1#Kocak

12 0 0
                                    

"Cek... Cek.. Sok atuh mangga, sudah nyala eta mah," Tatang mempersilahkan Agin untuk berbicara di mikrofon pengumuman sekolah.

Butuh perjuangan untuk sampai ke sana, beribu alasan coba mereka sampaikan agar bisa menemukan sahabat mereka yaitu Ghani. Ya, Ghani sering berkeliaran entah kemana di sekolah yang sempit ini.

Apalagi jika ada event sekolah, dia selalu pergi ke adik kelas dan mengamati mereka. Mengamati, duduk diam, dan jika ada yang mendekat dia segera menguji orang itu dengan caranya.

Jika lulus maka ia akan melakukan pendekatan dengannya.

Bertahap dan terstruktur itulah hidup Ghani. Meskipun, sampai sekarang ia belum menemukan tambatan hatinya.
Apalagi di setiap ujian yang ia berikan pada adik kelas, Ghani mengatakan dengan jujur bahwa dirinya hanya mandi sekali sehari.

Yah, siapapun orangnya pasti akan ngilu dengan hal itu.

***

Agin dan Tatang pun sudah berusaha memberi tahu Ghani agar tidak mengatakan hal itu. Suatu hari... .

"Ghani! Kadieu, Saya teh sudah bilang kan, Ghani moal ngomong ... ."

Sambaran petir menghantam Tatang, "GUA CUMA MAU JUJUR KE SEMUA ORANG TATANG SUTATANG! KALAU GUA KAGAK JUJUR BEGIMANE PASANGAN GUA TERIMA GUA APE ADENYE, HA?"

Menyeramkan, satu kata yang merupakan definisi dari sambaran petir badai halilintar tadi.

"Namanya Tatang Astatang, Ghani. Aja mbancaki to," ujar Agin dengan logat jawanya yang begitu kental.

"Ah, serah dah. Lagian ngape sih pada ikut campur udah kayak ABC Uncle Muthu aje, bye! Abang Ghani ganteng mau apel dulu," pamit Ghani sembari merapikan rambutnya ke belakang.

Agin berusaha menenangkan Tatang yang masih sakit hati dengan ucapan Ghani. Meskipun sering bercekcok dan berbeda pandangan, mereka selalu berbaikan di ujung.

***
Back to the story.

"Assalamualaikum Wr. Wb. temen-temen numpang tanya ana sek ngerti Ghani? kalau tau kasih tau kami ya, temui saja di kantin... ."

Tanpa basa-basi Tatang mengeplak kepala Agin, meski alim dia sering kesambet seperti ini.

"Kamu mah gimana atuh, ini mikrofon terdengar sampe penjuru sekolah, kenapa nggak langsung aja kamu teh ngomong kalo yang bernama Ghani dicari di kantin, sini mikrofonnya," pinta Tatang yang naik pitam karena tingkah laku Agin yang sangat memalukan.

Tentu saja memalukan, karena bukan tidak mungkin sehabis ini mereka jadi bahan ejekan se-sekolah. Hingga akhirnya mereka justru bertemu dengan Ghani di kantor BK.

***

"Ade ape sih, kagak ngarti rasanya lagi bahagia yakk?! hmm... " remeh Ghani.

"Lagian kamu teh ngilang tiba-tiba udah kayak film demit eta mah, anu yang itu, dios dios, apa yaakk, Tatang teh lupa," ujar Tatang menebak-nebak.

"Insidious sotang!!!" bentak Agin.

"Apaan tuh?" tanya Ghani penasaran. Sudah pasti itu bahasa jawa yang menurutnya sangat sulit dimengerti.

"Apa? Kamu ngatain saya ya? Jorok banget sih pikirannya kamu mah, " marah Tatang yang mendengar sebutan itu sepertinya sebutan yang kotor.

"Yee, aja salah sangka to, sotang kui kaki," jelas Agin.

Tatang mulai kebingungan untuk menanggapinya, karena ia pikir kata-kata itu.. .

"Heh, begimane sih, malah bengong ni anak, kenape lu? Baek-baek aje kan? Ape perlu nih gua sama Agin bawa lu ke rumah sehat," canda Ghani yang tentu saja membubarkan lamunan Tatang.

"Apaan sih? Orang saya teh gapapa," ujar Tatang, dia dibuat salah tingkah olehnya. Pipinya pun memerah, maklum dia perempuan banget.

"Ye, malah baper, Tatang, Tatang," ucap Agin sembari menyenggol Tatang dengan sikunya.

"Ayok dah, balik ke kelas, ntar badai dateng lagi, " canda Ghani karna badai merupakan sebutan untuk salah satu guru yang mereka anggap seperti bencana.

***

Penakluk AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang