21.34 pm kst."Aku anterin aja ya? Biar aku yang boncengin, bahaya ini udah malem."
"T-tapi mobil kamu?"
Jimin pun tersenyum simpul, "gampang" dan dia langsung merebut kunci motor matic milik Soora. Mengambil helm candangan yang berada di jok motor dan lalu memakainya.
"Ganteng nggak aku pakai helm kayak tempurung kelapa gini?" Jimin tanya gitu sambil mukanya di imut-imutin.
Dan Soora pun tertawa karena memang gemas, "ganteng, kalau aku lihatnya sambil merem! Hahaha... "
Jimin lalu berdecak sebal, terus menyuruh Soora agar cepat duduk dibelakangnya, setelah penumpangnya siap Jimin terus ngomong lagi, "pegangan jangan?"
Soora langsung aja geleng-geleng kepala dan itu dapat Jimin lihat dengan jelas di kaca spionnya.
"Jatuh nggak enak, Ra."
"Tau."
"Lalu kenapa nggak mau pegangan? Keselamatan nomor satu lo Ra."
Pelan-pelan Soora luluh karena takut juga kalau sampai jatuh beneran, dia terus megang kedua bahu Jimin, bikin yang di pegang langsung geli sendiri dan ketawa-ketawa sebel.
"Hei, hei, jangan disitu, aku berasa jadi tukang ojek kalau pegangnya dibahu" protes Jimin yang akhirnya turun tangan buat mindahin kedua lengan Soora ke dua sisi pinggangnya, yang digituin pun nurut-nurut aja, "nah gini kan enak!" pun Jimin langsung tancap gas buat nganterin Soora ke rumahnya dengan selamat.
Sebenarnya malam ini Jimin nggak ada niatan untuk ketemu Soora, mereka belum ada bahas mau jalan lagi setelah pertemuannya di kedai kopi tempo hari itu. Mereka berdua cuma sering kirim pesan aja kalau sama-sama lagi ada waktu luang karena memang keduanya sibuk dengan kesehariannya.
Namun, malam ini, lagi-lagi semesta berkata lain. Sepulang dari tempat kerjanya, Jimin sengaja mampir lagi di kedai kopi yang kemarin buat ketemu sama Soora. Kata Jimin, kopi disitu enak- baristanya pun juga cantik-cantik, jadi dia makin betah deh.
Saat sedang asik mengawasi satu persatu barista cantik yang ada disitu, matanya tiba-tiba tertuju pada satu gadis yang baru saja keluar dari dalam ruangan untuk para karyawan kedai itu. Pun langsung membuat Jimin berdiri dari duduknya, mengabaikan kopi lattenya dan berlari menghampiri gadis yang tengah berjalan untuk keluar.
Gadis itu pun nampak kaget dan hampir teriak ketika tiba-tiba ada yang main ambil tas gendongnya. Dan setelah melihat siapa tersangkanya, dia lalu bernapas lega.
"Kak Jimin?!"
"Hehe, hai! Kaget ya?"
"K-kok bisa disini lagi?!"
"Kamu juga kenapa nggak bilang kalau kerja part time disini?"
Soora diam sebentar, "kalau aku bilang nanti kakak minta gratisan terus!" goda Soora yang membuat Jimin terkekeh kecil.
***
Setelah sampai dirumah Soora dengan selamat, Jimin nggak lupa buat pesen taksi dulu untuk nganterin ngambil mobilnya yang masih ada di kedai kopi tadi.
"Kak, nggak mau mampir dulu?" kata Han Soora basa-basi.
Jimin geleng, "udah malam. Kamu tinggal sendirian. Nanti kalau pas aku di dalam tiba-tiba ada setan mesum yang bisikin aku gimana, mau kamu aku jahatin?"
"Hahahaha! Mana ada yang kayak gitu disini!" jawab Soora tak mau percaya hal seperti itu.
"Ada, dan kalau udah mau jam 12, aku bukan Jimin yang baik lagi."
Tampak Soora mengeryitkan dahinya, terlihat bingung dengan perkataan Jimin, "lalu berubah jadi siapa?"
"Christian Chim-Chim. Dia jahat, aku sendiri aja suka heran."
Langsung saja membuat Soora tertawa lebar sampai lupa diri. Nggak tahu lagi harus diapakan selera humor Jimin yang kelewat nyebelin buat dia.
"Aduh apasih kak! Nggak lucu tahu!"
"Nggak lucu kok ketawa. Aku serius padahal."
"Pura-pura ketawa aja, biar kakak senang," dustanya sambil menjulurkan lidah untuk mengejek Jimin.
Tanpa sadar tangan Jimin tiba-tiba menjulur— mengelus puncak kepala gadis itu sembari tersenyum simpul, "Kamu harus jadi anak manis terus ya," katanya yang segera mengakhiri kegiatannya setelah tersadar kalau yang dia lakuin itu salah.
Pipi Soora pun sukses memerah, dia langsung nggak berani buat natap mata Jimin lagi.
Entah apa yang dipikirkan Jimin malam ini, dia refleks melakukan hal seperti itu, memperlakukan gadis itu dengan setulus hatinya tanpa ada hal lain yang dia inginkan.
Rasanya Jimin cuma ingin terus menjaganya, membawanya ke jalan yang benar, membahagiakan dan melindunginya. Sepertinya memang Jimin udah beneran jatuh cinta dalam artian yang sebenarnya pada gadis itu. Nyatanya bukan hanya napsu saja yang ada diotaknya, melainkan bagaimana membuat gadis itu selalu tertawa lepas tanpa beban. Karena sedikit demi sedikit Jimin mulai tahu tentang kehidupan Han Soora yang berbeda dengan kehidupan banyak gadis di luar sana.
Untuk itulah Jimin ingin sekali membuat bahagia versinya sendiri. Melupakan masa lalu pahitnya dan mulai berbahagia lagi tanpa ada drama-drama murahan.
"Aku pulang ya? Taksinya udah nunggu di luar" Jimin lalu pamit.
Gadis itu ngangguk, "i-iya, hati-hati kak... "
"Selamat malam, jangan lupa gosok gigi sebelum tidur, anak manis!" setelah mengatakan itu Jimin segera melangkahkan kakinya untuk pergi.
"K-kak Chim!"
Merasa terpanggil, Jimin menoleh ke belakang, mendapati gadis itu tertawa kecil.
"Hei, belum jam 12 malam!" protesnya.
"Aku lupa sesuatu!"
"Apa?"
Soora narik napasnya dalam-dalam, lalu dibuangnya, "MAKASIH UDAH REPOT-REPOT NGANTERIN AKU!" teriaknya nyaring, sampai membuat Jimin lagi-lagi gemas dibuatnya.
Rasanya ingin sekali Jimin berlari dan menghampirinya lagi, memeluknya sampai sesak napas dan kalau bisa menciumnya karena sumpah Jimin nggak pernah ngerasain sebahagia ini cuma karena habis nganterin cewek pulang. "Hahahaha, lain kali kamu yang nganterin aku pulang ya, Ra!"
[]
/ i love jimin so much. Si jail tapi soft. Si manis tapi klo ketawa suka jempalitan. Si si si baikkk hati yang beneran sebaik itu T_t /
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Komandan, Chim.
أدب الهواة[COMPLETED] Spinoff : TSUNDERE "Jimin itu- bucin akut." Repub: july, 2020 ©Nandd_