1

45 7 0
                                    

Embun pagi membuat suasana Lea lebih baik pagi ini, meski hanya terlihat dari jendela kamarnya yang kecil ini, Lea bisa merasakan sejuknya embun yang enggan beranjak dari daun rambutan itu. Ternyata jam sudah menunjuk angka 5, Lea bergegas merapikan kamar, tak sengaja dia menjatuhkan sebuah foto lama yang membuatnya terenyuh sesaat. Foto keluarga. Tak terasa pipinya sudah basah dan pikirannya sudah melayang jauh.
4 tahun yang lalu papanya selingkuh. Keluarganya berantakan, mamanya menjadi sakit – sakitan karena memikirkannya. Saat itu juga papanya meninggalkan mereka berdua. Lea tidak mengerti apa yang dipikirkan papanya, saat itu yang dia tahu  Lea benci papanya titik! Sudah 4 tahun Lea nggak tau papanya  dimana dan dia nggak tertarik untuk mencarinya. Dia hanya bisa berdoa kepada tuhan agar mamanya selalu diberi kesehatan dan panjang umur sampai Lea bisa membahagiakannya nanti, sampai bisa melihat putri kecilnya ini sukses :)

“lea bangun” teriak mama nirma menyadarkan Lea.

“iya ma” Lea segera berdiri untuk ambil air wudhu.

Setelah selesai memasukan buku ke dalam tas biru, Lea bergegas turun karena waktu sudah menunjuk jam 06.15 dan dia belum sarapan.

“ ma aku nggak sarapan, udah siang soalnya.” Ucap Lea sambil memakai sepatu dengan terburu – buru.

“ kamu itu mau dibangunin 5 kali juga nggak akan bangun sebelum jam 5. Yaudah ini bawa bekal aja ya.”

Lea terkekeh “iya, aku berangkat. Bye mama.”

“Hati – hati, semangat di semester barumu!” ucap mama Nirma sambil melambaikan tangan
                                          ***

Seperti biasa Lea harus naik bus yang berdesak – desakan ini, itulah sebabnya Lea nggak pernah dandan tiap kali mau ke sekolah meski dipaksa mamanya. Pagi – pagi  semua orang di bus reot ini sudah bercucuran keringat, untung dia dapat tempat duduk di pinggir kaca.

Lea terkejut saat ia tidak sengaja melihat sosok disampingnya ketika ingin mengambil hp di tasnya, bangku samping Lea yang kosong tadi ternyata diisi oleh guru ganteng di SMAnya. Lea bisa memastikan bahwa ia guru di SMAnya setelah mengamatinya dengan seksama, karena dari tadi Lea focus ke pemandangan luar kaca yang sedikit berdebu ini. Lea ingat betul dia sering melihatnya di perpustakaan sekolahnya, tapi  belum pernah tatap muka di kelas.

“apa mungkin dia petugas perpus?” gumamnya

“ah tidaklah, masak petugas perpus pake seragam guru” karna biasanya petugas perpus yang  dilihat pake batik bebas.

“ tapi kalau dia guru, dia ngajar apa dan kelas berapa?”

“bodok ah” otaknya langsung merespon pertanyaannya sendiri.

Sebenarnya Lea bukan orang yang kepo sama kehidupan orang lain. Tapi dia penasaran aja sama guru ini, abisnya ganteng, karismatik lagi. Tapi udah lumayan tua sih, mungkin udah berkepala 4.
                                     ****

Seperti biasa Lea sampai kelas paling awal, bosen juga sih, tapi mau gimana lagi bis dari tempatnya adanya jam 06.25 dan jam 8 nanti.

Lea mencari tempat yang strategis untuk tidur, ditempatkan tas birunya  di pojok paling belakang dekat jendela. Dia baru ingat kalau ini semester baru, semester I kelas XII. Lea memindahkan tasnya  di urutan nomor 3 dari depan dekat tembok, meskipun mulai minggu  depan tasnya pasti sudah di pojokan lagi.

Jarum jam yang panjang sudah menunjukkan angka 11, Lea menangkap sosok yang kebingungan mencari tempat duduk.

“Oii, Jan.” Lea mengangkat  tangannya untuk memberitahu posisi duduknya, kelas XI kemarin Lea sebangku dengannya.

Jane segera melihat ke arah Lea dan menempatkan tasnya di samping Lea.

“ Ada kemajuan nih” ucap Jane ngejek

“ iya dong, nggak tau besok kalo jadi penghuni pojokan lagi haha.”

Bel sudah berbunyi, semua anak berlarian ke lapangan untuk upacara bendera hari senin. Hari ini sangat panas, keringat Lea sudah bercucuran mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tubuhnya mulai bergetar, Lea berusaha memperhatikan Bapak ganteng yang ditemui di bus tadi pagi, sekarang beliau sedang memberikan amanat. Tubuh Lea terasa sangat ringan, tidak kuasa menahan angin dari arah depan, penglihatannya buyar semakin buyar dan berujung gelap. Bruk, Lea pingsan. Tubuh Lea seakan memantul sedikit jika ditinjau dari suara yang didengar Jane. Jane sangat panik, berlarian mencari petugas PMR tapi tidak kunjung menemukan. Maklum hari itu yang pingsan cukup banyak sedangkan petugas PMR hanya sedikit.

"Apa yang harus gue lakuin?" Batin Jane

Three Union Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang