Part-8

17 5 0
                                    

Hari ini seperti biasanya. Aku bangun pagi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah bersiap-siap, aku pun menuju ke ruang makan untuk sarapan.

Suasana di meja makan cukup hening.

"Vin, sekarang Papah sama Mamah mau berangkat keluar kota selama tiga hari. Kamu gak apa-apa kan ditinggal sendiri?" Kata ayahku memecah kesunyian.

"Iya pah, gak apa-apa kok. Lagian kan Vino juga udah besar." Jawabku mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja.

"Nanti kalo kamu mau makanan atau keperluan lain, udah Mamah siap in ya." Sambung ibuku.

"Iya mah." Jawabku mengangguk.

***

Setelah selesai sarapan aku pun pamit kepada ayah dan ibuku untuk berangkat ke sekolah. Aku berangkat sekolah mengendarai sepeda motorku.

Tak butuh waktu lama, aku pun sudah sampai di depan sekolah. Aku pun segera memarkirkan motorku di tempat parkir sekolah. Setelah itu, aku langsung menuju ke kelasku.

Disana masih sedikit siswa/siswi yang sudah datang. Aku pun masuk kedalam kelas dan langsung menuju tempat duduk ku.

"Eh Vin, lu tau gk..."

"Gak." Kataku memotong perkataan Fahmi yang sudah pasti akan membicarakan tentang pacarnya.

"Lu gitu amat sih ke gua." Katanya.

"Bodo amat." Kataku ketus.

"Ya udah deh kalo gitu gua mau ke kelas doi aja deh." Kata Fahmi yang langsung keluar kelas.

Kenapa aku bersikap seperti itu kepada temanku? Jawabannya adalah, aku sudah bosan dan malas mendengar Fahmi yang terus menerus menceritakan tentang pacarnya secara panjang lebar. Bukan hanya itu saja. Tapi juga, ia akan mengejeku karena aku ini jomblo.

"Alvino!" Panggil seseorang yang tak asing bagiku.

Ya! Dia adalah Aleshya.

"Eh, Aleshya ada apa?" Tanyaku pada Aleshya.

"Enggak kok. Aku cuma mau terimakasih." Katanya.

"Terimakasih buat apa?" Tanyaku sedikit heran.

"Terimakasih buat tadi malam aku udah nganter aku pulang dan traktir aku makan." Katanya menjelaskan.

"Iya sama-sama." Kataku membalasnya.

Bel pun berbunyi menandakan semua siswa/siswi wajib berbaris di depan lapangan. Seperti biasanya kami pun menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu wajib nasional/daerah, dan juga membaca doa.

Kami pun masuk kelas ketika kegiatan pembiasaan telah selesai. Guru kami pun masuk kedalam kelas dan memberi informasi bahwa sekarang, kami akan melaksanakan kegiatan ulangan harian. Sontak saja seisi kelas langsung protes karena ulangan yang sangat mendadak.


"Bu, kok dadakan banget nih?" Tanya salah satu temanku protes.

"Iya nih, bu." Sahut yang lain.

"Udah gak usah protes." Kata guru tersebut. "Kalian emangnya gak mau dapet nilai?" Sambungnya.

"Mau lah bu." Kata temanku yang tadi protes.

"Ya udah makannya gak usah protes." Katanya. "Sekarang ibu kasih kalian waktu untuk menghafal selama 15 menit." Kata guru tersebut.

"Baik, bu." Kata semua serentak.

***

Setelah selesai mengerjakan semua, bel istirahat berbunyi. Aku langsung menuju kantin bersama Bryan, Fahmi, dan Rangga. Disana kami memesan makanan dan juga minuman. Kami berbincang-bincang mengenai ulangan yang baru saja kami laksanakan.

Setelah itu, kami kembali masuk ke kelas dan kembali belajar. Tapi tak lama kemudian, bel berbunyi tanda kami pulang lebih awal. Ada pengumuman bahwa hari ini para guru di sekolah kami akan melaksanakan rapat.

Entah ada hal apa yang dibahas. Lagipula aku tak mau tahu. Itu bukan urusanku.

Sampai dirumah, rumahku masih sepi karena orangtuaku yang masih berada diluar kota.
Aku pun langsung mengganti bajuku dan langsung beristirahat.

***

Keesokan harinya, seperti biasa aku berangkat sekolah. Di sekolah, ada sebuah kabar yang membuatku merasa bimbang. Itu dikarenakan ada kabar bahwa sebenarnya, Aleshya sedang menyukai seseorang.

"Vin, lu tau gak cowok yang sekarang disukai sama si Aleshya?" Tanya Fahmi yang tiba-tiba menanyakan hal tersebut.

"Gak." Jawabku malas.

"Yaelah, kenapa sih lu?" Tanyanya lagi.

"Gak apa-apa." Jawabku lagi semakin malas.

"Et dah ni bocah. Jangan bilang lu cemburu." Katanya lagi semakin membuatku malas.

"Gak lah. Buat apa cemburu? Gak guna." Kataku. "Udah ah gua mau ke kantin dulu." Kataku yang langsung pergi.

Tapi, kalau dipikir-pikir aku memang cemburu. Entah kenapa. Tapi aku benar-benar tidak suka mendengar kabar itu.

Padahal, ia bebas kan untuk menyukai siapapun? Lantas, kenapa aku harus cemburu? Entahlah.

Note :

I'm back dengan cerita yang makin gaje. Dan maaf kalau banyak typo.

Jangan lupa vote dan komen.
HAPPY READING!!!!

ALVINO dan ALESHYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang