Part 5

91 10 0
                                    

Aku duduk di sofa yang diduduki Shawn tadi sambil memegang ponselku. Aku ingin meneleponnya untuk bertanya kapan aku mulai bekerja, namun aku masih enggan melakukannya. Aku takut dia mengacuhkan panggilan teleponnya.

Aku berjalan ke balkon kamarku dan mendapati bulan purnama yang bertengger tepat di langit depanku.
Aku memberanikan diriku dan menekan nomor yang tertulis pada kartu nama Shawn dan menelponnya.

"Halo..." Suara Shawn terdengar di ujung sana.

Aku terdiam. Aku tak percaya. Aku menelpon idolaku!!

"Halo.. Aku akan tutup telponnya" Suara Shawn terdengar kembali.
"No... Shawn this is me, Fay." Kataku dengan cepat, sebelum Shawn memutuskan sambungan telepon.
"Oh.. Hai Fay. Kamu pasti menelponku untuk bertanya tentang pekerjaanmu"Ujar Shawn

Aku hanya diam, masih tak percaya dan masih berusaha mengatur detak jantungku.

"Or maybe you want to say something else?" Tanya Shawn.
"Umm.. No. I.. Yes.. Mm.. It's about my work" Kataku dengan gugup.
"Okay. Kau bisa mulai bekerja besok. Datang saja ke hotel kemarin. Do you still remember where it is?" Jelas Shawn.
"Yes, I do. Kau harus tahu kalau aku masih kuliah" Kataku
"Ya, kita bicarakan lagi ini besok" Kata Shawn.
"Okay. Good.. Ni-"
Shawn langsung memutus sambungan telepon sebelum aku menyelesaikan kata-kata ku.
Aku menghela nafas.

Kenapa aku ini?
Kenapa aku berharap lebih?
Aku hanya seorang fan, tidak lebih.
Jadi, aku tidak boleh berharap banyak.
*****
Aku turun dari bus dan mulai berjalan menuju hotel yang ditempati Shawn. Sesaat kemudian, ponselku berbunyi.

"FAY!!!" Terdengar teriakan Angel yang menyusup ke telingaku.
"What happen?" Tanyaku cepat.
"Where are you? Kamu ga lupa kan kalau hari ini ada seminar di kampus?" Angel bertanya balik.

Aku menepuk dahiku. Aku benar-benar lupa.

"Seminarnya mulai 2 jam lagi" Kata Angel.
"Kita berangkat sama kan?" Tanya Angel memastikan.
"Mm.. I'm sorry. Kurasa kita akan pergi masing-masing. Aku masih ada urusan sebentar" Kataku
"okay. Bye Fay" Ujar Angel lalu menutup telepon.

Aku menghela nafas. Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan pada Shawn?

"Kenapa kau menghela nafas?"

Aku segera menoleh ke belakang dan mendapati Shawn yang berdiri mengenakan hoodie biru dongker dan celana pendek, memakai kacamata dan masker, serta menenteng plastik belanjaan.

"No.. Nothing" Jawabku sambil menahan nafas.
Melihat Shawn berdiri di depanku seperti sekarang ini dan berbicara denganku, membuat ku benar-benar bahagia.

"Do you want me to help you bring it?" Tanyaku sambil menunjuk plastik belanjaannya.
"No. I can handle this. C'mon"

Shawn berjalan di depanku dan aku mengikutinya. Kami memasuki sebuah kamar di lantai 2. Di dalam, tampak Andrew yang sedang membereskan beberapa barangnya dan di sana juga ada 2 orang kru yang melakukan hal yang sama.

"Uncle Andrew" Panggil Shawn

Andrew menatap kami lalu tersenyum dan menghampiri kami.

"Hai, Fay. How are you?" Sapa Andrew dengan ramah, benar-benar berbeda dengan dirinya saat pertama kali kami bertemu.
"I'm fine, thankyou" Jawabku sambil tersenyum juga.

Andrew menyuruh kami duduk di sebuah sofa dan dia duduk di depan kami.
"Fay, tugas mu sebagai asisten sebenarnya tidak terlalu banyak. Kau hanya perlu memerhatikan segala keperluan Shawn, mulai dari pakaian, makanan, dan lain-lain. Kau juga harus pastikan kondisi kesehatan Shawn selalu stabil. Do you understand?" Jelas Andrew.
"I got it." Jawabku
"Okay Fay, Shawn is your partner from now. And... I want to tell you something. You can't fall in love with him. I mean, just keep your feeling as a fan. You got it?" Kata Andrew lagi dengan nada agak pelan.

Aku tersentak. Kenapa dia harus mengatakan itu?? Aku menatap Shawn yang pura-pura tidak mendengar apapun. Dia tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Apa aku bisa melakukan itu??

"Uhmm.. Okay." Jawabku sambil tersenyum tipis.
"Sekarang, kami akan meninggalkan hotel ini. Mungkin, kau bisa bantu Shawn membereskan barang-barangnya." Kata Andrew lalu berdiri.

Aku dan Shawn juga berdiri dan mulai berjalan, hendak meninggalkan tempat itu.

"Oh.. Fay..." Panggilan Andrew menghentikan langkah kami.
Kami segera berbalik badan dan menatap Andrew.
"Satu lagi, kau akan bekerja jika Shawn punya acara. Misalkan, konser, mengisi acara tv, dll. Jadi, kau tidak akan selalu bekerja. Tapi tenang saja, kami akan tetap membayarmu per bulan" Kata Andrew.
"Yes, I know. Thankyou Uncle Andrew"

Kami akhirnya tiba di kamar hotel Shawn.
"Jadi, aku harus mulai darimana?" Tanyaku sambil melihat ke sekeliling kamar.
"Before we live this place, do you want to sing with me? And.. You can post it to your youtube channel" Kata Shawn sambil menggaruk kepalanya.

Aku terdiam. Ini... Bukan mimpi, kan???

Gimana gaiss? :"v
Gaje ga?  Wkwkwk
-MendesArmy-

Dear My IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang