hai hai halo!
adakah yang masih save fic ini di lib? kayaknya gada 😂actually aku bikin extra ini cuma buat biasain diri setelah beberapa minggu (atau bulan?) rest dari watty.
belum ada feel buat lanjutin book lain, kayak hear your eyes.
then..
Thank you for 60K reads, luviee!
Anggap lah ini hadiah dari Jola wkw.Extra chapter ini mungkin agak lokal gitu padahal latarnya di koriyah, tapi anggaplah kalau kata-kata lokal indo itu udah arti bahasa koreanya :v Pokoknya sekreatif kalian aja lah :v
Happy reading, luv!
Jadi orang dewasa ternyata tidak semudah yang Renjun kira. Dia pikir, cukup menjadi 'pemimpin' bagi Azola dan putranya saja sudah cukup. Namun tugasnya tidak sesederhana itu.Ia benar-benar harus bisa membagi waktu antara pekerjaan di perusahaan desain panggung miliknya dengan quality time bersama keluarga, dan memastikan keduanya seimbang.
Terkadang ia bahkan tidak tidur dengan benar. Maksudnya, ia baru bisa istirahat ketika sudah larut malam dan bangun lebih awal.
Tapi bagaimana pun, ia tidak menganggap hal ini sebagai beban. Meski berat, ia menjalaninya dengan rasa tanggung jawab sebagai seorang suami sekaligus ayah.
Lagipula ada Azola di sampingnya, apa lagi yang perlu dikhawatirkan?
"Mas, tidur."
Suara serak Azola mengejutkan Renjun yang masih fokus menggambar desain di laptopnya. Ia menoleh pada wanitanya, matanya masih terpejam namun terus menggumamkan omelan lirih padanya.
Tangan Renjun bergerak merapikan rambut Azola yang sedikit basah karena keringat. "Bentar lagi, nanggung," jawabnya.
Saat itulah Azola bangun dari berbaringnya, mencoba membuka matanya yang terasa seperti terekat oleh lem.
"Kok malah bangun sih?"
Renjun mendorong bahu Azola agar kembali tidur, namun perempuan itu justru menarik tangan di pundaknya itu. Laptop di pangkuan Renjun ia ambil lalu dimatikannya setelah menyimpan sketsa yang Renjun gambar ke salah satu folder.
"Yang, serius. Itu masih-"
"Mas," tukas Azola. "Jujur aku tuh bawaanya sebel lihat muka kamu kusut, terus di bawah mata ada item-itemnya. Jelek banget, aku nggak suka."
Renjun menghela napas. "Tapi deadline nya tuh tiga hari lagi. Dan kerjaanku yang lain masih banyak. Lagian kenapa juga kamu harus permasalahin penampilan aku? Selama ini kamu diam aja perasaan, nggak pernah bilang macam-macam."
"Nggak gitu, duh." Azola mendesis.
"Ya, terus apa? Kenapa?"
Daripada menjawab pertanyaan Renjun, Azola mengalah dan terpaksa memberikan laptop milik suaminya itu. Setelah itu dia kembali tidur, membelakangi Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ √ · pertimbangan revisi ] I'M HOME
Fiksi Penggemar[sangat disarankan untuk nggak baca book ini karena terlalu klise, dibuat tanpa research, ditulis saat aku masih 15 taun jadi harap maklum isinya kurang masuk di akal🙏🏻] only after you left did, i feel that you were engraved in my heart. © 2018. �...