Beloved Husband

02. Nervous

Senyuman paksa yang sebenarnya ia berikan.

Naemin beranjak dari meja makan setelah ia memakan sarapannya, ia segera naik keatas untuk mengganti pakaian yang sudah di siapkan eomma beberapa menit yang lalu.

Ia masuk kedalam kamarnya lalu mengganti pakaiannya.

"Haruskah aku memakai baju seperti ini? Ahh ini sangat menggangu." Keluhnya sambil merapikan baju itu.

Matanya yang sedikit sipit, hidungnya yang mancung, bibir merah, rambut panjang , dan memiliki lekuk tubuh indah itulah park naemin seorang gadis yang cantik nan baik anak bungsu dari keluarga park baenim.

"Wahh, naemin kau tambah cantik memakai pakaian itu." Puji park shin sang eomma kepada naemin.

"Hm."

Naemin hanya tersenyum ia tak banyak berbicara setelah kejadian pagi tadi, naemin merasa bersalah sudah melontakan kata kata yang membuat appanya mungkin sedikit kecewa kepadanya.

"Eomma tau kau tidak suka dengan perjodohan ini, tapi eomma mohon kabulkanlah permintaan appamu." Ucap eomma dengan suara yang lembut.

"Tapi eomma... aku tidak tau dia siapa, aku tidak tau dia menyukai aku atau tidak, aku juga tak tau apakah aku akan mencintainya apakah tidak nanti." Ucap naemin.

"Dia anak yang baik, dia juga seorang pengusaha kaya." Jelas eomma singkat

Pengusaha? Apakah dia ajusshi?

"P-pengusaha?." Ucap naemin gugup

"Iya naemin dia pengusaha muda."

Ah dia masih muda ternyata, syukurlah.

"Kukira, dia seorang ajusshi"

Eomma hanya tertawa mendengar perkataan naemin.

"Ini tidak lucu eomma." Ucap naemin sambil memajukan bibinya sedikit ia terlihat menggemaskan sekali.

"Heheh.. sudah sudah eomma mau memanggil appa di kamar, pakai sepatu ini." Eomma menyodorkan kotak sepatu kepada naemin.

"Eh? Sepatu baru lagi?." Ucap naemin sambil ragu menggambil kotak sepatu itu

"Sudah,pakai saja hitung hitung nambah sepatu kamu kan." Ucap eomma sambil tersenyum.

"Hm,baiklah eomma gomawo." Ucap naemin

"Ne.." jawab eomma singkat

Lalu ia langsung kekamar menemui suaminya, park baenim.

•••

Park shin (eomma) POV

Ceklek.

Aku membuka pintunya dan melihat suamiku, sedang menatap keluar jendela.
Aku mendekatinya lalu juga menatap keluar jendela.

"Haruskah,secepat ini putri kecil kita meninggalkan rumah ini?."
Ucap park baenim membuka suara di antara keheningan ini.