Anna bangun dari tidurnya disambut oleh suara gelak tawa dari luar kamarnya. Gadis itu mengerang kecil karena jam tidurnya terganggu. Ia kemudian menggeliat kecil di bawah selimutnya, mencoba untuk tidur kembali, tetapi ia tidak bisa.
Gadis itu membuka matanya secara perlahan. Seluruh isi kamarnya sudah terang, menandakan matahari sudah terbit. Anna mengerang pelan, merutuk kecil karena pagi terlalu cepat datang. Perasaan gadis itu baru saja merebahkan dirinya di kasur, tahu-tahu matahari sudah terbit saja.
Tiba-tiba saja, terdengar suara pintu kamar Anna berderit. Membuat si pemilik kamar dengan malas melihat ke arah pintu. Mata gadis itu melebar saat melihat siapa orang yang berani-beraninya masuk ke dalam kamar gadis itu.
“Princess! Ayo bangun! Ini sudah siang!” ujar lelaki itu dengan suara setengah berbisiknya. Senyum jenaka menghiasi wajah lelaki itu.
Anna meraung kemudian menyembunyikan kepalanya di dalam selimut. Gadis itu bisa mendengar suara langkah kaki itu yang mendekat kemudian secara paksa, selimut yang menjadi ‘tameng’ Anna dilepaskan dari gadis itu.
“Ayo bangun. Ibumu menyuruh kita untuk berbelanja hari ini,” ujarnya sambil berkacak pinggang melihat gadis itu yang masih malas-malasan.
“Kenapa kau di sini? Kau tidak kuliah?” tanya Anna.
Jay menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak. Fashion week waktu itu adalah tugas akhir di tahun ini. Itu berarti aku sudah libur! Yeay! Bukankah itu menyenangkan? Mulai hari ini aku akan menghabiskan sisa waktu tahun ini bersamamu!”
Anna berdecak. Ia bukannya tidak suka menghabiskan waktu bersama Jay, hanya saja terkadang Jay agak merepotkan jika diajak bekerja sama. Biasanya di acara akhir tahun seperti ini, jika Jay tidak pulang ke orang tuanya, ia akan bekerja di kafe milik Anna. Lagi pula lelaki itu tidak memiliki pekerjaan. Dari pada menganggur, lebih baik bekerja, hitung-hitung mendapat uang.
Memang Jay memiliki wajah yang rupawan, membuat pelanggan gadis betah diam di dalam kafe dan keesokan harinya datang lagi membawa teman gadis lainnya. Selain itu, Jay adalah tipe sweet talker yang membuat gadis mana pun jatuh ke dalam pesonanya. Hanya saja, kelemahan Jay adalah, orang ini cukup ceroboh, dan terkadang agak kekanakan. Satu-satunya keahlian Jay hanyalah membuat dan mendesain baju, dan itu cukup melegakan bagi Anna karena setidaknya anak ini memiliki sebuah keahlian.
“Ayo cepat bangun! Ibumu menyuruh kita untuk ke pasar kali ini! Banyak bahan makanan kita yang habis!”
Anna mendesis pelan. “Iya, baiklah. Sekarang kau keluar. Aku akan bersiap-siap.”
Jay tersenyum puas saat melihat Anna akhirnya terduduk dan hendak bersiap-siap. Dengan segera lelaki itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Anna.
🌸🌸🌸
“Biji kopi. Kita hanya tinggal memerlukan biji kopi,” gumam Anna.
Anna segera mengalihkan pandangannya dari list belanjaan yang dibuat oleh ibunya. Setelah lebih dari setengah jam mereka berkeliling mencari bahan-bahan makanan untuk di kafe, akhirnya mereka selesai setelah membeli biji kopi.
Jay dengan setia mengikuti Anna kemana pun, dengan membawa beberapa belanjaan yang berat di tangannya. Baru saja Jia ingin melangkahkan kakinya masuk ke toko kopi langganannya, langkah gadis itu dihentikan oleh suara teriakan seseorang.
“JAY! ANNA!”
Si pemilik nama langsung menolehkan kepalanya ke arah suara, dan menemukan Jia dan Jungkook. Jia melambaikan tangannya antusias, dan Jungkook hanya tersenyum tipis sambil membawa belanjaan Jia. Mereka berdua kemudian berjalan mendekat ke arah Jay dan Anna.
“Wow. Seorang Moon Jia belanja di pasar? Aku sepertinya sedang berhalusinasi,” ujar Jay yang kemudian diberi pukulan pada lengannya.
“Aish. Apa salahnya jika aku belanja di sini?” Gadis itu menggerutu, dan bibirnya mengulum kesal. “Ah sial, sial. Ayahku memotong jatah bulananku karena aku terlalu banyak belanja. Jadi aku harus berhemat.”
Jay tertawa mendengar perkataan Jia. “Akhirnya kau tersadar juga, Moon Jia.”
“Ngomong-ngomong, kenapa kalian belanja banyak sekali?” tanya Jia sambil melihat banyaknya kantung belanja yang ada di tangan Jay dan Anna.
“Oh, ini bahan-bahan untuk kafe Anna. Liburan akhir tahun akan tiba dan biasanya di saat-saat seperti ini kafe akan mendadak jadi ramai,” jawab Jay.
Mendengar penuturan Jay, mata Jia tiba-tiba berbinar, seakan-akan gadis itu menemukan sebuah ide yang bagus. Ia kemudian menatap ke arah Anna yang diam saja sambil menampilakan wajah datarnya. Jia mengeluarkan senyuman centilnya.
“Choi Anna-ssi,” panggil Jia dengan nada yang dibuat imut.
“Ya?” jawab Anna datar.
“Apa kau membutuhkan pegawai saat ini?” tanya Jia.
“Oh tentu saja! Biasanya di akhir tahun ini banyak pegawai yang meminta cuti, terutama para mahasiswa yang ingin pulang ke rumah orang tua mereka!” sergah Jay antusias.
Anna mendelik ke arah Jay, seakan ingin mengumpat ke arah lelaki itu karena mengucapkan hal itu. Anna memang sedang membutuhkan pegawai untuk membantunya di kafe, tapi jika Jia yang melakukannya, Anna tidak yakin. Sejauh ini, yang ada di dalam benak Anna soal Jia adalah gadis yang manja, arogan, dan jauh lebih kekanakan dari Jay. Anna tidak yakin apakah Jia mau mengelap meja, mengepel, atau pun mencuci piring.
Jia sadar perubahan raut wajah Anna. Gadis itu tampak tidak suka setelah Jay mengumbarkan masalah lowongan pekerjaannya
“Uhm … aku akan melakukan pekerjaannya dengan baik. Mengepel, menyuci piring, aku bisa membantumu. Dan oh ya! Jungkook juga sangat mahir melakukan pekerjaan rumah tangga. Dia juga sangat bertalenta dalam melakukan apapun. Mungkin kalau kau mengajarinya cara membuat kopi, dia bisa menjadi barista di kafemu,” ujar Jia dengan sangat antusias.
Anna kemudian melirik ke arah Jungkook yang sudah tersenyum dan mengedipkan matanya beberapa kali, berharap Anna setuju. Anna sebenarnya tahu apa yang dimaksud dari tatapan Jungkook. Oh, Anna sudah lebih dari mengenal orang seperti apa Jungkook. Memang, Jungkook adalah orang yang telaten dan cekatan, tetapi seperti ada rubah yang bersembunyi di belakang perawakan kelincinya, semua ini tidak akan berakhir hanya dengan Anna mengajarkan Jungkook membuat kopi.
Anna kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Jay. Raut wajah Jay juga tidak kalah memelasnya.
Anna menghela napasnya. Gadis itu juga tidak punya pilihan lain. “Baiklah.”
Dan tampaknya gadis itu harus segera menyesali keputusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return; jjk | ✔
FanfictionJungkook tiba-tiba saja mendapat lowongan pekerjaan menjadi seorang bodyguard untuk putri presiden Korea Selatan. Tapi tidak disangka, pekerjaannya ini membuat seorang Jeon Jungkook menemukan cinta lamanya kembali. Kira-kira apa yang akan terjadi di...