Part 11

67 8 0
                                    

"Fay.. " Suara Angel membangunkanku dari lamunanku.

"umm.. Whut?" Tanyaku sambil mengerjap-ngerjapkan mataku.

Angel memutar bola matanya, jenuh. Lalu berkata "Ini udah kelima kalinya dosen ngeliatin kamu. Itu pasti karna kamu ngelamun dari tadi"

Aku tersentak lalu menatap dosen yang ternyata memang menatapku. Aku langsung menunjukkan wajah seolah-olah aku mengerti tentang apa yang beliau ajarkan, padahal tidak. Untung saja beliau percaya dengan wajahku.

"Did Shawn do something to you?" Tanya Angel sambil berbisik.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar ke udara.
"I'm quit" Ujarku dengan nada datar.
"Why? What happen?" Tanya Angel, bersamaan dengan berakhirnya kelas hari ini.

Aku dan Angel berjalan menuju cafetaria sambil aku yang menjelaskan apa yang terjadi pada Angel.

"Kau ingin kembali ke sana?" Tanya Angel saat kami sudah duduk.
"I don't know. I'm not sure" Jawabku.

"HEY GUYS" Sebuah suara memotong diskusi ku dengan Angel.

Aku dan Angel segera menoleh ke sumber suara dengan cepat.

"CHARLIE!" Aku langsung berteriak saat melihat wajah orang tersebut.

Dia segera berlari ke arah kami dan segera memelukku dan Angel.

"Kapan sampenya?" Tanyaku.
"Tadi pagi. I bring you something from Paris guys" Kata Charlie.

Charlie segera meletakkan dua plastik putih di atas meja yang berisi oleh-oleh.

"Thankyou" Kataku dengan Angel bersamaan.

"By the way, I have to go now. I have an appointment with my project group" Pamit Angel lalu segera pergi.

"Pulang yuk. Aku antar" Kata Charlie sambil tersenyum.

Aku mengangguk.
"I miss you, man." ujarku sambil merangkul Charlie.

Ya. Dia Charlie Puth. Sahabatku sejak lahir. Kami sudah berkenalan bahkan ketika kami masih bayi. Dulunya rumah kami bersebelahan. Tapi, sekarang dia sudah pindah. Tapi, tetap saja kami tidak bisa dipisahkan.

"How was Paris?" Tanyaku
"I love everything about Paris. I miss it so bad" Jawab Charlie.
"okaii. Just stay there, don't come back here again"  Kataku dengan nada yang kubuat-buat seolah-olah aku sedang kesal.

Charlie tertawa lalu mengacak-acak rambutku.
"I can't live there without my bff" Kata Charlie yang membuatku tersenyum.

"Banyak yang terjadi selama kau tidak ada di sini" Kataku.

Kami akhirnya sampai di apartemenku. Aku dan Charlie segera masuk dan duduk di sofa.

Aku mulai bercerita Panjang lebar tentang segala hal yang terjadi selama Charlie ada di Paris.

"Shawn Mendes?" Suara Charlie berubah. Raut wajahnya juga berubah.

Aku mengangguk. Charlie menatapku dalam-dalam. Aku tidak tahu apa artinya itu.

"Charlie" Aku memanggilnya.

Charlie tersentak, seolah-olah baru sadar dari lamunannya.

"Ah.. I'm sorry.. You.. Umm.. You don't feel anything right?" Tanya Charlie.
"Anything like what?" Aku bertanya balik.
"Seperti pusing, mual, atau yang lain?" Tanya Charlie. Wajahnya cemas.
"of course not. What are you talking about?" Aku menatap Charlie dengan tatapan bingung.
"Um.." Charlie bergumam.

Kami diam. Tak ada yang berbicara. Suasananya jadi aneh.

"Listen, Fay. Menurutku, kau tidak perlu bekerja dengannya lagi. Kau cukup jadi fans nya saja. Tidak perlu lakukan ini semua. Aku tidak ingin kau terluka." Charlie bersuara setelah beberapa menit diam.

Aku hanya menatap nya. Tak berkata apa-apa. Apa benar kata Charlie? Aku memang merasa menyesal karena langsung memutuskan untuk berhenti saat itu. Tapi... Aku juga lelah. Terlalu banyak hal yang membuatku tertekan dan terluka selama bekerja sebagai asisten Shawn.
Ohh God.

Hai guys
Maaf aku nganggurin fanfic ini terlalu lama.
Belakangan ini aku lagi sibuk mempersiapkan diri untuk ikut sejenis olimpiade gitu.
Trus, aku ga sempat ngetik. Padahal, inspirasi udah muncak banget di otak.
Hope u enjoy guys:)
See u in next part.

Find me on instagram @syaloomberlianLuv, AkariAya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Find me on instagram @syaloomberlian
Luv, AkariAya.

Dear My IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang