7

6 1 0
                                    

“assalamualaiku…tok..tok..”

“waalaikumsalam, oh nak jane. Sini masuk, Lea ada dikamar”

“okee ma” ucap jane melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk menemui Lea

Pertengahan kelas XI mama nirma menyuruh Jane untuk memanggilnya “ma” bukan tante, mengingat Jane yang sering main dan tidur di rumah Lea. Mama Nirma sudah menganggapnya sebagai anak sendiri, jika kedua orang tua angkatnya sedang keluar kota, Jane tidur dirumah Lea, dan tentunya kalau pas Jane nggak mager sih.

“tunggu, bawain ini sekalian buat makan siang Lea ya”

“dengan senang hati"
                                      ****

“Yak, lo ada masalah apa” ucap Jane to the point

“hm?” ucap Lea pura – pura nggak tau

“Lo nggak usah pura – pura bg deh, lo kangen papamu ya?”

Lea menelan ludah, rasanya sangat berat mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan Kepada sahabatnya yang bahkan tidak tau orang tua kandungnya siapa.

“udahlah Yak, percaya sama gue. Gue bakal bantuin lo semampu gue.” Jane menatap lurus mata Lea

“tapi gue takut Jan, gue takut papa nggak mau nerima gue sama mama” ucap Lea bergetar

“Lea, dengerin gue,. Disini yang pantas menerima itu lo sama mama lo, papa lo yang seharusnya meminta untuk diterima.” Jane mencoba membuka pikiran Lea

“tapi jan, buktinya papa gue sampai saat ini belum sekalipun menginjakkan kaki di rumah gue” ucap Lea dengan mata berkaca – kaca

“lo boleh menangis tapi ingatlah tempat. Pikirkan mama  Nirma juga, setidaknya jangan menambah bebannya” ucap Jane datar

Lea menangguk, dia berusaha menahan tangisnya

“tenangkan pikiran dulu, setelah itu bicaralah apa yang lo rasakan, apa yang membuat lo seperti ini”

Lea menunduk, tangannya mengambil gelas di sampingnya. Rasanya dia sangat kesulitan menelan jus jeruknya, seperti ada yang mengganjal sangat mengganggu.

“Jan, mama pergi bentar ke tempat bu Rina. Titip Lea ya” teriak mama Nirma

“siap ma..” Jane membalasnya

Sementara Lea siap menceritakan apa yang ia alami tadi pagi

“………..” Lea bercerita dan beberapa kali membuang pandangan ke jendela kecilnya agar tidak menangis.

“lo yakin itu papamu?” pertanyaan pertama kali yang Jane luncurkan kepada Lea

Lea mengangguk mantab

“Yak sudah 4 tahun lebih papamu pergi, itu bukan waktu yang singkat. Bisa jadi ia pangling dengan lo. Apalagi itu saat masa pubertas, lo dulu mungkin nggak secantik sekarang, atau lo sekarang nggak seimut dulu,maybe?”

“tapi kan gue anaknya Jan, masak iya ada orang tua yang lupa sama anaknya sendiri.”

“yak ini bukan masalah teori, ini masalah realita yang ada. Gunakan kepala lo bukan hati lo” Jawab Jane datar penuh penekanan

“tapi kan..”

“stop, sekarang keluarkan foto lo pas kelas 2 atau 3 smp” ucap Jane memotong ucapan Lea

Lea berhasil menemukan foto yang Jane minta, foto itu adalah foto terakhir bersama ayahnya. Foto yang diambil di Bedugul, Bali. Mereka tampak begitu bahagia dimana  Lea memamerkan keranjang stroberinya yang sudah terisi penuh, mama Nirma dengan topi putihnya bergaya memetik buah strowberi untuk anaknya, dan papanya terlihat sedang menikmati teh, duduk di potongan kayu tempat mereka berkebun. Jane tidak bisa menahan tawanya ketika melihat muka Lea di foto tersebut.

“jaaaaan” teriak Lea

“sumpah ngakak. ini beneran muka lo Yak?” ucap Jane seolah tak percaya

“lo operasi apa gimana sih Yak”

“jan” ucap Lea serius

“lagian lo beda banget, yang dulu item banget, kurus, kucel banget, parahnya lagi rambut lo kayak dora the explorer. Sekarang jadi putri manis, kulitnya juga kuning langsat hampir putih (Jane nggak malas mengakui kalau sahabatnya ini putih). Sumpah diliat dari manapun, itu kayak bukan elo Yak, lo berubah drastis.” Ucap Jane jujur

Lea bangkit untuk berkaca membandingkan dirinya yang sekarang dengan dirinya yang ada difoto.

“iya juga sih Jan. buluk banget gue dulu” ucapnya masih nggak percaya kalau dia pernah sedekil itu

“pantes papamu nggak mengenali wajah lo”

“tapi aku ini anaknya Jan, nggak mungkin kalau dia nggak tahu gue”

“kalau dia melihat, memperhatikan lo bener – bener tentu papamu tahu. Tapi kan itu hanya sepintas Yak, hanya beberapa detik. Paling pol lampu merah itu 1,5 menit. Itupun kalau lo di lampu merah dari awal sampai akhir dan berpapasan terus sama mobil papa lo”

“Iya juga sih” batin Lea

“tapi bantu gue menemukannya ya Jan” Lea benar – benar memohon kepada Jane

Jane mengacungkan 2 jempolnya dan tersenyum

“oiya jangan bilang mama ya”

“Gue dah tau kalik” ucap Jane

“Janji?”

“Hm” ucap Jane sambil mengacak rambut Lea

"Sama Eden" susul Lea

"Kenapa nggak boleh?" Ucap Jane

"Nggak usah aja"

Jane mengangguk mengiyakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Three Union Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang