-3-

87 10 0
                                    

*JiWon pov

"JiWon-ah, ini aku... JiWon-ah, kita tidak akan terus seperti ini... Sentuhlah... Kau tahu kemana harus melihat... JiWon-ah, waktu akan berjalan cepat... Lari, JiWon-ah!!!"

"Akh!" Aku terbangun dari tidurku, lebih tepatnya terkejut karena sepertinya tadi aku bermimpi. Aku berusaha mengatur nafasku yang tersengal-sengal. Rasanya seperti baru saja terjadi aksi kejar-kejaran. "Jam berapa ini...?" Aku melihat kearah jam sekilas.

Aku baru saja keluar dari kamarku untuk mengambil minum dan tiba-tiba mendapati seseorang sedang duduk di meja makanku. Aku hanya bisa berdiri terpaku di depan pintu kamarku. Aku tidak bisa mengenalinya sama sekali karena dia duduk membelakangiku. Yang bisa kulihat saat ini adalah dia seorang pria. Masih di tempat yang sama, akupun memberanikan diri untuk bertanya padanya.

"Kau.. Siapa?"

Aku menunggu beberapa saat namun dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku mulai ragu apakah dia mendengarku. Karena aku penasaran, dan terlebih ini apartemenku, dan terlebih aku menganggap dia sudah menyusup masuk, akupun menghampiri orang itu untuk melihat siapa dia sebenarnya.

"Bagaimana kau bisa.."

"Selamat pagi." Aku belum menyelesaikan pertanyaanku dan tiba-tiba saja dia menoleh dan menyapaku sambil tersenyum.

Tentu saja aku terkejut sekaligus kebingungan. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa masuk kesini?"

Aku sangat kebingungan karena dia hanya tersenyum padaku sejak tadi dan tidak menjawab pertanyaanku.

"Maaf, apa kau tidak bisa mendengar?" Tanyaku lagi sambil menunjuk-nujuk telingaku memberi isyarat kalau saja dia memang tidak bisa mendengar.

"Akhirnya kita bertemu." Katanya lagi lalu beranjak dari tempat duduknya dan berdiri dihadapanku. Akupun harus sedikit menengadahkan kepalu untuk melihat kearahnya karena dia lebih tinggi dariku.

"Apa aku mengenalmu?" Tanyaku lagi, kali ini aku berharap dia benar-benar menjawabnya dan memberi tahu siapa dia sebenarnya.

"Mmmhhmm.." Gumamnya sambil mengangguk kemudian kembali menyunggingkan senyumnya.

Baiklah, aku mulai kesal. Dia memang pria yang tampan, aku suka melihat senyumnya. Tapi, dia baru saja menyusup ke apartemenku dan berusaha memperumit proses pengenalan dirinya dengan cara main tebak-tebakan seperti ini.

"Kau sudah menuruti permintaanku."

"Aku?? Permintaan apa? Aku bahkan tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya." Aku semakin bingung dengan situasi konyol ini. Hahahahahaha petir, kau boleh menyambarku sekarang.

"Kau pernah membuang pesanku."

Deg! Jadi... Apa dia... "Kau yang..." Aku yakin raut wajahku saat ini berbanding terbalik dengan wajahnya yang sedari tadi sangat tenang dan penuh senyuman.

"Kau sudah membantuku melarikan diri."

"Jadi... Kau siapa? Dan kau datang dari mana? Bagaimana kau bisa mengenalku? Tambahan... Bagaimana kau bisa masuk ke apartemenku? Ayo jawab! Sebaiknya kau menjawabnya karena saat ini aku hanya ingin cepat-cepat mandi dan pergi kuliah."

Dia tertawa sekilas lalu menghela nafas. Dia kembali duduk di meja makanku dan kali ini aku ikut duduk di hadapannya.

"Baiklah... Sebelumnya aku minta maaf padamu karena sudah mengganggumu belakangan ini dengan surat-suratku. Aku sudah menunggu sangat lama untukmu mengikuti apa yang aku minta di surat itu. Dan pada akhirnya semalam kau melakukannya. Namaku Ahn JaeHyun. Aku... Datang dari tempat yang sangat jauh. Sakin jauhnya, kau mungkin tidak akan mempercayainya."

Untouchable: The Sin of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang