Hyang Wekasing Sukha

1.7K 159 4
                                    

Hyang

Siang itu kami melakukan perburuan di hutan. Suasana di hutan tersebut sangat gelap dan lembab, tapi itu sama sekali tak menyurutkan semangatku dan yang lainnya. Kulihat yang lainnya menunjukkan isyarat ada mangsa didepan kami, aku menganggukkan kepala pada Arjuna. Kali ini kubiarkan dia yang mendapatkan mangsa itu. Ia sudah bersiap melepaskan anak panah saat tiba-tiba sesuatu yang lain berdiri ditengah-tengah target bidikannya. Aku tersentak kaget, dan menerjang kearahnya tepat saat panah Arjuna melesat melewatiku. Kejadian itu berlangsung sangat cepat, aku bergerak tanpa kesadaran, hanya mengikuti instuisi. Sesuatu itu kini masih berada dalam pelukanku, sedikit lebih lama. Kemudian Ia melepaskan diri, aku menatap wajahnya dan tertegun selama beberapa saat. Ia kemudian mengatakan sesuatu kalimat yang tak jadi diteruskannya, sebelum kemudian memalingkan wajahnya kebelakang, dan sontak wajahnya berubah pucat pasi. Saat itu aku merasakan sesuatu mengucur dari balik punggungku, terasa perih. Aku pasti terkena anak panah Arjuna.  Kemudian, aku bertanya padanya, yang kemudian dijawabnya dengan bahasa yang tak kupahami. Jujur saja, aku masih kesal dibuatnya yang muncul tiba-tiba dan membuatku berlari terengah-engah kearahnya menyelamatkannya yang tak mendapat terimakasih dan sekarang dibuat bingung oleh bahasa anehnya. Aku hilang kesabaran dan memerintahkan pengawal membawanya.

**

Aku tidak ingin membuat seisi istana geger, jadi aku menuju bale-bale terjauh dari istana untuk mengobati lukaku. Aku masih tidak habis pikir aku terluka karena menyelamatkan seseorang yang tidak kukenal sama sekali.

Sialan, kenapa susah sekali mengobati ini.

Dia datang.

Sialan, sekarang malah susah sekali mencegah jantungku untuk tidak berdegup kencang.

"Selalu ya, sini biar aku saja yang mengobati."

"Tidak, tidak perlu. Aku baik-baik saja." Dia menyentakkan tanganku, wajahnya merengut. Sangat cantik. Jika sudah begini, pria mana yang sanggup menolaknya?

Aku hanya menurut. Duduk berpangku tangan layaknya bocah kecil.

Sejujurnya aku menikmati ini, aku menunggu saat-saat seperti ini. Saat-saat bersamanya.

"Bagaimana bisa seorang putra mahkota terluka?" Dia membuka suara.

"Aku terkena panah Arjuna saat.." aku tidak jadi meneruskan ucapanku saat kurasakan gerakan tangannya terhenti ketika aku menyebut nama Arjuna.

Aku berdehem. "Tidak parah. Hanya tergores sedikit."

"Hati-hati jika sedang berburu." Aku hanya mengangguk.

Ya, aku tahu, tidak peduli walaupun aku seorang pangeran aku masih saja menjadi seorang pengecut dihadapan wanita ini. Hanya didepannya aku merasa menjadi orang terbodoh.

Wanita yang kucintai sejak 13 tahun lalu.

see you again, Wilwatikta. ─on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang