Part-9

16 6 0
                                    

Aku senang ketika kau bahagia.
Tapi aku sedih, karena bukan aku alasannya.
____________________________________

Aku melewati hari-hariku tak seperti biasanya. Aku seringkali merasa canggung saat berada dekat dengan Aleshya. Terutama setelah mendengar kabar kemarin.

Kali ini, aku benar-benar hanya bisa memperhatikan senyumnya dari kejauhan. Aku hanya bisa melihatnya tersenyum tanpa kehadiranku.

Mungkin...
Kini memang bukan saatnya
bisa memilikkimu
Mungkin suatu saat nanti
Atau juga...
Kau hanya akan menjadi angan
Untuk bisa kumiliki

"Hei!!" Teriak Fahmi yang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Apa sih?!" Kataku kesal padanya.

"Lu ngelamunin apaan sih?" Tanya Fahmi heran.

"Gak usah kepo lu!" Jawabku ketus.

"Ketus amat sih lu."

"Bodo!" Jawabku tak peduli.

"Udah ah. Udah masuk nih." Katanya lagi.

"Hmm iya."

Kami pun mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Lagi, lagi, dan lagi. Aku terus saja memperhatikan Aleshya.

Entah kenapa aku sulit sekali menghilangkannya dari pikiranku.

Waktu terus berjalan. Detik demi detik, menit demi menit telah kulewati. Aku terus saja memperhatikannya.

Tak terasa, bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa/siswi berhamburan menuju kantin. Tapi tidak denganku. Aku tetap diam di kelas sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Vin, lu gak ke kantin?" Tanya Bryan.

"Gak." Jawabku singkat.

"Kenapa?" Tanyanya lagi.

"Gak apa-apa sih, cuman lagi mager." Jawabku.

"Ok deh. Gua ke kantin dulu."

"Ok."

Di kelas aku hanya bersama Zicko, Natasha, dan Putri.

"Vin, tumben lu gak bareng temen-temen lu." Kata Natasha.

"Lagi males." Jawabku singkat.

"Ok deh."

"Kalian juga jarang ke kantin kayanya." Kataku pada mereka.

"Iya, soalnya gua suka bawa bekal dari rumah." Jawab Zicko.

"Kalo gua sama Natasha males." Kata Putri.

"Ooh."

Kami hanya mengobrol dan bersenda gurau didalam kelas. Sampai akhirnya bel masuk berbunyi.

"Vin, kenapa lu gak ke kantin sih?" Tanya Fahmi.

"Gak apa-apa cuman lagi males." Jawabku.

"Ooh." Jawabnya.

Pelajaran pun dimulai kembali. Semua siswa di kelasku memperhatikan guru di kelasku dengan seksama.

***

Waktu pulang telah tiba. Aku pun telah menaiki motorku untuk pulang ke rumah.

Sesampainya dirumah, aku hanya berbaring seperti biasanya. Tak ada kegiatan yang mengasyikan. Terutama, aku juga sedang tidak ingin melakukan sesuatu untuk hari ini.

Lagi-lagi aku hanya sibuk dengan pikiranku.

'Apa itu bener? Apa iya kalau Aleshya suka sama Ilyas(cowok yang dikabarin disukai Aleshya.' Batinku bertanya-tanya tentang hal itu.

"Kenapa sih gua harus mikirin dia terus?" Kataku kesal pada diri sendiri. "Bukannya itu hak dia buat suka sama siapa pun. Lagipula gua kan gak punya hak buat cemburu ataupun ngelarang dia suka sama orang lain." Sambungku yang semakin kesal.

Aku semakin bingung dengan pikiranku. Aku merasa semakin kacau. Semakin tak mengerti dengan apa yang selalu saja aku pikirkan.

Aku mencoba menenangkan pikiranku. Tapi tetap saja tak bisa kulakukan. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi kafe langgananku berharap bisa tenang.

Aku melaju ke kafe tersebut menggunakan motorku. Disana ada salah satu temanku yang merupakan salahsatu pegawai disana.

Setelah sampai, aku pun langsung memesan minuman yang ada di daftar menu. Aku memesan segelas milkshake kesukaanku.

"Hei bro, tumben lu kesini." Kata temanku yang menjadi pegawai di kafe ini.

"Ooh jadi lu gak mau gua kesini? Ok deh gua cabut." Kataku.

"Yaelah gua bercanda kali." Katanya lagi.

"Iya in aja deh." Kataku. "Eh, lu gak bantu beres-beres?" Tanyaku padanya.

"Gak. Soalnya shift gua dah kelar." Jawabnya.

"Ooh."

"Udah lama lu gak kesini." Katanya.

"Ya terus kenapa?" Tanyaku.

"Ya gak apa-apa sih." Katanya. "Cuman biasanya lu kesini kalo lagi ada masalah." Lanjutnya.

"Iya nih gua lagi bingung." Kataku.

"Emang masalah apa?" Tanyanya penasaran.

"Kan gua lagi suka sama cewek, tapi kayanya si cewek itu lebih suka sama cowok lain." Kataku menjelaskan.

"Tumben amat lu bingung gara-gara cewek." Katanya.

"Lu itu bukannya ngasih saran, malah ngeledek." Kataku kesal.

"Soalnya lu jarang banget galau gara-gara cewek." Katanya. "Tapi kalau menurut gua sih, coba tanya dulu ke si ceweknya. Kalau gak bener ya lu deketin lagi aja. Tapi, kalau itu bener sebaiknya lu ngalah dulu. Jangan terlalu agresif." Sarannya.

"Bener juga lu. Tumben pinter." Kataku meledeknya.

"Gua gitu lho... hehehe." Katanya menyombongkan diri.

"Ya udah deh gua mau pulang nih. Lu mau ikut gak?" Ajakku.

"Ok deh gua ikut." Jawabnya.

Kami pun pulang dan aku akan mengantarnya terlebih dahulu. Sampai dirumah, aku langsung berbaring dan mengingat perkataan temanku tadi.

Aku pun terlelap di tempat tidurku karena merasa sedikit lelah.

Note :

Makin gaje ya? Maaf deh. Maaf juga kalo banyak typo dan hal lainnya.

HAPPY READING!!!!

ALVINO dan ALESHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang