“Papa…papa…” ucap Lea lemah nyaris tidak terdengar karna belum siuman.
Jane tidak tega melihat hal tersebut, dia bisa merasakannya. Jane menggeser kursinya agar lebih dekat dengan tubuh Lea. Jane menggenggam tangan Lea begitu lembut,jemarinnya mulai bergerak mengelus lembut tangan Lea. Nggak tau yang menggerakkan tangannya siapa, rasanya itu bukan jiwa Jane banget. Jane tipe orang yang nggak bisa menunjukkan perhatiannya ke orang lain, meskipun orang lain itu sudah akrab dengannya, tetap saja tidak bisa. Bukan karena ego, tapi memang dari alam bawah sadar dirinya seperti itu.
“jane…” Lea membuka matanya, kemudian menangis sesenggukan menahan suara tangisnya
“menangislah dipundakku jika lo mau” Jane memeluk Lea, mencoba menenangkan seperti seorang kakak yang menenangkan adeknya. Jane yakin kalau sesuatu telah terjadi pada sahabatnya, tapi untuk kronologinya dia belum bisa menanyakan kepada Lea dalam keadaan seperti ini.
Lea semakin mempererat pelukannya, dia seperti anak kecil yang ketakutan. Tangisnya tidak bisa ditahan lagi, air matanya telah membanjiri pundak Jane. Suara tangisnya menambah kesan sepi dan dinginnya angin pagi yang membawa daun - daun jatuh dari induknya.
Meskipun pelan, Tangis Lea berhasil terdengar oleh telinga Eden yang baru saja tiba di pintu setelah pergi membelikan teh hangat untuk Lea. Eden mempercepat langkahnya tenang tanpa suara, Eden mendapati gadis itu, dia terdiam terbawa suasana, sepertinya Lea sedang tidak baik – baik saja, batinnya.
“eh ini minumnya” eden menyodorkan minumnya
Jane menoleh, meregangkan pelukannya. Setelah itu jane menatap Lea dengan tatapan penuh kedamaian dan meyakinkan sembari memberi satu anggukan yang pelan namun mantab. Lea terus berusaha menenangkan dirinya sendiri, tidak ada gunanya dia nangis terus.
“minum” ucap Jane lembut sambil menyodorkan gelas tersebut ke mulut Lea
“ ehm, Lea. Lo pulang aja ya, nanti biar gue antar” ucap Eden ketika melihat Lea sudah agak baikan
“nggak usah, gue disini aja sama Jane. Sekarang, Lo masuk kelas aja. masih ada satu jam kimia buat ikut ulangan” ucap Lea dengan senyumannya yang hampir membuat Eden goyah
“nggak, gue anterin aja ya. Biar Jane aja yang masuk kelas. Kasian pak Broto nanti rindu,nggak kuat kalau nggak ketemu dia.” Ucap Eden nyengir
“t*ik lo ya. Modus lo gede banget” ucap Jane tidak terima
“yaudahlah, lo anterin Lea. Daripada disini kedinginan kasian gue. Yang laundry selimut sumpah oneng banget, masak nggak disisain satu pun selimut disini.” Susul Jane
“lea?” ucap Eden menatap Lea. Menunggu kesanggupan Lea
Lea menggaguk pasrah
“oiya, lo belum gue restui, jaga baik – baik, jangan macam – macam.” Ucap Jane sok mengancam
“Tenang napa Jan, gue Cuma mau nganter sampai kamarnya aja kok memastikan Lea tidur, nggak lebih” ucap Eden nyengir
“sampai depan gerbang sudah cukup boy, nggak usah berharap lebih. Disuruh masuk udah syukur lo” ucap Jane sambil menahan tawa
Dulu waktu Jane main ke rumah Lea, Jane dikira cowok sama bu nirma, ibu Lea. Tapi memang untuk orang yang gak tau dia, pasti mikir kalau dia cowok, jadi pandangan ibu Lea normal tidak salah.
Jane itu kurang lebih seperti Chicco Jerikho, tapi dia lebih manis dikit sih. Waktu itu, Lea mengajak Jane ke kamar untuk mengerjakan tugas, Jane menutup pintu kamar agar lagu yang diplay tidak terdengar sampai luar, takutnya ganggu ibunya yang diluar karna volumenya sangat besar. Kemudian ibuknya masuk kamar Lea membawa beberapa cemilan dan 2 gelas minum. Begitu masuk wajah bu Nirma Nampak merah padam siap meledak, Jane biasa aja, Jane berpikir kalau ibunya marah paling gara – gara lagu yang ia putar terlalu keras. Ternyata ibunya marah karna Lea membawa masuk Jane ke kamar dalam keadaan pintu dikunci. Jane bingung, tapi Lea malah ketawa terpingkal – pingkal sampai mengeluarkan air mata. Ibunya semakin jenkel dan menyuruh Jane untuk keluar. Jane keluar dengan wajah bingung, tapi tangannya berhasil di tahan Lea. Bu Nirma minta maaf kepada Jane setelah mendengar penjelasan dari anaknya. Mereka bertiga tertawa bersama.
“Jan gue pulang duluan ya” pamit Lea kepada Jane
Jane menganggukkan kepala sambil senyum- senyum menginat kejadian di kamar Lea tersebut
“oiya lo jangan senyum – senyum sendiri, tambah bg nanti” ucap Lea yang sebenarnya juga ingin ketawa mengingat kejadian itu.
“hh, udah lah gue pergi ke kelas ya” ucap Jane beriringan dengan langkahnya meninggalkan mereka
“btw, makasih ya bro” ucap Eden
“bro pale lo” teriak jane
“Yuk” mengajak Lea untuk melangkah beriringan menuju parkira.
Eden berniat menggenggam tangan gadis disampingnya, tapi dewi fortuna tidak dipihaknya. Lea memasukkan tanggannya ke kantong jaketnya karna kedinginan.
“ah timing tidak tepat, padahal hangat tangan gue hm” batin Eden kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cengingisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Union
RandomLea tidak bisa hidup tanpa sahabatnya, Jane. Di sisi lain Lea memiliki pacar baru bernama Eden, keduanya saling mencintai. Tapi setelah beberapa bulan, hubungan mereka harus berakhir. Bertiga, nggak ada orang ke 3.