✨✨✨
19.39 pm kst.
Sudah berhari-hari, bahkan hampir dua minggu Jiminnya tidak datang berkunjung atau mengajak Aera berkencan. Bukan lagi break atau marahan, tapi kekasihnya itu sedang ada dinas di luar kota. Ya, biasa, bisnisnya berkembang pesat, banyak punya relasi dimana-mana. Bikin kekasihnya itu tidak ada waktu luang lagi. Telpon atau sekadar chat pun sangat susah.
"Hufff," Aera mengeluh lagi malam ini. Ternyata kehadiran Jimin dihidupnya punya pengaruh besar sekali karena hampir setiap hari mereka bertemu. Semacam kecanduan, kalau sekali saja nggak lihat wajah itu, bikin panas dingin.
Aera menuang botol soju keduanya sampai tetes terakhir. Toleransi alkoholnya sedikit bagus, jadi setidaknya dia masih bisa jalan untuk pulang sendirian. Hari ini dia memang ingin mabuk dan makan kaki ayam pedas di kedai favoritnya dengan Jimin.
Ah, sial, lagi-lagi tentang Jimin yang ada di kepalanya. Padahal hari ini, Aera sedang sakit kepala—pusing sekali dengan kerjaannya di kantor. Lama-lama dia kayak beneran jadi budak. Dikasih tugas setumpuk dengan deadline yang bisa membuat mati muda.
Setiap hari Aera mengeluh sendirian. Namun, semenjak ada Jimin di hidupnya. Dia sering mengeluarkan keluhannya kepada kekasihnya tersebut, kadang bisa sampai nangis dan berakhir ketawa lagi karena Jimin adalah obat paling mujarab untuk segala lelahnya.
Jimin memang terbaik kalau menurut Aera. Orang ter-sabar. Ter-pengertian. Ter-soft yang pernah Aera temui. Lelaki itu tak pernah melarang untuk mengeluh, ia lebih memilih untuk mendengarkan baru kemudian menenangkan. Tipe orang yang nggak mau menghakimi duluan sebelum ia juga ikut merasakan sepatu yang sama.
Setelah puas memanjakan diri di kedai itu, Aera lalu pulang dengan perasaan yang agak lega karena perutnya sudah penuh. Ia segera membersihkan diri dan kemudian bersantai sembari memainkan ponselnya. Ia ingin sekali menelpon Jimin—tapi takut, khawatir jika ia malah jadi pengganggu karena ini sudah malam, sudah waktunya beristirahat.
"Resign aja kali ya..." tidak jadi menelpon Jimin, akhirnya Aera malah jadi overthinking. Kerjaannya setiap malam sepulang kerja. Mikir kalau resign sepertinya enak tapi berakhir dengan dibantah lagi karena kalau berhenti kerja, belum ada yang mau nafkahin dia.
Sempat terbayang mau ajak Jimin nikah juga tidak sampai hati. Mereka baru pacaran sebentar. Baru merasakan masa-masa awal pacaran yang manis. Kalau nikah nanti pasti kehidupannya bakalan satu tingkat lebih sulit. Toh, lagi-lagi, nikah bukan solusi kehidupan yang kejam ini.
Aera menepis pikiran kalutnya lagi. Ia terduduk di ranjangnya. Memberanikan diri untuk memencet tombol hijau di ponselnya.
"Kangen..." ucapnya pelan, yang kebetulan panggilan itu langsung di angkat dari seberang sana.
"Hehe. Kangen juga sama Aera." yang jauh di sana terkekeh gemas. Seperti tak menyangka jika kata pertama yang kekasih manisnya ucapkan adalah kata rindu. Padahal biasanya gengsi banget.
"Pulangnya bisa besok aja?" rengek Aera lagi.
"Bisa sayang. Kenapa gitu? Tumben banget kamu kayak gini ke aku?" tanya Jimin bingung.
"Ya nggak apa-apa. Kangen kamu memang nggak boleh?! Jangan bilang di sana kamu udah punya biduan ya jadi nggak mau pulang cepet?!"
Yah, salah ngomong si komandan, "nggak. Hahaha. Cuma kaget aja kamu jadi clingy sama aku. Jangan mikir yang aneh-aneh, im yours. Ketemu nanti peluk sampai pagi, ya?"
"Hih! Geli!"
Dan, Aera matikan panggilannya sepihak. Padahal aslinya dia udah deg-degkan. Dia yang mancing, dia juga yang ngambek. Aduh cewek, selalu aja aneh.
Tidak lama kemudian, Jimin mengirimi Aera pesan, yang isinya tambah bikin geli—sekaligus senang luar biasa hebatnya.
===
Jimin-ssi
Jangan sedih, jangan nangis ya cantik. Tempat bersandarmu ini lagi jauh. Besok aku sampai, ini lagi perjalanan pulang.
Aku capek banget. Pengen peluk kamu. Isi energi lagi biar bateraiku full T_T
*mengirim foto*
Kangen banget, Aera. Sekangen itu
Akhirnya kerjaanku beres juga
Besok kita bisa ketemu!
Love u♥
Ya
Oleh-oleh jangan lupa
*mengirim foto*
Aku cuma kangen oleh-olehmu sih om, hehehe
Cinta juga sama oleh-olehmu!♡
===
Si komandan satu ini kalau bucin memang jagonya. Agak menggelikan tapi sukses bikin Aera gigit bantal senyum-senyum sendiri juga. Sengaja sok cuek dan cool karena malu.
Rasanya, mereka jadi kayak kasmaran lagi setelah sekian lama mencari yang tepat dan sefrekuensi. Berasa cinta monyet jaman sekolah. Tapi kalau dipikir lagi, memang begitu terkadang, kalau sama yang tepat sifat yang terpendam sejak lama bakalan keluar dengan sendirinya.
Senang banget akhirnya dia besok bisa bertemu lagi sama pacarnya! Yey! Bisa sayang-sayangan lagi sama Jimin. Bisa diomelin lagi. Bisa dipeluk. Dicium. Dicubit. Ah pokoknya, selagi ada Jimin di sisinya, Aera merasa dirinya akan lebih aman.
"Besok minggu kalau nggak hujan, mau ajak nikah ah!" guman Aera yang saat ini sudah menari dan bersenandung lalalayeyeye seperti penonton bayaran. Beban pikiran dan overthinkingnya tadi seakan hilang gitu aja semenjak dengar suara Jimin dan kabar bahagia itu.
Ya kalau pasangan bucin memang seperti itu sih, maklumi aja, oke? :)
[]
/sayang bangettt sama komandan, dia kalau punya pacar kayaknya memang tipe yang soft bgttt deh:"""""/
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Komandan, Chim.
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Spinoff : TSUNDERE "Jimin itu- bucin akut." Repub: july, 2020 ©Nandd_