CHAPTER 3

1.9K 207 9
                                        

AVERY POV

Saya tidak sangka boleh terjumpa dengan Mr Damien di sekolah Lavender dan saya juga tidak sangka Mr Damien mengajak saya untuk minum coffee dengannya di café berdekatan. Kami tiba di sebuah café yang tidak berapa jauh dengan sekolah Lavender dan Dustin dan seperti seorang gentlemen Mr Damien bukakan pintu kereta untuk saya.

"Thank you." Ucap saya dengan senyuman.

"You're welcome."

Kami sama-sama masuk ke dalam café yang dipanggil Little Angel Café. Bau aroma coffee menyelubungi seluruh café ini. Apabila tiba giliran kami untuk order seorang pekerja perempuan yang ambil order kami. Pekerja perempuan itu memberikan senyuman mengoda kepepada Damien dan buat saya seolah-olah tidak wujud di sebelah Damien.

"Give me one cup strong coffee." Pesan Damien tanpa mempedulikan senyuman mengoda pekerja perempuan itu terus senyuman yang terlebih manis itu bertukar kepada senyuman pahit. "How about you Avery? What do you want to drink?" Tanya Damien kepada saya dengan senyuman yang terukir di bibirnya.

"I want hot green tea latte." Pesan saya kepada pekerja perempuan itu. Macam tidak ikhlas saja tu pekerja perempuan ambil pesanan saya.

"All will be 5.99 dollars (25.04MYR)"

Saya nampak Damien mengeluarkan card credit hitam dari wallet nya lalu berikan kepada pekerja perempuan itu. Setelah beberapa minit menunggu air yang kami pesan sudah siap.
Saya dan Damien pergi duduk di meja kosong dekat tingkap dan agak tertutup.

"So tell me about yourself." Bilang Damien yang membuatkan saya berhenti menghirup green tea latte saya.

"Is this my second interview?" Gurau saya.

"You can said like that. I would like to know my employee." Bilang Damien dengan selamba.

"Well my name is Avery Maxwell. I'm 25 years old and I'm single mother. I work as a waitress at this diner at noon and a club singer at night." Bilang saya tanpa rasa segan. Lebih baik berterus terang daripada menipu.

"You do two jobs at the same day?" Tanya Damien dengan nada yang tidak percaya.

"I have to. I have a daughter to support so I need some extra cash to support both of us." Bilang saya lagi sambil menghirup minuman saya.

"Dustin told me Lavender father at heaven. Is that true?" Tanya Damien terus saya terkedu seketika.

"No. He happily married with his wife and will welcome their baby soon." Bilang saya.

"Oh. I'm sorry but the way you said I can tell Lavender father didn't want to take his responsibility." Teka Damien. Perlahan-lahan saya angguk kepala saya. "Damn, how can a father didn't want his kid." Bilang Damien dengan nada yang geram.

"It's okay. I can raised Lavender my own even he is not here. I'm happy he found the woman he loved. People may said Lavender is a mistake but I love her so much and I willing to sacrifice my life for my daughter." Bilang saya tanpa saya sedari saya sudah terlebih cakap dengan Damien. "Sorry, I over talk."

"No its fine. I will do the same for Dustin." Bilang Damien dengan senyuman kecil.

"Can I ask you something?" Tanya saya dengan nada yang takut-takut.

"Sure."

"Don't you worry if your wife caught you going out with me?" Tanya saya dengan nada yang risau. Saya pula yang takut nanti tiba-tiba isteri Damien ternampak saya keluar dengan
suaminya, saya tidak mahu dituduh sebagai perampas suami orang.

"Don't worry she won't caught us." Bilang Damien dengan nada yang kecil.

"Is she out of country or what?" Tanya saya.

"She at heaven." Jawap Damien yang buat saya tersentak.

"I'm so sorry Damien." Ucap saya dengan nada yang kesal. Apasal la saya ni bodoh sangat pergi tanya pasal wife dia yang sudah tiada.

"It's fine, you didn't know about that."

"May I ask how her die?"

"She die while gave birth to Dustin. Diana is very kind and have a golden heart but God loves her more." Bilang Damien dengan nada yang sayu. Saya boleh nampak bertapa besarnya cinta Damien terhadap mendiang Diana.

"I can see you really loves her." Bilang saya dengan senyuman.

"I do. For me she is the only woman I love." Bilang Damien dengan penuh rasa cinta di matanya.

"She very lucky to have a husband like you." Puji saya. Diana memang wanita yang bertuah kerana memiliki suami yang penyayang dan pencinta setia seperti Damien.

Tanpa saya sedari mahu dekat satu jam saya temankan Damien coffee sehingga saya terlupa saya kena masuk kerja di diner.

"I'm sorry Damien but I have to go now." Dengan kelam kabut saya berdiri tapi lengan saya direntap oleh Damien yang membuatkan saya bertentang mata dengan Damien.

"Where are you going?" Tanya Damien dengan penuh persoalan di mukanya.

"I have work at diner remember. I have to go and thank you for the coffee." Bilang saya.

"Let me drive you." Tawar Damien tapi cepat-cepat saya geleng kepala saya menolak akan tawaran Damien.

"I can take bus from here." Bilang saya. Sewaktu saya hantar Avery tadi saya tidak bawa kereta saya sebab kereta saya rosak dan tidak dapat dihidupkan enjinnya. Saya terpaksa naik bus hantar Avery ke tadika dan mungkin saya akan jalan kaki saya pergi diner walaupun agak jauh dari sini. Dengan kewangan saya sekarang saya tidak mampu mahu naik teksi.

"No, let me drive you." Damien tetap berkeras mahu menghantar saya.

"Okay." Saya terpaksa mengalah dengan Damien dan saya pun tidak berani mahu melawan cakapnya sebab Damien ialah boss saya.

Mahu tidak mahu saya terpaksa ikut cakap Damien untuk Damien menghantar saya ke tempat kerja saya. Tiba sahaja di hadapan diner tempat saya bekerja, saya buka tali pinggang keselamatan bersedia untuk keluar dari kereta Damien.

"Thank you for the ride Damien." Ucap saya dengan ikhlas.

"You welcome. Have a good day." Bilang Damien.

"You too. Bye." Tanpa membuang masa saya keluar dari kereta Damien lalu masuk dalam diner. Kereta Damien pun memecut laju meninggalkan kawasan tempat kerja saya.

Tidak mahu kena marah boss saya terus pergi tukar uniform dan memulakan kerja. Pada waktu begini tidak terlalu ramai orang yang datang jadi saya ada senang sikit. Kerana asyik bekerja saya terlalai masa hendak mengambil Lavender dari sekolah.

"Jim, I have to go now. See you tomorrow." Bilang kepada Jim manager di sini dengan nada yang kelam kabut.

"Careful Ave." Pesan Jim dari jauh.

Saya menanti dengan sabar ketibaan bas. Berkali-kali saya tengok jam sebab saya sudah terlambat setengah jam mengambil Lavender dari tadika. Tiba sahaja bas saya terus naik.
Dengan tergopoh-gapah saya turun dari bas lalu berlari anak menuju ke tadika Lavender.

"Mommy." Lavender yang berdiri disebelah cikgunya memanggil saya dengan nada yang ceria.

"I'm sorry sweetheart, mommy late to pick you up." Bilang saya kepada Lavender dengan terkucup-kucup.

"It's okay mommy." Bilang Lavender. Saya tersenyum dengan sikap Lavender yang memahami akan orang lain. Saya rasa bangga mempunyai anak yang sebaik Lavender.

"Ready to go home sweetheart?"

"Yes."

"Shall we go now?" Tanya saya.

"Yes mommy." Balas Lavender. Saya hulur tangan saya kepada Lavender lalu anak saya menyambut tangan saya. Tiba-tiba nama Lavender dipanggil oleh seseorang.

"Lavender!" Saya dan Lavender sama-sama menoleh ke belakang melihat siaap yang memanggil Lavender.

"Dustin." Sahut Lavender sambil melambai tangan dia ke arah Dustin. Mata saya menangkap figura lelaki yang berdiri di sebelah Dustin yang segak dengan suit Armani hitam dipadankan dengan kasut kulit yang cukup berkilat.

Kenapa saya selalu terserempak dengan lelaki ni? Pertama anak dia bersekolah di sekolah yang sama dengan Lavender dan kedua dia ialah boss saya. Adakah ini satu kebetulan atau takdir?


To Be Continued...

Stay Tuned...  

FATE (COMPLETED)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang