004. Masuk UKS

70.5K 3.1K 68
                                    

"Dia yang menaruh kepercayaan pada dunia, dunia akan mengkhianatinya."

_Ali bin Abi Thalib_

***

"Si anyinggg itu cabenya kebanyakan bego, ini bakso dikasih sambal atau sambal dibaksoin?" Pekik Intan nyaring melihat aksi nekat Alvaro yang menuangkan hampir setengah mangkok saos cabe di dalam baksonya.

Pemuda dengan seragam tak terkancing rapi itu hanya mengaduk baksonya santai dan melahapnya nikmat, "Itu rasanya gimana?" Kata Intan mendelik ngeri melihat kuah bakso cowok itu sudah merah karena sambal.

"Rasanya nikmat lah bego, cobain nih!" Ujarnya sembari menyodorkan sendok berisi kuah bakso itu, Intan menggeleng cepat lalu menyeruput es jeruknya pelan.

"Nanti mencret tau rasa lo," Kata Intan mengingatkan, namun Alvaro hanya mendelik kecil dengan mulut yang masih penuh.

"Tinggal ke toilet susah amat," cewek berambut sebahu di depannya itu hanya memutar matanya jengah, "Kalau lo sempat ke toilet," Alvaro langsung terbahak begitu saja.

"Maksudnya gue mencret di celana?" Katanya seakan tidak jijik padahal ia sedang mengunyah, anak-anak yang berada di kantin yang tidak sengaja mendengar itu menatap jijik kearahnya. Eneg mendengar celetukannya yang tidak bermutu.

"Yah tinggal lepas celana, terus gue telanjang dah," Intan berdecak kasar bicara dengan Al harus butuh kesabaran extra.

"Jangan aneh-aneh deh, makan cabe banyak gak bagus buat lambung," ujar Intan dengan menggeleng heran, Alvaro mendecih kecil.

"Tapi bagus buat nafsu makan gue nyet," balasnya nyolot seakan tidak terbantahkan, "Emang segitu sukanya yah lo ama cabe?" Alvaro mengangguk cepat dengan wajah serius.

"Gue sama cabe itu gak bisa dipisahin, cabe itu bikin ketagihan, tapi sayang dia pedas," katanya dengan tersenyum bego.

Intan mendengkus, "Ngomong apasih lo?" Ujar Intan lelah, gadis berambut sebahu itu pun meraih ponselnya yang bergetar lalu mengangkatnya jauh dari keramaian. Meninggalkan Alvaro yang kembali menikmati baksonya tanpa mendesis kepedasan.

Beberapa menit setelah kepergian Intan, seseorang terlihat berdiri menjulang tinggi di sebelah mejanya dan langsung menendang kecil pada mejanya membuat ia mendongak kecil, pemuda itu memicingkan mata melihat kembarannya Azura sudah berdiri menatapnya dengan datar.

"Apa?" Ujar Alvaro tak bersahabat, Azzam terlihat mendengkus kecil berusaha tidak menanggapi.

"Lo lihat Azura gak?" ucap Azzam berusaha lembut, Al melongos kasar.

"Lo punya mata kan? Lihat aja sendiri, ada gak tuh anak?"

Azzam menghela pelan, "Lo kan satu kelas sama dia, dia ada ke kantin gak tadi?" Alvaro mendelik cepat.

"Yah mana gue tahu malih," balasnya kesal karena cowok beriris mata cokelat itu sudah menganggu acara makannya.

"AZZAM BURUAN ELAAAH!" Teriak dua temannya diujung koridor, cowok itu pun meletakan kresek hitam berisi roti dan juga susu cokelat di atas meja Alvaro membuat pemuda yang masih mengunyah itu menautkan alis bingung.

"Tolong kasiin ke Azura yah, dia ada magh soalnya," titip Azzam sembari tersenyum ramah.

Alvaro dengan cepat mendelik, "Gue juga punya ma sama pa di rumah, masih hidup juga," Azzam menghela nafas kasar, berusaha tidak emosi sekarang.

"Maksud gue magh, penyakit, lo paham gak?" Jelas Azzam, Alvaro menganga kecil sembari mengangguk paham.

"Lah terus urusannya sama gue apa?"

Cerita Si Kembar [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang