Pukul sebelas lewat sekitar lima belas menit. Teman-teman Karen sudah berkumpul di kamar Atar.
Agatha yang sibuk menelfon suruhannya, karena kado yang ia pesan belum juga datang.
Viana yang kerepotan mempersiapkan ucapan apa ketika nanti masuk kamar Karen.
Riko yang sibuk dengan kadonya yang belum terbungkus.
Danu yang sedang berkelana dengan iler yang sedang membentuk pulau.
Atar pun sedang membenarkan kamera untuk nanti.
Dan pria itu, yang hanya diam memandang langit malam, sepertinya beberapa bintang sedang marah pada bulan. Karena malam ini bintang yang bertaburan hanya beberapa yang terhitung.
Osaka takut. Ia takut Karen tak bahagia di hari ulang tahunnya sendiri gara-gara Osaka.
Osaka takut... Karen malah bersedih, semua karenanya. Mengapa Tuhan tidak membuat Osaka saja yang cacat? Mengapa harus Karen? Jika Osaka yang lumpuh, maka Karen pasti tak akan membencinya. Bahkan Karen malah akan merawat Osaka bukan? Tapi sayang itu hanya harapan Osaka yang semesta sendiri tak akan bisa mengabulkannya.
Jika mengingat tahun lalu. Saat ini Osaka sedang kerepotan mendekorasi taman belakang rumah Karen dengan berbagai hiasan party. Dan si Ratu pemilik acara sedang memilih dress bagus untuknya.
Tapi sayang waktu yang lalu tak akan pernah berubah menjadi sekarang.
Nyatanya, sekarang Osaka sedang melihat bintang. Sendirian.
Dan Osaka yakin, Karen sedang membaca novelnya atau sudah tertidur. Mungkin.
Pintu kamar Atar yang mereka tempati diketuk oleh seseorang, Agatha yang membuka.
"Pak!! akhirnya dateng juga. Saya hampir telepon Papa nih," Bapak paruh baya di hadapan Agatha terkekeh pelan. Anak majikannya itu memang selalu mengancam akan melapor pada Papanya jika ada hal-hal yang ia tak sukai. Berniat menyuruh Papa memecat.
"Ini non maaf telat ya, saya harus antar Ibu dulu," katanya.
"Iya nggak apa-apa, yaudah boleh pergi"
Agatha menutup pintu setelah melihat orang kepercayaan keluarganya itu mulai menjauh. Kadonya sampai juga.. ia sudah panik.
Atar melihat jam, masih 15 menit lagi menuju tepat pukul 12 malam.
Namun suara melengking yang keluar dari mulut Viana membuatnya mendesah.
"AAAAH ANA BENCI DANU!!!!" Viana berjalan sambil menghentakkan kakinya ke arah Agatha.
Semuanya menoleh pada Viana. Dan Danu yang sudah membuat banyak sekali pulau 'pun ikut terbangun. Pasalnya suara Viana kenceng banget!!!
"Kenapa Vi?" Tanya Agatha. Viana memang yang paling manja.
"Tha, boneka Stitchnya...." Ujarnya sambil menunjuk-nunjuk. "DI ILERIN DANU THA..." Semua mata langsung beralih menatap Danu. Danu yang tak tahu apa-apa hanya melongok di tempatnya. Berkedip beberapa kali seperti orang bego.
Sang tersangka melirik bantal di sampingnya. Ahh... ternyata tanpa disengaja Danu mengambil boneka milik Viana yang tergeletak untuk ia jadikan guling.
Danu cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Na-nanti gue laundry deh Vi, jangan nangis dong" Danu berjalan ke arah Viana yang sedang melipat tangannya di paha Agatha, menyembunyikan tangisnya.
"Nanti Danu laundry beneran deh, nggak boong. Jangan nangis" Danu mencolek-colek tangan Viana.
Viana terisak, boneka yang Danu...iwww ilerin itu adalah boneka kesayangannya. "Per--gi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deviciency
Teen FictionTentang Karennia yang membenci Saka. Tentang Saka yang selalu tersenyum saat Karen manancapkan kata-kata pedasnya. Tentang Karen yang selalu berdoa agar Saka menderita. Tentang Saka yang sangat payah untuk memberitahu yang sebenarnya terjadi. Tentan...