*Author pov
"Kenapa kau memanggilku kesini?"
Tuan Aimster membalikkan badannya dan melihat Terrowin yang masih berdiri di ambang pintu ruangan. "Masuklah, bersihkan tanganmu dan ganti pakaianmu."
Terrowin menurut begitu saja dengan apa yang diperintahkan Tuan Aimster. Tidak lama berselang Terrowin kembali ke ruangan itu.
"Kenapa kau memanggilku kesini?" Ulangnya lagi. "Tidak cukup puas membuatku melihatnya meregang nyawa disana, sekarang kau ingin aku melihat jasadnya juga??"
"Tenangkan dirimu, Terrowin..."
"Sekarang aku ingin bertanya padamu, Tuan Aimster. Apa yang benar-benar sudah kau lakukan untuk membantuku, hah? Apa? Para Dewa tidak mungkin melewatkan satupun persembahan dan kau ingin aku percaya bahwa pikiran mereka akan berubah begitu saja kalau aku berdoa?? Aku yakin saat ini para Dewa sedang berpesta disana."
"Kemungkinan itu selalu ada. Maafkan aku, Terrowin. Aku berada dibawah perintah Lord Walden dan aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantumu."
"Kalau kau sadar tidak bisa membantuku, lantas kenapa kau selalu menceramahiku seakan-akan kau bisa membantuku? Aku selalu meragukan kalau kau benar-benar ada di pihakku."
"Aku hanya berusaha membuatmu memiliki harapan bahwa apa yang kau alami itu memiliki jalan keluar. Aku tidak berpihak dengan siapapun dan aku tidak bisa memihak dengan orang yang bersalah walaupun aku mau. Kau yang memulai semuanya, kau yang harus bertanggung jawab dengan semuanya. Aku selalu menekankan itu kepadamu sejak awal. Sekarang aku yang bertanya padamu, apa yang benar-benar sudah kau lakukan untuk membantu dirimu? Menyelamatkan kekasihmu? Hm?"
"Aku..." Terrowin tertegun dan berusaha mengingat-ingat kembali apa yang sudah ia lakukan selama ini. "Aku tidak melakukan apa-apa. Tapi, kau harus tau aku tidak punya banyak kesempatan untuk melakukan apapun. Dan kau harus tau bagaimana Greyvond datang untuk memperburuk keadaan. Aku mencintainya dengan tulus dan kau tau itu." Terrowin menghela nafas lalu duduk untuk menenangkan diri, semua yang dikatakan saat ini tidak akan mengubah apapun juga.
"Terrowin... Apa kau sudah paham dengan kesalahanmu?"
Terrowin tidak lagi bisa menjawab Tuan Aimster. Dia hanya mengangguk mengiyakan, berusaha menerima bahwa semua ini terjadi karena kesalahannya.
"Aku memikirkanmu sepanjang malam sebelum melakukan upacara pengorbanan. Kalau saja aku bukan seorang Blanchland, mungkin saja aku tidak akan tega melakukannya. Aku tidak berharap kau hadir disana dan menyaksikannya. Tapi kau tetaplah Terrowin yang sama, yang suka melakukan apapun sesuai keinginanmu."
"Aku ingin melihatnya..."
"Aku tau. Karena itu aku memanggilmu kesini."
***
*JaeHyun pov
Aku mengikuti Tuan Aimster menyusuri tangga menuju ruang bawah tanah tempat jasad-jasad manusia yang pernah dikorbankan disimpan. Aku tidak percaya sebentar lagi akan bertemu dengan JiWon, di tempat ini.
Terlihat deretan jenazah yang sudah ditutupi kain berwarna putih. Pandanganku langsung tertuju ke salah satu sudut dimana JiWon dibaringkan. Aku melangkah perlahan, jantungku berdebar begitu kencang. Aku tidak sanggup untuk melihatnya dengan keadaan seperti itu.
Mataku mulai memanas saat memperhatikan wajahnya yang polos itu kini sudah pucat. Air mataku kembali mengalir saat aku meraih tanganku dan membelai rambutnya yang halus. Masih terlihat dengan jelas bekas jeratan tali di lehernya yang sudah membiru. Wajahnya sangat dingin saat aku menyentuhnya dengan punggung tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable: The Sin of Love
Romance"Jika aku diberi kesempatan untuk hidup sekali lagi, aku tidak ingin berada di dunia ini..."