07|| Masuk Rumah Sakit

71 3 0
                                    

Bel bernada penyelamat: bel istirahat membuat seluruh murid Dewantara berhamburan keluar kelas. Para siswi sudah siap mengepalkan tangannya untuk berebut duduk dekat dengan meja Saka  en de geng.

Karen, Agatha, Viana duduk di meja biasa mereka. Viana beranjak untuk membelikan makanan untuk kedua sahabatnya.

Berjalan menuju stand makanan yang dipesan dua sahabatnya. Namun, saat beberapa langkah Viana sampai bahunya menabrak seseorang, dan dalam seperkian detik Viana merasa ada sesuatu yang dingin menyentuh kulitnya.

Minuman yang tertubruk Viana tumpah. "Aduh maaf ka, Irhan nggak sengaja. Jangan apa-apain Irhan"

Seseram itu dirinya? "Ana bu---"

"Irhan pergi ya ka, sekali lagi maaf" detik berikutnya pria berstatus adik kelas--karena tadi ia menyebut Viana kakak-- itu pergi. Viana menghembuskan nafasnya pelan. Memang dia hantu sampai pria itu seperti ketakutan.

Mengabaikan hal itu. Viana memesan makanan untuk kedua temanya sebelum ia menuju toilet untuk membersihkan bajunya yang lengket akibat tumpahan jus.

***

Atar menghembuskan nafasnya pelan. "Gue kira Osaka telat, emang nggak dateng ternyata"

"Masi molor?" Tanya Danu.

Atar tak membalas pertanyaan Danu, dia juga tak tahu. Memilih untuk membuka ponselnya berniat menghubungi Osaka. Tapi nihil, hanya suara operator yang memberi tahu bahwa ponsel Saka mati.

Atar panik. Tentu saja. Atar tahu Osaka selalu meminum berbagai obat agar ia bisa tertidur. Sekarang? Pria itu tidak masuk sekolah bahkan ponselnya tak dapat dihubungi. "Gue balik deh" Atar beranjak mengambil tasnya.

"Kemana anjir?" Tanya Danu.

"Udah lo berdua sekolah yang bener. Gue udah pinter" Danu mendengus, namun ia tak ambil pusing. Pria ganteng tapi aneh itu menarik Riko untuk makan di kantin dan menemui banyak fans mereka disana. Siapa tahu dapet hadiah dari penggemar bosquh!!

***

Mobil Atar memasuki gerbang tinggi. Bukan rumahnya, tapi rumah pria yang sedari tadi ada dipikirannya.

Atar mengetuk pintu. Satu, dua sampai tiga kali pintu baru terbuka membuatnya menghembuskan nafas pelan. "Osaka ada Bi?" Tanya Atar pada Bi Sum, asisten rumah tangga yang sudah lama sekali bekerja di rumah yang tak jauh berbeda dengan rumah mewahnya.

"Akhirnya ada yang kemari, bibi cemas sekali. Den Osaka nggak mau buka pintu kamarnya" ucap Bi Sum sambil berjalan menuju kamar Osaka setelah mempersilahkan Atar masuk.

"Dimana Tante Ami?"

"Nyonya keluar sejak pertengkaran tadi malam" Bi Sum menunduk tak enak.

Atar dan Bi Sum sampai di depan kamar Osaka, pintu di hadapannya terkunci dari dalam. Atar mencoba mendobrak pintu putih itu namun tak ada tanda-tanda pintu terbuka karena memang keras. Memberi tahu Bi Sum untuk mencari kunci cadangan.

Menunggu beberapa saat, sampai Bi Sum membawakannya kunci hasil mengumpulkan nyalinya untuk menggeledah kamar majikannya.

Pintu terbuka. Bi Sum memekik melihat kondisi Osaka yang tergeletak di lantai. Atar berlari untuk menghampirinya. "Sak," Atar mencoba menenangkan dirinya, tidak mau terlihat panik meski dari suaranya saja sudah terdengar pria itu panik.

DeviciencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang