- Prolog -

363 56 7
                                    

"Ahh Apa Ini ?" Langkah nya terhenti begitu saja setelah ia sadar telah menginjak sesuatu dibawah, bahkan rintik hujan yang turun pun sama sekali tidak dapat mempengaruhinya

"Tunggu, bukankah Ini ?"

.

.




[𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠]

Benda yang sangat berharga ini berarti penuh bagi dirinya, saat itu ia memberikannya untuk kemenangan laki-laki yang bisa dibilang mungil bagi dirinya yang kebetulan sedang mengikuti kompetisi didaerahnya

"Dyo!!!",

.


.


Sementara di tempat yang berlainan dari posisi laki-laki tegap itu berdiri, ada seseorang yang tengah bersemangat menggayuh sepedanya itu dengan perasaan bahagia

"Aku akan memasak eksperimen dari resep yang ku buat semalam", trotoar demi trotoar ia lewati memang cuaca disana sedang memasuki musim dingin. Angin yang kencang serta rintik hujan turun mulai membasahi pipi manisnya

"Bagaimana bisa orang-orang keluar saat akan memasuki musim dingin seperti ini, ya memang benar aku berkeringat tapi tidak menutupi jika aku juga kedinginan" ia memberhentikan sepedanya sejenak sembari mengeluarkan syal yang baru dibelinya tadi dan langsung memakainya mengingat lehernya kini sudah terasa menggigil karena udara dingin tersebut. Seperti terasa asing syal itu menempel dilehernya sempat terdiam sejenak tapi entah apa yang ia pikirkan itu

"Sebentar, Kalungku dimana?", kembali ia melepaskan syal itu begitu saja dan memegangi area leher dan dadanya "Oh tidak, aku telah menghilangkannya dimana",

Raut wajah yang tadinya sempat sedikit mengeluh tiba-tiba berubah menjadi cemas sambil terus merogoh tas dan kantongnya itu dan terus mencarinya. Lagi ia terdiam dan terus memegangi dadanya yang tersadar jika benda itu sudah tidak menempel lagi padanya, nampak berusaha mengingat dimana dan kemana ia telah pergi hari itu

"Mungkin tidak sengaja terjatuh di toko tadi, aku akan coba mencarinya kesana", dengan sigap dan cepat ia memutar balikkan sepedanya dan bergegas kembali ke toko yang disinggahinya tadi

.

.


Sementara Laki laki berparas tinggi itu tertunduk menatap kalung yang ada ditangannya tersebut, pandangannya hanya tertuju pada liontin kecil yang menjadi kunci ia akan bisa bertemu dengannya lagi. "Aku tahu ini punyamu, pasti kau sangat khawatir dan cemas mencarinya bukan", bola matanya mengatakan sesuatu bahwa ini adalah cara agar dia harus segera bertemu dengan orang yang selama ini menjadi peganggu didalam hatinya.

"Ya, aku akan berusaha mencarimu dan akan memperbaikki ini semua", tidak peduli tetesan air hujan membasahi rambutnya yang hampir menutupi sebagian dahi nya, dengan kencang laki-laki berambut sedikit kecoklatan itu berlari menuju halte bis sembari menggenggam kalung yang ada di tangannya.

A Because I'm Only Yours[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang