1.4

6.4K 786 130
                                    

I'm Home
ㅡ1.4

🏠

Koeun keluar dari kamar ketika Renjun keluar dari apartemen. Yang pertama kali ia lihat adalah pecahan vas bunga di lantai dengan Zola yang meringkuk di sampingnya.

"Zola.."

"I deserve this. Leave me alone," tegas Zola tanpa sedikit pun menatap Koeun, tetap pada posisinya; menenggelamkan wajah di antara lutut yang dipeluknya.

"Renjun udah selesai sama kamu, ini waktunya kamu bener-bener buka lembaran baru sama Haechan. Telfon Haechan sekarang, suruh dia balik dan jelasin semuanya selagi masih ada waktu."

Zola mengangkat kepala, mendongak menatap Koeun tajam. "Kamu bilang gitu bukan karena kamu masih ada perasaan sama Renjun, kan?"

"Whatever, Zola. Capek ngomong sama kamu."

Koeun sudah hendak pergi, namun Zola menahannya. "Aku ke Renjun."

Zola berdiri, membuka pintu lalu keluar tanpa memakai alas kaki. Namun ia segera berhenti ketika melihat pemilik gedung ini mengunci pintu apartemen milik Renjun.

"Tante Jung!"

"Eh, Azola. Kenapa?"

Dengan raut kebingungan, Zola bertanya. "Kok dikunci.. emangnya udah kosong lagi?"

"Iya, baru aja dikosongin. Paling orangnya masih di bawah karena beneran baru aja tadi."

Zola langsung berlari menuju lift untuk mengejar Renjun. Tapi ia terlambat, Renjun sudah pergi dengan motornya dan sebuah mobil yang mengikuti di belakangnya-itu Doyoung.

Di antara dingin lantai yang menembus telapak kakinya, ingin sekali Zola menertawai dirinya sendiri. Ia lalu kembali ke apartemennya, mengurung diri di kamar semalaman dan bahkan besoknya ia tidak keluar kandang sampai empat hari kemudian.

Koeun tau, semua perubahan yang begitu mencolok pada sahabatnya itu. Makan tidak pernah habis-atau bahkan terkadang seharian tidak makan, selalu bangun tengah malam dan tidak tidur lagi setelah itu. Tapi ia mendiamkan, biar Zola berdamai dengan hati dan pikirannya terlebih dahulu.



Sore itu menjelang tahun baru, Koeun baru saja pulang ke apartemen dari membeli keperluan perayaan tahun baru di supermarket bersama beberapa teman kuliahnya. Saat itu Zola sedang tiduran di sofa, menonton televisi-entah bisa disebut menonton atau tidak karena gadis itu bahkan sama sekali tidak memperhatikan tayangannya. Koeun menghela nafas sebelum mendekatinya.

"Nanti malem diajak bakar-bakar di rumah Yuqi,"

Zola menutup matanya, lalu menggeleng ringan. "Gak mau ketemu siapa-siapa."

"Aku udah nyuruh Haechan buat jemput kamu ntar malem."

Kelopak mata Zola membuka cepat, ia menatap Koeun sebal. "Bilang gak usah ke sini, aku gak bakal keluar dari kamar sampe besok pagi."

Koeun meremat kuat plastik berisi belanjaan di tangannya melihat Zola membanting pintu kamar ketika dirinya hendak bicara.

"Sekarang, kalo kamu mau hatimu berduka, silakan. Tapi jangan kelamaan, nanti hatimu busuk," bisik Koeun dari balik pintu kamar Zola, lalu pergi ketika tidak ada jawaban dari dalam.




Malam pukul delapan, di apartemen hanya ada Zola-karena Koeun sudah berangkat. Pintu sengaja tidak Koeun kunci karena ia yakin Haechan akan datang menemui Zola. Dan memang benar dugaan Koeun, pacar dari sahabatnya itu datang dua puluh menit setelah dirinya pergi.

"Sayang," panggil Haechan setelah membuka pintu kamar Zola.

Ruangan itu gelap, benar-benar tidak ada cahaya. 'Tipikal cewek patah hati banget,' pikir Haechan.

[ √ · pertimbangan revisi ] I'M HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang