5|| Mencari Kado

17 1 0
                                    

Besok. Hari dimana seharusnya Karen akan bahagia sekaligus ribet-ribet manja mempersiapkan birthday party miliknya.

Satu Minggu terasa cepat bukan? Besok bahkan sudah hari Sabtu saja.

Karen keluar dari kamarnya untuk makan malam. "Sini sini...makan" ucap Mama.

"Datar amat tuh muka, senyum dikit sayangkuhh" Zello membuat Atar mendengus.

Karen diam, tetap tak menunjukkan ekspresi pada Papanya membuat Atar tertawa pelan. "Mampus dikacangin"

"Gue denger anjir" Atar yang sedang tertawapun diam mendengar suara Papa.

"Rame banget sih, udah udah makan" Irin datang dengan dua piring ditangannya, membawa lauk pauk. Makan malam cukup tenang, hanya suara dentingan sendok yang beradu ditambah bunyi cicak yang memohon agar laron atau nyamuk datang.

Sampai suara memekakkan telinga keluar dari mulut Zello karena ayam di piringnya hilang. "Balikin ayam papa, Atarrize! Dasar kucing garong" Zello bangkit dari kursinya untuk menyomot satu ayam di piring putranya. Dan Atar hanya diam karena pelototan mata yang Irin berikan seolah memberi tahu

Balikin Atar!! atau uang jajan kamu mamah kurangin.

Karen selesai lebih dulu dari yang lain. Semuanya ribet. Hanya Karen yang makan dengan damai, tentram, dan bersahaja.

Karen menuju ruang tv, bosan jika harus kembali ke kamar. Tapi Papa juga Abang ngeselin sialan tampannya itu datang. Duduk di sofa mengikuti Karen yang sedang menonton tv.

"Karen" panggil Papa tapi tidak menoleh ke arah Karen.

"Kenapa Pa?"

"Karen besok 'kan ulang tahun, mau apa dari Papa?" Zello menoleh, ingin tahu apa reaksi putri cantiknya. Atar yang disampingnyapun juga ikut menoleh.

"Papa nawarin kado?"

"Karen mau apa dari Papa Mama?"

Karen tersenyum masam, seolah tahu bahwa Papa pasti tak akan bisa memberinya. "Karen mau Papa bikin  bangkrut perusahaan keluarga Osaka. Bisa?" Zello dan Atar terkejut. Bagaimana mungkin?

"Sayang..."

Benarkan, Papa tak akan bisa.

"Papa nggak akan pernah bisa" jawab Karen lantas berlalu menuju kamarnya.

Irin yang baru datang, menatap putrinya dengan alis berkerut. "Kenapa Karen?" Tanya Irin pada suaminya.

Atar menoleh pada Papa namun rautnya tak berubah, akhirnya ia membuka suara. "Karen minta kado yang Papa nggak bisa lakuin"

Zello beranjak, berjalan menuju kamar Karen. Melihat sedang apa putrinya.

"Karen.." panggil Papa sambil membuka pintu.

Zello mengedarkan pandangannya. Karen sedang menatap langit melalui jendela. "Sayang..." Panggilnya lalu duduk di kursi yang  selalu Karen gunakan untuk membaca novel.

Jika ini kamar Karen yang di lantai atas, sudah pasti kini Karen sedang menatap bintang di balkonnya. Tapi lagi-lagi kursi roda sialan ini membuat Karen tak mampu menaiki tangga.

Karen memundurkan rodanya agar sejajar dengan papa.

"Sayang... Perusahaan milik Dikara's family itu nggak maju secepat kedipan mata. Om Agra membangun perusahaan itu bareng Papa dari bawah" ucapnya perlahan mencoba membuat Karen mengerti.

Gadis itu tak merespon, tapi Zello yakin putrinya mendengarkan. "Papa nggak bisa menghancurkan kerja keras seseorang yang bahkan merintihnya itu bersama"

DeviciencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang