5. Mouth

4.7K 869 140
                                    

Entah berapa ribu terima kasih kuucapkan untuk pria maniak game yang selalu sibuk dengan handphone-nya tiap makan siang, Jung Hoseok.

Bagaimana tidak, berkatnya aku dan Seokjin makin dekat. Ya, dekat dalam arti obrolan kami tidak hanya tentang pekerjaan dan segala drama kantor.

Tiap jam makan siang, Seokjin selalu ikut makan siang bersama aku dan Hoseok. Ada waktu-waktu tertentu dimana Hoseok sibuk sendiri dengan handphone-nya dan mengabaikan kami. Di saat itulah aku dan Seokjin berbicara berdua lalu tenggelam dalam obrolan kami sendiri.

Ya, tenggelam dalam obrolan. Atau mungkin aku yang makin tenggelam dalam pesonanya.

Tanpa aku sadari, aku suka sekali melihat bagaimana Seokjin bercerita. Dia bercerita dengan semangat, tangannya bergerak dengan hebohnya, dan tentu saja mulutnya akan meracau lucu dengan nada khas yang keluar dari mulutnya.

Aku tidak akan membicarakan bibir tebal Seokjin yang menyerupai bibirku. Mungkin memang bibir kami tercipta sebegitu kecup-able-nya hahaha. Hanya butuh waktu untuk mempertemukannya.

Aku akan membicarakan bagaimana mulut Seokjin yang berkontribusi pada mimik pemiliknya yang lucu.

Tidak hanya saat bercerita, tetapi juga saat dia memakan makanannya.

Dia selalu menikmati makanannya dengan hikmat dan mulutnya yang penuh makanan itu selalu berhasil membuatku makin mendambanya sekaligus membuat perutku lapar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia selalu menikmati makanannya dengan hikmat dan mulutnya yang penuh makanan itu selalu berhasil membuatku makin mendambanya sekaligus membuat perutku lapar.

Dengan begini Aku sudah tahu ke depannya, jikalau aku bersamanya kelak aku akan menjadi pria bertubuh tambun yang menimbun lemak dan juga cinta.

Ahya, berkat Hoseok juga, Seokjin jadi sering membawa bekal makanan yang dia masak sendiri. Tidak untuk dia makan tapi untuk kami coba.

Dia pintar masak. Makin yakin aku jika aku bersamanya aku akan gendut dan itu tidak masalah. Ya, asal selalu bersamanya.

"Gitu, Joon! Dengar nggak sih? Jangan senyum-senyum gitu!" pekik Seokjin menyadarkanku dari lamunan mendambaku.

"Iya, gimana nggak senyum kalau kau makin mirip Alpaca ketika bicara dengan mulut penuh makanan begitu." Aku berkilah dengan kekehan khasku yang tentu saja direspon pukulan canda olehnya.

"Sialan kau! Tidak pernah kan kau lihat Alpaca setampan ini!"

Aku hanya tertawa menggelengkan kepalaku. Dalam hati tentu aku sudah menjawab iya dengan sangat tegas.

Oboralan kami memang tidak dalam topiknya. Obrolan kasual sehari-hari yang justru mendekatkan kami hingga tanpa aku sadari, aku mengajaknya kencan dan dia menyetujuinya.

Oke, setidaknya hanya aku yang menganggap itu kencan, mungkin Seokjin menganggap itu akan menjadi makan malam pembuktian bahwa rekomendasi kafeku itu memang menyediakan makanan enak.

Sejak saat itu entah bagaimana caranya kami jadi sering pergi makan malam berdua. Hanya karena dia selalu marah ketika aku yang membayar makanannya.

"Joon, sudah berapa kali kubilang aku yang bayar!" racaunya sebal dengan mulutnya yang bergerak lucu seperti biasanya. "Aku tidak mau berhutang ya!"

"Ya, sudah nanti ganti duitnya dengan makan malam yang lain. Makan malam berikutnya kau yang bayar," kataku menaikkan kedua alisku menggodanya.

"Selalu begitu!! Dari kemarin kau bilang makan malamnya aku yang bayar tapi malah kau yang bayar!!" serunya memukulku canda.

"Hahaha ya, restauran yang kali ini harganya belom mahal. Aku harus cari restauran yang lebih mahal lah buat dompet bos week!"

Aku berkilah lagi. Tentu makan malam berikutnya aku yang akan bayar. Biar dia merasa berhutang, biar selalu ada alasan untuk pergi makan malam berdua.

Biar bisa menganggap ini kencan yang ke depannya dirindukan bila sehari saja tidak ada.

Kim Seokjin,
Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu terbiasa dengan kehadiranku hingga kau sadar kau menginginkan aku juga.

.

.

.

.

.

-Bagian kelima yang aku sukai darimu-

.

.

.

-page 5 closed-

.

.

.

.

.

.

"Sadar gak sih Namjoon, makan di restauran romantis tiap malam gini berasa kayak kencan bukan wisata kuliner lagi. Orang bisa salah paham.... Aku pun bisa salah menerka... Hmm"

INCARAN | NamJin vers. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang