CHAPTER 9

1.9K 142 5
                                    

AVERY POV

"Sweetheart, hurry up or you going to be late going to school." Panggil saya kepada Lavender yang masih belum bersiap. Sudah dua minggu kami balik dari Florence dan sekarang kami kembali ke rutin harian masing-masing.

"I'm done mommy." Bilang Lavender yang baru muncul.

"Okay sweetheart, eat your breakfast." Bilang saya kepada Lavender. Sedang kami menikmati sarapan pagi tiba-tiba pintu hadapan diketuk.
"Finish your breakfast baby. Mommy will go look who is coming." Bilang saya lalu berdiri dan jalan menuju ke pintu hadapan untuk tengok siapa yang datang ke rumah saya ni pagi-pagi lagi. Tanpa membuang masa saya buka pintu.

"Good morning miracle." Sapa Damien yang segak dengan suit Armani warna biru gelap.

"Good morning." Balas saya dengan senyuman. Damien tanpa segan silu kucup bibir saya.

"Good morning mommy." Suara ceria Dustin buat saya tersedar yang ada anak kecil di sini.

"Good morning baby boy." Saya tunduk lalu memeluk tubuh kecil Dustin. "Please come in and have breakfast with us." Pelawa saya.

"Thanks baby." Bilang Damien lalu masuk ke dalam rumah saya.

Saya hidangkan banana pancake yang saya buat tadi di hadapan Damien dan Dustin dengan secawan coffee untuk Damien dan segelas susu untuk Dustin sebab minum jus oren pagi-pagi untuk kanak-kanak tidak berapa bagus untuk mereka. Saya ambil kepingan ketiga banana pancake lalu saya letak di piring saya.

"Wow, you sure eat a lot lately miracle." Tegur Damien. Tidak tahu kenapa teguran Damien itu seperti menyakitkan hati saya.

"Are you saying that I'm fat Damien?" Tanya saya dengan nada yang marah. Damien terkejut dengan outburst saya.

"No, no, no, miracle you are not fat. Your body still beautiful." Cepat-cepat Damien pujuk saya. Sejak kebelakangan ini emosi saya tidak berapa stabil dan puncanya pun saya tidak tahu.

"Really?" Tanya saya sambil mengesat air mata yang sudah mengalir keluar.

"Yes my love. Please don't cry miracle." Damien terus peluk saya cuba untuk menenangkan saya yang menagis tanpa sebab.

"Okay." Saya tersenyum kecil.

Selesai saja bersarapan saya dan Damien sama-sama pergi hantar Lavender dan Dustin ke tadika kemudian Damien akan turunkan saya di tempat kerja saya baru dia ke office.

Walaupun Damien kata dia tidak mahu saya bekerja lagi di diner tu sebab dia mampu tangggung saya dan Lavender saya tetap berkeras untuk kerja. Saya tidak mahu bergantung harap dengan Damien lagipun saya dan Lavender bukan tanggungjawab Damien.
Keadaan restaurant sangat sibuk dengan customer yang datang dan pergi memandangkan sekarang ini ialah waktu lunch jadi ramai orang yang kerja di pejabat sudah keluar lunch. Sekitar jam 2 customer semakin berkurang dan adalah masa untuk saya berehat sekejap di bilik staff. Tiba-tiba bunyi handphone saya berdering dan saya tersenyum kecil melihat nama yang tertera di skrin telefon saya.

"Hey there." Jawap saya.

DAMIEN: Hey miracle, what are you doing?

"Just taking a break at staff room." Bilang saya.

DAMIEN: Don't work too much miracle. I told you to quit the job but you are too stubborn listen to me.

"Damien, we talk about this already. I can't always depend on you and I also want to be independent woman." Bilang saya dengan harapan Damien faham apa yang saya inginkan.

DAMIEN: Okay, I gave up but for now. When we get married I won't let you work anymore.

"That sound like a plan."

DAMIEN: It was my future plan, making you as my wife.

Kata-kata Damien buat saya rasa malu. Saya tidak sangka sejauh itu Damien mahu hubungan kami. Apabila saya ternampak jam sudah menunjukkan masa rehat saya sudah tamat.

"Damien, I need to go now. I will see you later."

DAMIEN: Miracle wait!


"Yes."

DAMIEN: I want to take you dinner tonight.

"I want to but no one looking after Lavender." Bila saya teringatkan tiada siapa yang boleh jagakan Lavender saya rasa tidak patut keluar dinner dengan Damien dan tinggalkan Lavender seorang diri di rumah.

DAMIEN: Don't worry about that. Dustin nanny will look after her.

"Okay." Saya tidak mahu kecewakan ajakan Damien jadi saya setuju keluar dinner dengan Damien malam ini.

Pukul 6 petang saya dan Lavender pergi ke mansion Damien dan seperti biasa pengawal keselamatan Damien membenarkan saya masuk sebab Damien telah mengarahkan pengawal keselamatan yang menjaga di pagar utama untuk membenarkan saya masuk pada bila-bila masa sahaja setiap kali saya datang ke mansion Damien.

"Hey miracle." Kedatangan saya disambut sendiri oleh Damien dengan senyuman yang tidak lekang di bibirnya.

"Mommy!" Dustin keluar dari playroom yang disediakan oleh oleh Damien untuk Dustin bermain. Saya terus mendapakan tangan saya untuk peluk Dustin.

"Are you going out with daddy?" Tanya Dustin.

"Yes baby." Jawap saya.

"Dustin, while daddy and mommy going out can you take care of Lavender because she is your little sister." Bilang Damien kepada Dustin dengan nada yang serious tapi tidaklah terlalu serious sampai menakutkan Dustin. Kalau diikutkan Lavender muda 7 bulan dari Dustin jadi secara automatic Dustin ialah abang sebab dia yang paling tua.

"Okay daddy."

"We should get going love." Bilang Damien sambil tengok jam di pergelangan tangannya.

"Lavender, be a good girl for mommy okay." Pesan saya kepada Lavender lalu mencium pipi anak kesayangan saya ni.

"Okay mommy. You enjoy your date with daddy." Bilang Lavender. Berkerut dahi saya bila Lavender sebut perkataan 'date'.

"Who teach you that word baby girl?" Tanya saya.

"Bye mommy, bye daddy." Terus Lavender dan Dustin berlari masuk ke dalam playroom.
Tanpa membuang masa saya dan Damien sambil berpegangan tangan kami sama-sama keluar dari rumah. Kereta Ferrari merah menjadi pilihan Damien untuk date malam ni.

"Where are we going?" Tanya saya sambil bermain mengusap lembut tangan Damien yang berada di gear.

"That a secret. You will know when we arrive there." Bilang Damien lalu mencium tangan saya sambil tersenyum sebelum tumpuannya kembali kepada pemanduannya. Tiba-tiba muka Damien berubah.

"What's wrong?" Tanya saya dengan nada yang risau.

"The break didn't working." Bilang Damien dengan nada yang panic. Saya nampak kaki Damien balik-balik tekan pedal break tapi kereta Damien tidak mahu berhenti. Tiba-tiba sebuah kereta yang seperti hilang kawalan bertembung dengan kereta Damien.

"Arghhh!!!!"

Saya dengar bunyi siren ambulance dan kepala saya rasa sangat sakit.

"Miss, do you hear me?" Panggil seseorang. Mata saya tertumpu kepada Damien yang tidak sedarkan diri. Banyak darah yang keluar kepala Damien.

"P.... P.... Please h... help my boyfriend." Itulah ayat terakhir yang saya ucapkan sebelum dunia saya jadi gelap.

Bunyi bising tidak tahu dari mana datangnya membuatkan saya rasa tidak selesa. Perlahan-lahan saya buka mata saya. Saya ada di mana sekarang?

"Miss, can you hear me?" Panggil seorang suara perempuan.

"Where am I?" Tanya saya kepada orang itu.

"You at Save and Live Hospital." Jawap tu perempuan yang saya jangka seorang nurse memandangkan saya berada di hospital sekarang. Ingatan saya kembali kepada kemalangan yang menimpa saya dan Damien. Di mana Damien sekarang?

"Nurse, where is my boyfriend, how is he?" Tanya saya dengan nada yang risau bersama linangan air mata.

"He still in operation room. The doctors try their best to save his life." Bilang tu nurse dengan nada yang sayu. "I will call the doctor to check on you miss and I leave all your personal stuff at here." Dia tunjuk beg tangan saya yang terletak di atas meja.

"Thank you." Ucap saya lalu tu nurse meninggalkan saya sendirian. "God please save Damien. I love him so much, I can't lose him." Doa saya. Tiba-tiba handphone saya berbunyi menandakan ada message baru masuk. Saya cuba capai hand beg saya lalu saya keluarkan handphone saya. Satu massage yang tidak dikenali telah dihantar kepada saya.

If you don't want something happen to your boyfriend son just like his father I advice you leave him. I told you before between us not over yet. Leave Damien Curtis or Dustin will hurt.

Bennett.

Love your beloved lover


Air mata saya mengalir saat membaca message yang dihantar oleh Bennett. Kemalangan yang menimpa saya dan Damien semuanya angkara Bennett dan sekarang dia mahu apa-apakan Dustin kalau saya tidak ikut cakap dia. Saya tdak mahu gara-gara saya Dustin dicederakan oleh Bennett. Saya kena tinggalkan tempat ni dan Damien dan juga Dustin. Secara senyap-senyap saya meninggalkan hospital walaupun berat untuk saya meninggalkan Damien yang tengah bertarung nyawa di bilik operation untuk meneruskan hidup tapi saya kena juga tinggalkan tempat ni demi keselamatan Damien dan Dustin. Mereka berdua sudah menjadi sebahagian penting dalam hidup saya.

"Goodbye my love."


To Be Continued...

Stay Tuned...

FATE (COMPLETED)Where stories live. Discover now