6. First Attack

4.6K 825 128
                                    

Hmm aku cerita mulai dari mana yah.....

Rasanya setiap momen bersama Seokjin tidak sanggup kutulis di sini, meski semua terekam dengan baik di kepalaku. Terlalu banyak yang indah tentangnya dan terlalu banyak hal yang dilewati bersamanya.

Ah, mungkin acara peresmian Seokjin sebagai bos baru kantor kami dulu.

Aku masih ingat hari itu aku cukup santai. Pekerjaanku tidak banyak seperti biasanya, mungkin karena tugasku mulai berkurang mengingat membimbing Seokjin sebagai calon bos merupakan tugasku. Yang terlihat sibuk nan rusuh hari itu adalah Jung Hoseok.

Hoseok menjadi kepala project untuk acara peresmian Seokjin sebagai bos. Dia mondar-mandir kesana kemari mengecek ini-itu dan aku hanya bisa menertawakannya hahahaha. Rasanya senang sekali bisa membalas menertawakan Hoseok yang sering menertawakanku.

"Awas kau, Kim Namjoon! Daripada kau tertawa di sana, lebih baik kau bantu aku menata makanan-makanan itu!" seru Hoseok menunjuk ke arah beberapa orang yang sedang kebingungan meletakkan makanan.

"Tapi aku boleh mencicipinya yah?" tawarku yang direspon anggukan pasti Hoseok yang sudah muak dengan tawaku padanya.

Hey, lagipula kapan lagi melihat Hoseok tanpa game dalam sehari? Meski sesekali dia mengecek handphone-nya seperti menunggu pesan dari seseorang entah siapa.

Setelah memerintahkan beberapa orang untuk meletakkan makanan yang dibawa ke beberapa meja, aku menemukan incaranku sedang berdiri di sudut ruangan mengunyah sesuatu. Aku pun pelan-pelan mendekatinya dan mengejutkannya.

"Namjoon!" pekiknya terkejut dengan kehadiranku.

"Belom diresmiin jadi bos loh, kok malah makan duluan" godaku terkekeh geli melihat bagaimana mulut Seokjin sudah penuh dengan makanan.

"Aku hanya mencicipinya"

"Mencicipi tidak akan sebanyak ini, Seokjin" kataku mencubit pipi Seokjin yang menggembung karena makanan.

Aku makin tersenyum melihat wajahnya yang sekilas memerah karena perlakuanku. Dia membuang wajahnya ke arah lain sambil sesekali memperhatikan sekitar.

"Jadi, mana yang paling enak?" tanyaku memulai pembicaraan.

"Yang paling enak menurutku atau yang paling enak buatmu?" tanya Seokjin lagi.

Senyumku kian melebar. Nyatanya makan malam bersama dengannya menjadikan Seokjin tahu makanan apa yang aku suka dan bagaimana seleraku, begitu juga sebaliknya. Semua itu berjalan secara alami, secara begitu saja dan mungkin Seokjin tidak menyadarinya.

"Menurutmu, mana yang akan aku suka?" tanyaku

Mata Seokjin mulai menyapu semua pemandangan makanan dan minuman di meja. Dia sampai melangkahkan kakinya, menyusuri meja itu mencarikan makanan atau minuman yang akan aku sukai. Padahal apa pun yang dia pilih, pasti aku suka.

Seokjin mengambil secangkir es krim yang kemudian dia tuangkan americano. "Affogato. Kau akan suka affogato ini"

Daripada mengambil gelas dari tangan Seokjin, aku memilih untuk membuka mulutku lebar, memintanya untuk menyuapkannya padaku.

"Ambil sendiri, Namjoon. Ini" kata Seokjin masih kukuh memberikan gelas affogato padaku.

Aku menggelengkan kepalaku dan tetap membuka mulutku, menunggu Seokjin menyuapiku. Mata Seokjin melihat ke segala arah dengan rasa khawatir, tetapi dia berakhir menyerah dan mulai menyuapiku seseondok affogato.

"Gimana?" tanyanya.

"Enak! Kau benar, aku akan suka!" seruku senang.

"Pegang ini. Hoseok pasti mencariku sekarang" kata Seokjin mememberikan gelas affogato padaku dan pergi meninggalkanku.

Aku hanya tersenyum puas menatap punggungnya yang kian menjauh seraya menikmati affogato di tanganku. Aku tahu dia malu, aku makin memahaminya.

Tapi sejak saat itu, sejak hari peresmian Seokjin menjadi bos baru, pelan-pelan dia mulai menjauhiku. Entah apa yang terjadi, dia terus menolak ajakan kencan----makan malam--- yang biasanya kami sebut sebagai hutang.

Jika dikatakan Seokjin itu sibuk, rasanya tidak juga. Aku tahu persis bagaimana jadwal Seokjin, maka dari itu aku tahu dia berusaha menjauhiku.

Tidak tahan rasanya melihat bagaimana incaranku memperlakukanku seperti itu. Aku sempat frustrasi hingga menunggu kesempatan untuk bicara dengannya seperti hari ini.

Aku menariknya paksa untuk ikut denganku ke parkiran mobil, dimana mobilku berada. Dia sempat berontak untuk melepaskan tanganku hingga akhirnya menurut ketika kami melewati beberapa orang.

"Ayo, makan malam denganku!" seruku ketika kami telah berada di depan mobilku.

"Aku tidak bisa, Namjoon."

"Kenapa?"

Seokjin menundukkan kepalanya, menghela nafasnya kasar diikuti pundaknya yang ikut turun karenanya. "Orang akan salah paham"

"Salah paham apanya?"

"Kau tidak dengar apa yang mereka katakan?" tanya Seokjin yang akhirnya berani menatap wajahku.

Aku menggelengkan kepala, tidak mengerti.

"Mereka bilang, kau dan aku itu sepasang kekasih hanya karena kita sering pergi berdua. Mereka salah paham, padahal kau----"

"Tidak. Mereka tidak salah paham" kataku tegas.

"Hah?"

Seokjin menatapku dengan mata yang melebar, aku pastikan dia benar-benar mendengarku kali ini.

"Aku mau mereka menganggapnya seperti itu, Seokjin" kataku selembut mungkin. Aku menghela nafasku, tak ingin memaksa Seokjin untuk tertekan dengan kenyataan yang aku ungkapkan. "Ayo, makan malam denganku. Tidak perlu kau pikirkan, sekarang yang kau butuhkan adalah makan, Seokjinnie"

Aku tersenyum lembut seraya mengusap lengannya, mengajaknya untuk masuk ke dalam mobilku dan aku pastikan dia makan malam bersamaku.

Kepada Kim Seokjin,
Serangan pertama sudah dilancarkan, apakah kamu menerima sinyalnya?

.

.

.

.

.

-Entah bagian ke berapa yang aku sukai darimu, semuanya aku suka-

.

.

.

-page 6 closed-

.

.

.

.

.

.

"Aku belum siap dengan salah paham yang kau benarkan ini, Namjoon! Setidaknya katakan dengan benar!!!"

INCARAN | NamJin vers. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang