12. Kebimbangan Jimin

814 182 29
                                    

     ✨✨✨

 

     Semua selesai, semua berakhir dengan sia-sia dan apa adanya. Niatnya mau tobat, tapi berujung batal karena wanita yang di damba-dambakan tidak sesuai apa yang di harapkan. Jimin lagi-lagi hanya bisa pergi ke club malam yang beberapa bulan ini sudah lama ia tak kunjungi. Matanya terus berkeliaran mencari mangsa yang tepat untuk bisa ia giring ke singgasananya— tentu hanya sekedar cinta satu malam. Ia haus akan belaian wanita. Ia sangat butuh kesenangan untuk hatinya yang kembali kosong karena kehilangan satu wanita yang ia kira adalah cinta sejatinya.

'Hah, nggak bisa pulang kampung lagi!', batin Jimin begitu tersiksa karena belum ada seminggu pulang ke rumah, dia udah kangen lagi sama kedua orang tuanya.

"Hai kak?"

Jimin lalu menoleh, "oh, ya, hallo?" mengerutkan dahinya karena tidak mengenal siapa yang menyapanya.

"Kok baru kelihatan lagi? Kirain udah— eum, sadar kalau tempat ini kotor?" wanita sexy itu tertawa entah karena apa, main duduk di sofa dekat Jimin, berusaha pendekatan dengan Jimin yang malam ini memang sangat tampan.

"Kamu kenal aku?" tanya Jimin sedikit terkejut.

"Ya. Semua wanita yang disini pasti kenal kamu." jawabnya santai.

"A-ah!" Jimin ikut tertawa, "segitunya ya kalian nandain aku?"

Wanita itu lalu menjulurkan tangannya, "Kim Jean," dia ngenalin diri, senyum secantik mungkin buat nunjukin pesonanya.

Dengan watak fakboinya, Jimin tersenyum miring, membalas jabatan tangan wanita itu, "Park Jimin," ucapnya yang kemudian tubuhnya mendekat ke telinga wanita itu, "langsung atau mau ngobrol dulu biar nyaman? Hmm?" lanjutnya lagi sambil mengerlingkan sebelah matanya.

Oh my god. To the point menang bagus. Tapi jika sudah urusan seperti ini, Park Jimin memang sudah pro. Enggak usah capek-capek ngerayu, namun mangsanya sudah datang dengan sendiri karena jujur wanita itu sudah jadi incarannya sejak beberapa menit yang lalu.

Kim Jean tersenyum manja, "enaknya gimana? Mau ngobrol disini, atau di— ranjang rumahmu?"

What the—

Jimin langsung terkekeh kecil, ia sedikit tidak menyangka jika wanita cantik yang ada di sampingnya kali ini— binal? Wow, Jimin jadi tidak sabar ingin segera mendengarkan desahan wanita itu, ia jamin malam ini ia akan mimpi indah setelah sekian lama tidak bermain.

"Hotel aja, okay?"

"Kenapa enggak dirumahmu?"

"Hotel bintang lima. Fasilitas terjamin."

"Rumahmu aja, ya?"

Jimin menggeleng, dan kemudian tersenyum, "rumahku banyak hantunya."

"Alasan klasik."

"Ck, mau atau enggak?"

Akhirnya wanita itu mengangguk sebal, "padahal aku cuma pengen ke rumahmu. Aku dengar kamu jarang bawa cewek ke rumah."

Jimin hanya mengelus rambut wanita itu, menggandengnya keluar dari club tersebut dan kemudian membawanya untuk ke hotel bintang lima yang selalu jadi langganannya.

Pun alasan Jimin tidak pernah atau bahkan jarang membawa cewek ke rumahnya karena— hei, Yoongi dan Hyeji selalu ada setiap saat di apartemennya!!!!

Merasa di abaikan setelah selesai dengan permainan panas beberapa jam itu, Kim Jean lalu memeluk tubuh berkeringat Jimin, membisikan kata-kata yang sebelumnya belum pernah Jimin dengar setelah selesai melakukan kegiatan berdosa itu.

"Jimin, aku harap hubungan kita enggak berakhir malam ini aja. Dari dulu, aku selalu nunggu kamu ngelirik aku. Aku sesenang ini bisa kenal kamu. Aku bahagia banget kalau misal kita bisa kenal lebih jauh dari ini."

"Je—"

Jean lalu menutup mulut Jimin dengan kecupannya, "aku enggak maksa kamu, aku cuma pengen ngeluarin apa yang aku rasain selama ini. Misal kamu enggak mau, aku enggak maksa."

Dan kemudian Jimin mengangguk, ia tersenyum manis, pun setelah itu semua kegiatan berdosa namun sialnya enak itu dimulai lagi sampai mereka berdua benar-benar kelelahan.

—Jadi, Jim? Kamu itu sebenarnya cari yang bagaimana? 

[]


/Sorry, komandan disini memang aku buat agak "nakal" hahahaha tapi gapapa sih udah dewasa kok!/

✔️ Komandan, Chim. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang