Part-10

25 2 2
                                    

Kini seperti biasanya. Aku menuju kesekolah dengan mengendarai sepeda motorku. Sejujurnya, aku masih terus memikirkan apa yang sering kudengar dari teman-teman.

Aku pun tak tahu mengapa terus memikirkan hal itu. Yang pasti aku mencoba tak peduli.

"Hei!!" Teriak seseorang dari belakang. Dan ternyata itu adalah Fahmi.

"Apa?" Tanyaku padanya singkat.

"Gak apa-apa sih. Hehe." Jawabnya dengan tawa yang membuatku geli.

"Ooh, yaudah." Kataku sembari meninggalkannya.

Aku pun berjalan menuju ke kelas. Disana pun telah banyak siswa kelasku yang sudah datang lebih awal.

"Vin!" Panggil seseorang yang membuatku menoleh.

"Ada apa?" Tanyaku padanya yang ternyata adalah Aleshya.

"Vin, kamu kenapa sih?" Tanyanya padaku.

"Kenapa apanya?" Tanyaku heran.

"Kamu itu kayanya ada yang beda." jawabnya.

"Beda apanya?" Tanyaku lagi.

"Ya, beda aja gitu. Kaya lebih dingin." Jawabnya membuatku terkejut.

Bagaimana aku tak terkejut. Ternyata Aleshya menyadari perubahanku padanya.

"Ah, enggak kok. Perasaan kamu aja kali." Jawabku mengelak.

"Iya mungkin, cuma perasaan aku aja." Jawabnya membuatku lega.

Bel dimulainya kegiatan belajar pun berbunyi. Semua siswa masuk ke kelasnya masing-masing. Guru mata pelajaran masuk dan mulai menjelaskan materi hari ini dengan baik.

Semua siswa mencatat dengan serius apa yang diterangkan oleh guru kami. Beberapa saat bel pergantian pelajaran pun berbunyi. Itu berarti menandakan bahwa pelajaran kali ini telah selesai, dan berganti dengan pelajaran selanjutnya.

***

Tak berselang lama, bel istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan menuju kantin. Disana, aku melihat Aleshya dan Aini yang tengah menikmati makanan yang tadi mereka pesan.

Ku tatap wajah Aleshya lekat. Sembari memikirkan hal yang akhir-akhir ini ku dengar.

Kau dan aku
Bagaikan langit dengan bumi
Terpisahkan oleh jarak
Yang membentang dengan luas
Sehingga sulit tuk dicapai
Ku coba tuk menggapaimu
Namun...
Semuanya hanyalah sia-sia
Dan hanya akan menjadi angan

Aku pun memikirkan tentang semua hal yang terjadi. Dari mulai ku mengenalnya sampai hal yang terjadi baru-baru ini.

***

Waktu berlalu dengan cepat. Aku pun membuat janji dengan Aleshya hari ini. Kami pun bertemu di sebuah kafe di kota ini.

"Aleshya." kataku memulai percakapan. "Aku mau menanyakan suatu hal." Sambungku.

"Tanya apa?" Tanyanya dengan raut wajah penasaran.

"Tapi kamu jangan marah ya." Kataku lagi.

"Emang mau nanya apa sih?" Tanyanya semakin penasaran.

"Jadi gini, sebenernya yang temen-temen bilang itu bener gak sih?" Tanyaku penasaran dengan apa yang sering kudengarkan.

"Yang mana?" Tanyanya kebingungan.

"Yang kamu deket sama Ilyas." Kataku.

"Ouh, itu kan udah pernah aku bilang kalo kita itu temen aja. Gak lebih." Jawabnya

"Bener nih?" Tanyaku masih tak percaya.

"Iya, bener kok." Jawabnya lagi.

"Tapi katanya nanti kamu sama Ilyas mau mendaki gunung ya?" Tanyaku.

"Iya. Tapi kok kamu bisa tau sih?" Tanyanya heran.

"Ada deh." Jawabku dihiasi seringaian kecilku.

"Hmm, iya deh." Katanya pasrah.

***

Keesokan harinya, aku pergi ke sekolah dan melihat Aleshya yang sedang mengobrol dengan Ilyas. Tapi, aku memilih untuk tetap positive thingking untuk menanggapinya.

Hari ini, semuanya berjalan seperti biasa. Tak ada hal spesial ataupun hal yang baru. Semuanya tampak mengalir begitu saja.

Hingga pada akhirnya, aku kembali melihat Aleshya mengobrol lagi dengan Ilyas. Bahkan sekarang, mereka tampak lebih dekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALVINO dan ALESHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang