3

1K 63 4
                                    


***

"Tris, lo tau gak?" Saat ini Faren dan Tristan sedang dalam perjalanan pulang, berhubung rumah mereka gak jauhan jadi selalu pulang bareng.

"Gak" jawab Tristan acuh

Faren yang perkataan nya dipotong oleh Tristan, memutar matanya malas.

"Aduh!" Tristan mengaduh kesakitan karena pinggang nya dicubit oleh Faren.

Sementara Faren ia merasa biasa biasa saja, "Lo kenapa sih!?" Faren menjawab pertanyaan yang terlontar dimulut cowo itu.

"Lagian orang belum selesai ngomong, malah dipotong"

"Iya iya, emang mau ngomong apaan sih?" Tanya Tristan penasaran.

Seketika itu Faren berubah menjadi antusias dan berujar dengan semangat 45, "Rizky cowo berandalan yang tampan itu-"

"Masih tampan gue lah" ujar Tristan percaya diri. Faren memasang wajah seolah mau mual mendengarnya, walaupun kenyataannya Tristan memang tampan berambut gelap, bermata hitam pekat, tinggi tegap dengan rambut yang agak acakan. Siapapun pasti memuja cowo ini. Faren pun tak kalah cantik, ia bermata coklat terang, rambut hitam dikuncir, kulit kuning langsat dan pintar tentunya, tinggi Faren 175cm selisih 9cm dengan Tristan.

"Rizky sama Hani mereka pacaran wahh!!" Jelas Faren antusias sambil loncat kegirangan.

"Kalo ngomong biasa aja kali gak usah teriak juga, sakit nih telinga gue" dengus Tristan mengusap telinganya. Faren mengerucutkan bibirnya.

"Kok bisa mereka pacaran? Mereka sejak kapan sudah pacaran? Dan lo kenapa tau mereka pacaran? Kamu nguping ya?" Selidik Tristan

Faren hanya menggaruk tengkuk belakangnya sambil nyengir lebar, "Hehe, gue gak sengaja tadi denger mereka pas mau kekelas habis rapat osis. Katanya mereka udah pacaran 2 bulan" Tristan mengangguk mengerti.

"Yaudah gue pulang dulu ya, sampai jumpa besok disekolah!!" Teriak Faren melambaikan tangan ketika sampai dipersimpangan jalan dan berbelok ke jalan arah kiri, sementara Tristan berbelok ke jalan arah kanan.

"Dia gak pernah berubah ya" batin Tristan tersenyum simpul.

<~>

Sore ini cuacanya sangat bagus, tidak hujan dan tidak pula panas. Membuat siapa pun yang menikmatinya terasa damai, begitupun dengan apa yang dirasakan Tristan. Sekarang ia berada digang kecil dan sepi masih menuju kost-an nya sekitar 3 menit lagi sampai.

Namun itu tidak bertahan lama ketika Tristan merasa dirinya diikuti seseorang, Tristan berbalik kebelakang tapi tidak ada siapapun disana.

"Siapa disana?" Seru Tristan lantang, tapi tidak ada yang menjawab sehingga suaranya menggema di gang itu seakan hanya ada dia sendiri disana.

Tristan mengernyit heran menatap sekelilingnya dan tidak menemukan siapapun disana. Ia kembali berjalan menuju kost-nya acuh. Sementara diujung gang ada seseorang yang menatap nya tajam sambil menyeringai, sosok itu memperhatikan punggung Tristan yang berjalan menjauh dari gang.

"Akhirnya aku menemukanmu"

<~>

Faren berdiri dan menatap rumah yang terdiri dari dua lantai itu, kemudian masuk kedalamnya.

"Assalamu'alaikum bunda"

"Wa'alaikum salam, lho Faren sudah pulang" jawab bunda diruang tamu.

Faren mengerucutkan bibir nya kesal, "Bunda gimana sih kalo Faren sudah disini berarti sudah pulang" keluhnya.

Bunda hanya terkekeh pelan, "Iya bunda hanya bercanda kok, yaudah sekarang kamu kekamar gih mandi bersihin badan kamu jangan lupa sholat Ashar" titahnya.

"Oke bunda" sahut Faren memberi hormat, bunda hanya menggelengkan kepala melihatnya.

Faren pun menuju kamarnya dilantai 2 dan mulai melaksanakan apa yang disuruh bundanya.

<~><~><~>

Seorang pemuda berjaket coklat gelap sedang mengikuti gadis yang berada tak jauh didepannya, sedari tadi ia memperhatikan gadis itu tanpa disadari.

Ia menatap gadis itu dengan tatapan sulit diartikan "hahh, dunia ini kejam ya" batin pemuda itu, gadis itu menggunakan seragam sekolah yang berarti dia baru pulang sekolah dan menuju Taman garden.

Karena sore ini cuacanya bagus, jadi taman itu rame oleh orang-orang dan anak-anak. Gadis itu bersandar disalah satu pohon hias yang mirip dengan pohon kelapa. Ia memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menyerpanya.

"Hahh, seharusnya aku gak perlu marah pada Rizky. Aku kok jadi merasa bersalah ya" gumam nya.

"Ibu.. aku merasa hidup ini berat ya?"

***
Gadis itu beranjak dari posisi menyandarnya, ini sudah pukul 05:00. Ia bergegas kembali kerumah kontrakannya, gadis itu anak yatim piatu. Ibunya meninggal saat dia berumur 14 tahun, tepat disaat kelulusan nya yang akan melanjutkan sekolahan SMA.

Sejak kecil ia hanya tinggal bersama ibunya, ayahnya entah pergi kemana. Ibunya selalu bekerja serabutan untuk menafkahinya, gadis itu biasa dipanggil Hani.

Hani selalu belajar agar nilainya sampai kkm, ia bercita-cita menjadi seorang dokter. Selain bisa mengobati orang sakit, Hani juga ingin membahagiakan ibunya. Namun, impiannya untuk membahagiakan ibunya sirna.

Ibu hani sudah semakin tua dan sakit-sakitan, apalagi setelah diperiksa ternyata ibunya mengalami penyakit kronis. Itu membuat Hani terasa terpuruk, hingga akhirnya ia meminjam uang sebesar 30 juta untuk biaya operasi ibunya.

Selama 7 bulan Hani merawat ibunya dirumah sakit, ia tetap belajar agar saat kelulusan Hani bisa masuk keSMA PurmaJaya. Itu SMA impiannya, hingga kelulusan Hani mendapat jalur undangan keSMA yang diimpikan-nya.

Dan disaat itu pula, ibunya menghembuskan napas terakhirnya.

Sampai ia sudah berumur 16 tahun, ia bertemu dengan Rizky. Siswa berandalan disekolah tapi memiliki hati yang baik. Rizky menyatakan cintanya pada Hani dan diterima oleh Hani.

Hani selalu menjadikan Rizky tempat ia berlabuh dan bersandarnya, tempat dimana ia merasa diperhatikan. Walau ia tidak memberitahu jika ia memiliki hutang yang belum bisa dilunasinya.

Sampai dirumah kontrakannya, Hani memasuki kamarnya bergegas bersih-bersih. Tatapan yang menatapnya kini perlahan meredup, pemuda itu pergi meninggalkan tempat itu setelah selesai mengikuti gadis itu.

...   ...   ...   ...   ...   ...   ...   ...   ...   ...

***

Jangan lupa komen ya dan tekan bintang ☆

Publish : 13-01-2019

Detective Class  [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang