23. Jimin si sugar daddy

725 149 33
                                    


✨✨✨

20.05 pm kst.

"Jim, jangan marah, itu kan cuma temen kantor aku!" Aera sedang merengek, menarik-narik lengan Jimin sampai kekasihnya itu mau menatap matanya.

"Hah, nggak ada yang perlu dijelasin lagi, Ra. Jujur aku kecewa banget sama kamu." kata Jimin sambil hidupin mobilnya, ingin melaju pergi dari kantor Aera—tapi juga ikut membawa Aera bersamanya. Mendadak di jemput tanpa konfirmasi dulu. Makanya Aera kaget.

"Kecewa gimana sih? Aku kan udah bilang, dia cuma temenku. Dari kita belum kenal, dia udah dekat sama aku. Sahabat. Kakak adik. Kita selalu bersama kayak kartun upin-upin." Aera masih mau menjelaskan, tapi ya begitulah, penjelasannya tak meyelesaikan masalah.

Jimin lalu ketawa sinis, "ya ya ya, terserah, intinya aku kecewa sama kamu."

Aera hanya bisa menghela napas panjangnya, "kecewa sih kecewa, posesif sih posesif, tapi sama aja bohong kalau status cuma pacar nggak mau diseriusin."

Jimin auto noleh, "maksud kamu apa?"

"Nggak." Aera ikutan ngambek, langsung membuang pandangannya ke jendela.

"Kamu mau diseriusin yang gimana lagi sih? Memang ini kurang serius ya?" tanya Jimin yang akhirnya panik sendiri.

"Nggak tau. Coba tanya aja sama klakson mobil kamu. Pasti bunyi."

Perkataan Aera bikin Jimin langsung menekan klakson mobilnya. Nurut banget meskipun lagi marahan. "Aera... Ya memang klakson kan bunyinya gitu. Kalau bunyinya meong itu namanya sapi."

Gila. Aera mau ketawa aja rasanya. Tapi tenang, jiwa recehnya harus dia simpan rapat-rapat dulu. Takut banget citra cewek keren dan dinginnya hari ini luntur begitu saja karena guyonan garing Jimin.

"Iya. Baik. Sekian dan terima gaji." kata Aera nggak mau terpancing godaannya Jimin biar dia ketawa.

"Ihh ketawa kali, Ra? Masa gitu doang sih? Pelit amat mentang-mentang habis diaterin keluar sama mantan doi di kantor." Jimin kembali dengan sindiran mautnya. Mulutnya memang kebiasaan julid. Apalagi julid-in pacarnya, duh paling jago.

"Jim, mulut kamu bisa diem sedikit nggak sih? Kalau masih kayak gitu, turunin disini aja, aku pulang naik taksi!" Aeranya marah beneran, dia nggak suka aja hal kecil di besar-besarin. Perkara tadi nggak sengaja keluar bareng dari kantor sama Hanbin malah jadi kayak gini.

"Mau mulutku diem? Siniin bibir kamu." jawab Jimin santai banget sambil senyum mesum.

Pun berakhir mereka berdua beneran diam aja sampai ke awal tujuan Jimin kenapa tiba-tiba jemput tanpa konfirmasi dulu. Iya. Jimin sudah berhenti di depan toko perhiasan. Dia lalu ajak Aera keluar dari mobilnya. Bikin Aera yang setengah ngambek itu bertanya-tanya.

"Apa lagi ini?" tanya Aera malas-malasan ketika tangannya sudah ditarik manja sama Jimin.

"Di sini, di jari manis kamu ini, mau cincin kan, sama kayak punya Hyeji?" kata Jimin memastikan lagi apa keinginan Aera sedari dulu.

"Ih apasih! Enggak!" bantah Aera langsung menepis tangan Jimin yang sedang menggandengnya.

"Sayang..." tiba-tiba Jimin melangkah mendekati Aera. Sangat dekat hingga deru napas keduanya terdengar begitu merdu, "kali ini nurut ya sama aku ya. Cuma pengen kamu juga bahagia punya aku. Untuk masalah keseriusan, kamu pasti bakalan tau cepat atau lambat. Jangan khawatirin yang nggak perlu, okay?" kemudian, Jimin senyum, curi satu kecupan di kening gadisnya.

Kalau sudah begitu sama si ganteng. Pastinya Aera jadi kayak jelly. Lembek banget. Melemah. Cuma bisa senang dan berujung nurut kayak peliharaan ke majikannya.

Setelah diajak milih-milih cincin mahal, habis itu diajak keliling lagi sama Jimin buat belanja baju, sepatu, tas dan lainnya. Awalnya memang Aera nggak mau dibeli-beliin gitu. Tapi, Jimin tetap maksa. Katanya gini; "nggak tiap hari, Aera. Pilih aja yang kamu butuhkan. Mumpung aku baru aja dapat bonus. Tenang aja, uangku nggak akan habis cuma karena belanjain kamu."

Loyal dan sombong memang beda tipis. Tapi memang Jimin itu tipe yang penting orang yang dia sayang senang, ya sudah, dia bakalan ikut senang juga. Apalagi kalau sumber senangnya karena dirinya. Double happy si Jimin.

"T-tapi, habis ini kamu nggak mau ngapa-ngapain aku kan, Jim?" Aera mulai panik kalau pacarnya itu udah buang-buang uang buat dirinya, takut kalau selama ini dia ternyata terjebak sama sugar daddy yang casingnya anak muda banget. 

Jimin angkat sebelah alisnya, "ngapa-ngapain apa sih ayanggg?" tanyanya bingung.

"Y-ya k-kayak unboxing aku gitu habis ini..." jawab Aera gugup, pegangin kuat-kuat beberapa paper bag belajaannya tadi.

"Oh, kalau itu sih bisa diatur sayang. Yang penting adek senang, om pun puas." 

Kemudian Jimin rangkul bahu Aera. Nempel-nempel kayak perangko. Ngajak jalan-jalan lagi ke toko yang lain, tapi belum ada lima langkah jalan, perutnya Jimin di tinju sama Aera.

"Awas aja ya kamu baik-baikin aku gini cuma mau niat buruk!" ancam Aera yang sudah sangat waspada.

Jimin ketawa, "tenang, cewek kayak kamu gini harus dijaga bukan malah dirusak." dia kecup-kecup lagi puncak kepala Aera, rasanya sayang banget, nggak ada obat.

"Ya udah, nikahin aku segera." balas Aera dengan singkat. Langsung membuat Jimin menutup mulutnya rapat-rapat. Belum mau mengeluarkan kalimat apapun karena dia juga lagi yakinin dirinya sendiri untuk sampai ke tahap itu.

Oh, ini semua pasti gara-gara lamarannya Yoongi ke Hyeji di rooftop apartemen, sampai-sampai Aera ikut mupeng karena kemarin jadi saksi ke uwuan pasangan Yoncil.

[]

✔️ Komandan, Chim. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang