"Hey bro! Naik bus yokk, lagi pengen nih, gua kagak ada motor, " ajak Ghani kepada sahabatnya.
"Ngomong wae nek arep golek maneh, " remeh Agin yang diikuti rangkulan Ghani.
"Ape sih yang kagak buat cewek, ya nggak? Yang penting gua kagak kayak lu yang bisanya nolak," balas Ghani yang membuat Tatang terkejut.
"Maksudmu apa?" tanya Agin sambil mencengkram kerah Ghani.
"Heh, sudah atuh, naha malah berantem," lerai Tatang sambil berusaha melepaskan kerah Ghani dari tangan Agin.
"Lagian die yang mulai dulu," tuduh Ghani.
"Ngomong apa barusan? " tanya Agin dengan kemarahan yang membara.
Entah kenapa dia menjadi sangat sentimen setelah kemarin Ghani memberi saran untuk menerima cewek yang mndekatinya.
"Kamu teh kenapa jadi sentimen kayak gini? Ari memang ada masalah, kamu kan bisa ngadongeng sama kita," ujar Tatang berusaha menenangkan Agin.
"Tauk tuh, asal lu tau ya Gin, hari ini lu bukan Agin yang gua kenal!" seru Ghani sambil menunjuk dada Agin dengan telunjuknya dan langsung meninggalkan mereka berdua.
"Eh, Ghani? Riweuh ini mah. Ya sudah atuh, Agin kita pulang yuk, " ajak Tatang sembari merangkul pundak Agin dan Agin hanya mengikutinya saja.
***
Sebelum pertengkaran Ghani dan Agin... .
"Eh, maaf saya nggak sengaja. Aduh, maaf mas, tasnya jadi kayak begini to," ucapan kata maaf itu seakan terus terngiang di kepala Agin.
Ya, kejadian ini yang membuat semua rasa beda tumbuh ke dadanya.
Dan benar juga yang dikatakan Ghani bahwa dirinya beda dari yang biasanya setelah bertemu dengan wanita itu.Keesokan harinya, diadakan acara tadarus bersama antar SMA / SMK sederajat. Sebagai salah satu pesertanya, Agin sangat antusias, apalagi mendengar bahwa SMK dimana gadis itu bersekolah, mengikutinya.
Entah sebuah kebetulan atau apa, mereka berdekatan dengan SMK gadis itu. Agin lebih antusias ketika melihat gadis itu dengan belaian mukenanya bak wanita penghuni surga.
Tak lama kemudian, "Cie, cie," ucap semua yang membuat Agin tertegun dan langsung memalingkan muka membaca al-Quran kembali.
Akan tetapi, ia salah. Kata-kata itu ditujukan pada Ghani yang lebih dekat dengan perempuan itu.
"Gas Ghan! saya percaya penuh sama kamu!" ujar Tatang mendukungnya. Ya, ternyata tidak hanya Agin yang mengamati gerak-gerik wanita istimewa itu.
Wajah musam langsung terlihat di muka Agin. Dan memilih langsung pergi dengan alasan batal.
"Gin, mau kemana lu? Jangan maen pergi aje dong, dukung ni aye mau PDKT," bisik Ghani agar tidak terdengar oleh yang lain selain Tatang.
"EGP?!" ujar Agin langsung melejit keluar untuk menghirup udara segar.
Sampe kapan koe rapaham perasaan wong liya.
***
"Tekan ngendi?" tanya Agin setelah beberapa menit nyelonong nggak tau kemana.
"Eh, Agin. Kemane aje lu? Kagak tau pan begimane PDKT gua?" goda Ghani sambil melayangkan alisnya yang sedikit tebal.
Candaan Ghani masih belum terjawab. Hal ini juga diikuti keheningan yang bisa dibilang cukup lama.
"Ehm, eh Gin, tadi kamu teh ngomong EGP? Kumaha eta mah?" tanya Tatang.
"Mulai deh oonnya. Kagak usah digagas deh gin. Ngopi nyok, laper nih," ajak Ghani yang hanya diikuti anggukan Agin.
Mereka berjalan menuju angkringan terdekat dan masih ada jarak antara Ghani dan Agin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Asmara
General FictionBukan soal siapa yang menang, tapi siapa yang berkorban untuk kebahagiaan orang tersayang -A. F. 2021