lanjut siapin sarapan buat kalian" pemuda itu pun mengangguk pelan lalu melangkah gontai ke kamar yang terletak hanya berselang beberapa langkah dari kamarnya. Melihat itu sang bunda langsung melesat turun, melanjutkan pekerjaan rumah tangganya yang tertunda.

"Azura, Azura!" Panggil Azzam sembari mengetuk pintu kamar sang adik, tidak ada jawaban dari dalam membuat pemuda itu mengkerutkan kening.

"Gue masuk yah!" Ujarnya lalu Ia pun meraih knock pintu dan membukanya. Cowok itu terlihat melebarkan manik matanya melihat kamar sang adik seperti kapal pecah. Azura sendiri sedang membongkar lemarinya hendak mencari sesuatu.

"Bantuin cariin kaos kaki dong, dari tadi gue cari-cari gak ketemu," kata sang adik sekaligus kembarannya itu saat melihat Azzam sudah berdiri menjulang tinggi di sebelahnya.

Azzam langsung berjongkok dan menarik laci lemari, "Ini bukan ?" Azura langsung mengerjap dengan menyengir lebar sembari mendongak.

"Padahal udah gue bongkar semua, tapi gak ketemu-ketemu, emang kaos kaki sialan," gerutunya sembari meraih kaos kaki dari tangan  Azzam dan mengenakannya. Azzam sendiri hanya menghela pelan lalu merapikan dan memasukan kembali baju-baju dan barang-barang Azura yang berserakan.

"Lo udah daftar ekskul belum?" Azzam menggeleng membuat Azura mendelik kecil, "Sama gue juga belum," ujarnya tak minat lalu beranjak dari tempat tidurnya.

"Yaudah yuk turun, gue lapar." Azzam yang sudah selesai acara melipat pakaian pun langsung beranjak dan mengekori sang adik yang sudah melesat duluan.

Keduanya melangkah turun menuruni tangga sembari mengobrol kecil dengan Azzam yang bergerak kecil merapikan lengan seragam Azura yang tak terkancing.

Keduanya pun langsung mendudukan diri di meja makan, sang ayah sudah siap dengan kemeja dan kacamata bening yang menggantung pada hidung mancungnya.

Aisyah terlihat menyendokan nasi goreng lalu menyodorkan pada sang suami kemudian pada kedua anak kembarnya itu.

"Gimana MOS kemarin?" Kata Erza sembari mengisap teh panas miliknya, Azzam hanya diam membuat Azura mendesah panjang.

"Baik-baik aja, tapi yah gitu seniornya rese-rese semua," Bundanya menggeleng pelan dengan menatap putrinya lembut, "Kenapa ngomongnya gitu?" Azura mendengkus kesal sembari meletakan sendok makannya.

"Masalahnya yah bunda, kemarin kan Azura sama Azzam telat dua menit gara-gara mobil ayah mogok. Eh kitanya di hukum suruh lari keliling lapangan, kan rese," Erza hanya terkekeh pelan melihat sikap putrinya itu, sikap turunan dari dirinya.

Cerita Si Kembar [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang