Pria berbadan besar dengan rambut mulai memutih dan garis wajah keras duduk memperhatikan kedua anak laki-laki yang sekarang berdiri di hadapannya.
"Apa yang kalian lakukan sepanjang hari ini?" tanya pria tua itu.
"Aku membantu Jinu hyung merapikan lemari" balas anak paling muda.
Pria tua itu hanya menatapnya sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah anak laki-laki berikutnya.
"Sepertinya kalian sudah berani berbohong pada ku." ucapan itu membuat kedua anak itu gemetar.
"Kim Jinwoo, katakan apa yang telah kau lakukan" tatap pria itu mengintimidasi
Jinwoo berusaha untuk tidak memberikan jawaban. Tetapi setiap ia menatap mata tajam itu, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ketakutan yang begitu besar selalu membuat anak laki-laki itu tak berdaya.
"Kami hanya bermain papa" jawab Jinwoo singkat.
"Dimana?" tanya pria tua itu lagi
"Rumah Nam-Taehyun" ucap Jinwoo takut
Dagu prima tua itu mengeras. Tatapannya penuh amarah, dan kebencian mendengar jawaban Jinwoo. Ia menghampiri kedua anak itu, berjongkok agar tingginya sama dengan anak-anak itu.
"Sudah kukatakan, kalian tidak boleh kemana pun tanpa persetujuanku" ucap pria itu mengusap kepala kedua anak yang hampir menangis itu. Bukan merasa tenang, mereka malah semakin ketakutan.
"Bagaimana jika terjadi apa-apa kepada kalian? Kalian membuatku cemas" tambah pria itu. Pria itu menatap Jinwoo tajam, membuat anak itu bergetar ketakutan.
"Kim Jinwoo, bukankah seorang kakak tahu yang baik untuk adikya?" tanya pria itu sinis, tak sedikitpun ia mengalihkan pandangannya dari mata indah anak itu. Tatapan itu berhasil menghancurkan kemauan Jinwoo untuk memberontak.
"Iya papa, aku mengerti" ucapnya pelan, anak itu hanya bisa menunduk, menggepalkan tangannya mencoba menahan hatinya yang ingin berteriak.
"Anak pintar" pria tua itu pun menatap Seungyoon
"Dan kau sendiri sudah mulai berani berbohong?" ucap pria tua itu. Ia menatap Seungyoon dengan tatapan penuh kebencian
"Maa..maafkan aku papa" ucapnya ketakutan menahan tangisannya.
"1 malam "ucap pria tua itu lalu meninggalkan kedua anak yang menahan tangisannya.
"Robert! aku mohon, tolong aku sekali saja" mohon Seungyoon pada kepala pelayan itu.
"Maafkan saya tuan muda" ucap pria itu lalu mendorong kedua anak itu mengarahkan ke ruang bawah tanah
Jinwoo memegang erat tangan Seungyoon menyusuri lorong-lorong bawah tanah itu. Setiap langkah terdengar begitu menyeramkan. Bunyi air dan bau tak sedap mengelilingi ruangan bawah tanah yang sangat luas itu. Seunghoon ikut memegang tangan Jinwoo dengan sangat erat seakan tak ingin kehilangannya. Pria tua dibelakang kedua anak itu memperhatikan dengan tatapan iba.
"Maaf kan aku" ucap pria itu dalam hatinya.
Pria tua itu menarik Seungyoon lalu mendorongnya masuk ke dalam suatu ruangan gelap, didalamnya tidak ada apa-apa. hanya ada satu lubang penerangan sebesar koin.
"Robert!" teriak anak itu.
"Aku mohon! keluarkan aku! a...aku janji tidak mengulanginya lagi" Teriak Seungyoon sambil menggedor pintu ruangan itu,
"Keluarkan dia!" Teriak Jinwoo dengan tubuh mungilnya berusaha memukul tubuh pria didepannya.
Jinwoo berlari ke depan ruangan dimana Seungyoon berada.