Siang ini Baekhyun pergi ke rumah sakit tempat Sehun bekerja, di tangan kanannya dia membawa sebuah map coklat yang diyakininya sangat penting. Laki-laki itu saking terburu-buru nya sampai melupakan berkas penting itu. Untung saja dirinya melihat map yang diletakkan pemiliknya tadi diatas meja makan, dirinya berniat mengantarkannya sebelum jam makan siang. Diliriknya jam tangan yang tersemat di lengan kirinya itu sekilas, waktu menunjukkan pukul dua belas lebih seperempat.
"Pantesan macet... jam makan siang, toh!" Gerutunya.
"Sampai disini saja Ahjussi."
"Tapi Nona rumah sakit masih jauh."
"Tidak apa Ahjussi aku akan berlari dari sini."
"Nona matahari lagi terik-teriknya sekarang, kenapa Nona malah memilih berlari. Biar saya saja yang mengantarkan berkasnya pada Tuan Sehun."
Baekhyun menggeleng. "Biar Baekhyun aja Ahjussi sekalian Baekhyun ingin menjenguk teman yang sakit." Dusta Baekhyun.
Pak Nam memicingkan matanya menatap Baekhyun. "Benarkah? Nona tidak berbohong, 'kan?"
Berusaha mengelak dengan mengibaskan tangannya di udara. "Tidak kok. Baekhyun tidak berbohong."
"Baiklah. Kalau ada apa-apa hubungi saya Nona."
"Siap."
***
"Hah..hah capeknya..." Keluhnya sambil mengusap peluh yang mengalir di dahinya.
"Aku tak menyangka bisa berlari sampai sejauh ini, uh.." Tangannya bertumpu pada kedua lututnya berusaha menetralkan deru napasnya yang menggila, dirasa napasnya sudah normal kembali dengan buru-buru Baekhyun merapikan rambutnya yang terlihat berantakan akibat berlari dan setelah itu masuk kedalam rumah sakit dan mulai mencari ruang kerja pria itu.
***
Jam makan siang telah beberapa menit berlalu tapi Sehun sama sekali belum beranjak dari kursi dan komputernya. Dia masih menyibukkan dirinya meriset ulang kerjaan yang telah dilakukan Dokter magang yang dua hari lalu bekerja untuknya. Tak disangkanya beberapa proposal yang dikerjakan dokter magang itu benar-benar harus dikoreksi ulang, menambah beban kerja menjadi dua kali lipat dari sebelumnya.
Jari-jemarinya dengan lincah mengetik beberapa kata di layar komputer menjadi sebuah kalimat yang pantas untuk dibaca. Dia harus cepat menyelesaikan proposal ini untuk bahan rapat nanti.
Drrtt..drtt..drrtt..
Ponsel pintarnya bergetar menandakan panggilan masuk dari seseorang, melirik sekilas nama kontak yang menelponnya tanpa ragu dia mengangkatnya.
"Halo, ada apa Yeol. Kenapa kau menghubungiku disaat aku sibuk begini." Protes Sehun.
"Hey bung, jangan marah-marah dulu. Ini penting !! Aku menghilangkan berkas yang kau berikan kemarin, aku lupa menaruhnya dimana? Hun.. kau masih punya salinannya'kan?" Tanya Chanyeol pada Sehun.
"Tenang ... Tenang ... Aku masih menyimpan berkas aslinya, sebentar aku cari dulu."
"Baiklah. Aku tunggu."
Ponselnya pun diletakkan di bahu kirinya dengan layar ponsel yang menempel di telinganya yang masih tersambung dengan Chanyeol, matanya tak lepas meneliti beberapa laporan yang ditaruhnya diatas meja kerjanya. Dahinya mengernyit heran saat matanya tidak menemukan berkas yang dimaksud Chanyeol tadi.
"Perasaan tadi pagi aku sudah menyiapkannya, tapi dimana aku menaruhnya?" monolognya.
"Hun, kau sudah menemukannya belum?" Suara Chanyeol menyadarkannya dari lamunannya sesaat.