4. Laugh

4.8K 879 198
                                    

Cinta itu.... Gila.

Seminggu sudah aku tidak makan siang bersama Seokjin. Aku tidak bermaksud menghindarinya, toh tiap waktu aku masih selalu bersamanya untuk membimbing dia dengan sistem kantor yang akan dia pimpin ini.

Hanya saja, aku butuh jarak untuk bernafas sejenak.

Di dekat Seokjin, membuat hatiku bergejolak. Ah, maksudku tidak hanya perasaan tapi juga hasrat pemuasan.

Maksudku.... Yaaa, memang ini alami bukan? Ketika kau menyukai seseorang, kau akan membayangkan dirimu dengannya dalam fantasi liar.

Dan itu membuatku takut.

Aku takut bahwa ini bukan cinta, ini hanya gejolak seksualku saja. Tapi bukankah cinta dan hasrat itu terlahir kembar?

Ah, sungguh aku pusing memikirkannya. Maka dari itu aku butuh tempat bernafas untuk mengatur pikiranku dan itu adalah waktu makan siang yang kuhabiskan bersama Hoseok.

Hoseok cukup membantuku untuk tenang. Dia menguatkanku bahwa di dunia ini semua orang menjadi anak TK ketika jatuh cinta, meski itu bukanlah cinta pertama.

"Jelaslah. Mau orang itu jatuh cinta berkali-kali kek tetap saja rasanya baru. Seperti jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ya, karena orang yanh diincar itu saja sudah berbeda dari yang sebelumnya kan?"

Aku hanya tersenyum remeh menatap Hoseok yang dengan santainya mengatakan itu tanpa memandangiku. Cukup maklum, mengingat belakangan ini Hoseok sibuk senyum-senyum sendiri menatap handphone-nya.

"Kau baru pantas mengatakan itu kalau kau punya kekasih. Punya saja tidak, malah sok jadi ahli cinta."

Hoseok tertawa sambil masih asik membalas chat seseorang di handphonenya. Selang beberapa detik, dia menutup handphonenya dan menatapku dengan tatapan penuh percaya dirinya seperti bagaimana dia.

"Dengar ya. Yang mengherankan itu justru kau dan orang-orang di luar sana yang meminta nasihat cinta dariku, si jomblo ini," terang Hoseok menunjuk dirinya sendiri. "Kau tahu tidak alasan kenapa kau dan mereka meminta nasihat padaku, si jomblo yang bukan ahli cinta ini?"

Aku menggelengkan kepalaku.

"Karena kalian semua yang jatuh cinta itu mendadak menjadi manusia bodoh HAHAHAHAHAHA"

"Ah, sialan kau!!" seruku menerkam Hoseok dan memukulinya penuh canda.

Tawanya makin besar ketika aku berhasil dia pojokkan.

"Namjoon bodoh~~ Namjoon bodoh~~ ternyata Namjoon, si anak kepercayaan si bos ini bisa sebodoh ini weeek~~"

Hoseok menggoyangkan pinggulnya meledekku seperti anak kecil. Aku hanya pasrah membiarkannya tertawa sepuasnya.

Hingga suara tawa lain terdengar. Aku menolehkan kepala untuk melihat suara tawa siapa itu.

Itu Seokjin.

Untuk pertama kalinya aku melihat dia tertawa sampai wajahnya memerah. Hoseok yang dari tadi meledekku, sontak berhenti lalu membungkukkan tubuhnya dalam.

"Maafkan saya berbuat hal yang memalukan, bos!!" seru Hoseok dengan segala tindakan refleknya.

Melihat bagaimana Hoseok membungkukan tubuhnya, Seokjin semakin tertawa.

Dan entah bagaimana, bibirku melengkungkan senyuman dan ikut tertawa bersama Seokjin. Entah apa yang aku tertawakan.

Rasanya suara tawa Seokjin seperti sebuah virus. Kau akan tertawa hanya karena mendengar suara Seokjin yang tertawa.

Selama ini aku tidak pernah lihat Seokjin tertawa sekeras ini. Atau mungkin aku tidak pernah mendengar suara tawa Seokjin yang seperti suara kaca dilap itu.

 Atau mungkin aku tidak pernah mendengar suara tawa Seokjin yang seperti suara kaca dilap itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hoseok mengingatkanku pada temanku yang lucu. Aku jadi hahahahaha. Ah, ara, ara. Jadi rupanya karena Hoseok selucu ini, kau jadi memilih makan siang bersamanya."

Huh?

Aku mengerjapkan kedua mataku, memberikan sorot penuh tanyaku pada Seokjin.

"Kalau begitu, harusnya kau ajak aku makan siang bersama kalian, Joon!" seru Seokjin sedikit menghentakkan kakinya seolah-olah dia merajuk.

Dia pun menghampiri aku dan Hoseok lalu menduduki dirinya di lantai selayaknya kami. Hoseok yang terkejut melihat itu pun sedikit panik untuk mencari alas apa pun untuk Seokjin, tetapi hal itu dia urungkan karena Seokjin merasa nyaman saja duduk bersama kami.

Makan siang yang cukup menegangkan. Aku lebih banyak diam, sementara Hoseok dan Seokjin mulai saling bercerita.

Dalam diam aku mulai mengagumi lagi bagaimana saat ini Seokjin lebih terbuka dan memperlihatkan wajahnya yang penuh tawa.

Dia berkata bahwa dia jarang sekali menemukan orang yang mau mendengar lawakan recehnya yang sungguh sangat tidak lucu.

Tidak lucu sungguh.

Tapi aku tertawa.

Karena dia yang lucu bukan lawakannya.

Dan aku semakin suka,

semakin cinta,

semakin gila.

Incaranku, Kim Seokjin.
Jangan kaget jika nanti kau melihat namaku di rumah sakit jiwa karena diagnosa jatuh cinta.

.

.

.

.

.

-Bagian keempat yang aku sukai darimu-

.

.

.

-page 4 closed-

.

.

.

.

.

.

"Humm... Aku tidak salah dengar kan kalau Namjoon lagi jatuh cinta? Sama siapa ya?"

INCARAN | NamJin vers. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang