Aku tidak mampu menghapusnya dari kenanganku, tidak..aku tidak bisa bahkan sudah 3 tahun sejak kami atau lebih tepatnya aku memutuskan hubungan kami. Aku terlalu mencintainya untuk bisa memaafkan setiap kesalahannya dan akan selalu ada maaf untuknya. Lalu aku bertanya, sampai kapan? Sampai kapan kami akan terjebak di dalam lingkaran yang tak berujung. Ini bukan salahnya ataupun salahku. Hanya saja kami terlalu memaksakan semuanya. Jujur aku tidak tahu apa alasannya menerimaku. Dia bukan tipe lelaki yang romantis sedangkan aku adalah tipe gadis yang tergila-gila dengan semua hal berbau romantis, dia tipe lelaki dingin yang tak menunjukkan perasaannya sama sekali, sedangkan aku adalah gadis yang begitu menggebu-gebu. Aku mengungkapkan setiap perasaan yang aku rasakan, dan kini aku sadar kalau dia tidak menyukai semua sikapku.
Beberapa kali aku melihatnya tertawa..sangat lepas bersama teman-temannya, membuatku sangat iri. Karena dia bahkan tidak pernah tersenyum saat bersamaku. Dia hanya selalu mengikuti apapun mauku dan tidak pernah meminta apapun dariku. Terlalu dingin dan terlalu tidak peduli. Tapi aku terlalu mencintainya untuk berpura-pura bahwa aku baik-baik saja dengan sikapnya itu. Aku terlalu takut dia meninggalkanku sehingga setiap teman-temanku bertanya, apakah aku bahagia, maka dengan pasti aku jawa aku bahagia.
Aku tersenyum saat kembali mengingat kejadian tiga tahun lalu, perjalanan cintaku yang entah kenapa bisa bertahan selama satu tahun. Aku menyesap macchiato di depanku sambil menatap ke jalanan yang sedang dibasahi hujan. Café ini seperti sudah menjadi bagian dari diriku sejak tiga tahun yang lalu, kencan pertama dengannya, lalu perpisahan. Café ini seperti menjadi saksi bisu perjalanan cintaku.
“Ah, maaf Sena-yaaa. Aku terjebak hujan” kata salah seorang temanku yang sekarang sudah sibuk membersihkan bajunya dari air hujan. Aku tersenyum lalu memberikan sapu tanganku padanya. Dia mengambilnya lalu duduk dihadapanku.
“Tidak masalah, Naeun-ah. Kau terlambat beberapa jam pun aku tidak masalah. Aku sudah lama tidak ke café ini dan duduk sendirian” kataku kembali mengamati jalanan saat sapu tangan itu sudah terbang ke arahku. Aku menatap sahabatku Naeun yang sekarang sudah mengerutkan dahinya.
“Lagi? kau masih mengenang masa menyedihkanmu dengan laki-laki itu di sini bukan?”
Ah, Naeun sama sekali tidak mau menyebut namanya. Dari dulu Naeun lah yang selalu menyuruhku untuk meninggalkannya.
“Kai, dia punya nama Naeun-ah dan namanya Kai” kataku membenarkan membuatnya mendelik kesal.
“Terserah!!! Kau selalu saja menyiksa dirimu di saat dia mungkin sudah bahagia dengan orang lain” ucapan Naeun seperti petir bagiku. Memang selama ini aku menahan diriku untuk tidak mencari tahu tentang Kai. Aku tidak ingin sakit kembali, itulah alasannya. Tapi kata-kata Naeun barusan sepertinya berhasil membangkitkan rasa penasaranku.
“Apa?? Kai sudah bersama orang lain?” tanyaku penasaran. Naeun berdecak kesal.
“Mungkin Sena-ya. Mungkin saja dia memang sudah bersama orang lain. Oleh karena itu bukalah hatimu untuk orang lain. Masih banyak yang lebih baik dan lebih tampan dari dia. Kau cantik Sena-ya dan kau bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kau mau!! Jadi berhentilah menyiksa dirimu sendiri!!”
“Aku tidak bisa mendapatkan Kai, Naeun.” Kataku jujur membuat Naeun mengacak rambutnya frustasi.
“Terserah kau!!” geram Naeun lalu meninggalkanku. Aku mengamati langkah kesal Naeun lalu tertawa kecil. Sedetik kemudian aku menghela nafas panjang lalu tersenyum. Mungkin aku sudah seperti orang gila, beberapa jam ini aku terlalu sering tersenyum sendiri.
Kai, bagaimana aku harus menceritakannya? Dia, teman satu angkatanku saat di bangku kuliah. Seoul Unversity jurusan Seni, aku tidak ingat pastinya apa yang membuatku jatuh cinta oh, bukan..aku tergila-gila pada sosok pendiam Kai dan aku akan semakin tergila-gila setiap kali melihatnya bercanda bersama teman-temannya. Hingga akhirnya, aku tahu kalau sepupu kesayanganku Chanyeol adalah teman Kai. Aku memakasa Chanyeol mengenalkan Kai padaku, tidak peduli bagaimana tidak sukanya Kai saat aku tiba-tiba datang di acara yang seharusnya tidak ada aku disana. Tapi karena obsesi ku pada Kai, aku tidak tidak peduli dan selalu menganggunya setelah itu. Ya, Kai adalah obsesiku dan aku menyadari bagaimana tersiksanya Kai selama satu tahun bersamaku.
========================================================================
Akhirnya berani juga upload cerita ini, setelah ngehapus cerita yang gak tahu kenapa ratingnya berubah jad 'Terlarang' ..
Ketahuan banget kalo saya fansnya EXO, *Emang
Jadi saya kembali sama ceritanya Babang Kai, Iya EXO-Kai..Kim Jongin.. khusus di dedikasikan buat temen saya yang suka bingits sama cowok yang aslinya gak item kok *soktahu... Oke deh, ini part 1... Ceritnya mainstream banget sebenarnya, tapi ini nulisnya pake hati asli, *alasan
Silahkan Comment ceritanya mau lanjut apa enggak...vote juga ya kalo sukaaaaa
Maklum, saya kan masih ababil gimana gitu kalo gak ada yang Comment atau Vote.
Sip deh, enjoy it
Best Regrad
-Doreni-
