002. Modus Licik

77.1K 3.3K 99
                                    

"Sabar itu tidak ada batasan, tapi siapa yang bersabar pasti akan mendapat pahala tanpa batas"

***

"Emang dasar cabe lo yah, kebanyakan bacot. Lo udah gangg..."

"Uhuuuk..uhuuuk..." Alvaro sudah terbatuk-batuk karena Azzam sudah mencengkram kasar kerah baju pemuda itu.

Kedua pemuda itu saling melempar tatapan tak bersahabat membuat Azura dan Intan saling melirik takut.

"Lo ngomong apa barusan?" Kata Azzam dingin sembari masih mencekik kerah baju Alvaro.

Azura sendiri sudah mengigit bibir takut. Intan hanya diam memandangi wajah Azzam yang bak pahatan tuhan itu, gadis itu hampir ngiler kalau saja Azzam tidak menggebrak meja membuat ia terlonjak kaget dan hampir latah tak karuan.

"Udah Zam, gak usah diladenin. Udah yah, gue gak mau lihat lo berantem," Azzam melirik saudara kembarnya itu sekilas, lalu perlahan melepaskan cekikannya pada baju Alvaro membuat cowok itu langsung terbatuk-batuk.

Azzam sudah menarik tangan Azura keluar dari sana meninggalkan tatapan-tatapan berbeda dari anak-anak. Alvaro sendiri masa bodoh malah kembali melanjutkan makan batagornya seakan tidak terjadi apa-apa. Intan hanya menggeleng melihat teman, sahabat dan juga ampas di depannya itu.

"Masih bisa makan lo setelah bikin masalah?" Alvaro menyengir lebar dengan kekehan yang terdengar dipaksa, "Emang kenapa coba? Leher jenjang gue masih utuh, jadi masih bisa nelen makanan," Intan mendesah penjang sembari meraih mangkok siomay yang Azzam bawa tadi.

"Gue makannya gimana ini?" Katanya sendu sembari menatap tiga piring di hadapannya itu.

"Ada gue," kata Alvaro tanpa beban, Intan sendiri bingung dengan cowok jangkung dengan rambut hitam pekat di depannya ini. Selain pecicilan, Alvaro dikenal humoris, candaannya memang terdengar blak-blakan dan kadang kalau orang yang tidak kenal pasti akan marah. Seperti reaksi Azzam tadi, yang hampir menghajarnya. Tapi yang namanya Alvaro tetap tidak peduli pandangan orang terhadapnya. Dia memiliki sifat dan kepribadian yang membuat orang lain heran dengan tingkahnya.

"Ini itu makanan yang Azzam beli, malu dikit dong lo," Alvaro mendelik kecil, "Ngapain mikirin malu njir, makan yah makan aja. Food is number one, malu is number terakhir," celetuknya tidak bermutu, Intan hanya cekikikan sembari memakan siomaynya.

"Tadi pacarnya si cabe?"

"Jangan panggil Azura cabe ih," Alvaro berdecak lalu menatap Intan serius.

"Itu kembarannya dia, makanya lo jangan sembarangan ngomong kalau ada Azzam," cowok itu hanya bergedik ngeri sembari mencebikan bibir.

"Apaan njir lebay amat,"

"Bukan lebay bego, itu namanya bentuk kepeduliannya sama adiknya," Alvaro mengangguk pasrah tak mau berdebat dengan Intan.

Karena kalau ia melanjutkan perdebatan yang tidak berfaedah ini, maka akan menghambat ia memakan dua piring siomay di hadapannya.

***

"APA?!" Teriak Erza kaget, membuat istrinya yang sedang mengambil kue di kulkas hampir latah bilang ayam.

"Siapa yang berani ngomong kasar sama kamu? Kasih tahu ayah sekarang, biar besok ayah labrak tuh anak," kesal ayahnya sembari mengepalkan tangannya erat, Azura hanya menyenggol tangan Azzam yang hanya mendesah pelan.

"Gak usah, biar Azzam yang tangani," kata Azzam berusaha menenangkan, namun sang ayah malah menggelemg tidak setuju.

"Gak bisa, ayah gak bisa diam aja disini. Masalahnya ini anak kesayangannya ayah, masa dibilang begitu. Kurang ajar banget tuh anak, belum tahu apa yah siapa ayahnya?" Gerutunya lagi masih dengan emosi yang meluap.

Cerita Si Kembar [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang