3

6 0 0
                                    

Seperti hari kemarin, semua guru memperkenalkan dirinya  disusul oleh siswa- siswi di kelas XII IPA 6. Bel pergantian jam ke 5 berbunyi, itu tandanya kami akan kedatangan guru fisika. Semua penghuni kelas masih sibuk dengan kegiatan masing – masing, ada yang main uno, ngobrol biasa, cekikikan, dan berkeliaran kesana kemari dan tertawa~.

“Assalamualaikum” suara bapak – bapak dari balik pintu, berhasil membuat kami berlarian untuk duduk di tempat masing - masing.

“waalaikumsalam” jawaban kami sambil menatap bapak itu

“Baik sekarang pelajaran fisika kita mulai dengan pembacaan bismillah”

Semua siswa mengucap basmalah secara bersamaan, hati mereka senang karena mendapati guru yang ramah banget, senyumnya tulus banget, dan keliatan baik, tidak seperti guru fisika yang sudah mereka bayangkan bakalan seram.

“paling juga perkenalan lagi, bosen ah” bisik eden kepada temen semejanya yang terdengar oleh kuping Lea.

“keluarkan kertas, tulis nama dan kelas” perintah guru fisika

“baik pak” sautan dari anak kelas sambil saling berpandangan bingung.

Guru lain masuk kenalan udah, beres. Ini pake acara selembar kertas segala.(Jadi maunya apa?)

Guru itu beranjak dari tempat duduknya dan  menuliskan 5 soal di papan tulis dengan entengnya. Semua siswa makin jengkel  tapi penasaran dengan guru itu.

“ asam banget tu guru, baru masuk udah gas aja” bisik Rara, si mulut pedas.

“iya nih. Udah gitu senyumnya pas masuk tadi manis banget oy, ternyata gini amat.” Ucap ica, teman semeja Rara.

Memang senyumnya  dapat meluluhkan hati setiap insan budiman, tulus banget 9999X

“pilih 3 soal dari 5 soal tersebut, 45 menit ke depan dikumpulkan ke depan. Kerjakan sendiri – sendiri!” perintah guru itu

“ maaf pak, bukankah kita seharusnya kenalan dulu” ucap Brian, ketua kelas.

“oiya saya lupa”

Seisi kelas bahagia mendengarnya, dalam hati berbisik “ makasih Brian, sang penyelamat”

“ kenalannya nanti saja, selesai mengerjakan 3 soal di papan tulis”

Harapan semua insan malas ini sirna oleh ucapan sang raja

“jan, lo tahu?” Lea sangat antusias untuk bercerita di sela – sela mengerjakan soal

“tidak” jawabnya asal, masih serius dengan fisikanya

“ih gue nggak niat tanya tapi mau bercerita” cerocos Lea protes

“terus tadi apa?” Jane menjawab dengan logis

“guru ganteng itu yang aku temui di bus kemarin hari senin”

“terus gue harus apa dong?”

menjengkelkan sekali, gue belum selesai ngomong” Lea menampakkan wajah kesal bertubi – tubi

Waktu bus sampai di jalan merapi, guru itu masuk dan duduk di samping gue. Dia duduk sambil membaca koran, serius banget mukanya. Setelah itu lea mengalihkan pandangannya keluar bus. Bapak itu sepertinya telfon, Lea tidak sengaja mendengar percakapannya. Guru fisika itu berkata dengan seorang disebrang sana, “ saya sudah mengetahui keberadaan Jane pak, sudah bisa saya pastikan.” Selang beberapa saat dia membuka mulut lagi “ terimakasih pak mikail” ucapnya lagi.

“sudah 45 menit, silakan dikumpulkan.” Suara itu menghentikan cerita Lea

“ belum pak” jawab kami serentak

“kumpulkan saja apa adanya, dalam hitungan 3 tidak dikumpulkan dianggap tidak mengerjakan.” Perintah bapak itu tegas

“1….2….3…” Semua siswa berbondong – bonding ke depan untuk mengumpulkan hasil kerjanya.

“baik perkenalkan nama saya pak Dasa Inrasepta” semua siswa memasang telinga baik- baik, berharap perkenalannya lebih dari nama. Tapi semua harapan  lagi – lagi sirna.

“perkenalkan nama saya Arya Al – Azhar,....” panjang kali lebar perkenalan dari anak yang duduk di depan paling pojok

“siapa yang menyuruhmu perkenalan sepanjang itu?” Tanya pak Dasa dingin, membuat kami melongo

“nggak ada pak, biasanya kalau perkenalan dengan guru lain seperti itu pak.” Jawab Arya gemetar berusaha menjelaskan

“dengan saya tidak usah banyak basa – basi, karna saya tidak akan memberi hadiah ulang tahun dan berkunjung ke rumahmu. Tapi cukup dengan memanggilmu saja untuk mengarjakan soal ke depan” ucap pak dasa dingin.

Perkenalan berjalan sesuai yang di inginkan pak Dasa, kemudian beliau menutup pelajaran dengan membaca hamdalah bersama, setelah itu melangkah pergi.

“jangan lupa belajar tentang vector untuk pertemuan minggu depan. Oiya jangan membicarakan saya di belakang saya, bicarakanlah di depan saya” susulnya

“iya pak” jawab kami serempak

Punggung pak Dasa sudah tak Nampak oleh mata, kelas berubah menjadi pasar, rame sekali membicarakan pak Dasa  yang diprovokatori oleh tukang kompor  kelas XII IPA 6, yaitu Eden Takuko dan Rara Elliot.
                                    ****

Lea dan Jane memilih untuk ke kantin karena tidak mau nimbrung, dan kebetulan perut mereka sudah memberontak.

“yak, kamu tadi serius mendengar itu?” Tanya Jane sambil menyeruput soto mbak warni

“dengar apa?” ucap Lea tidak peduli

“oiya jangan panggil gue yak lagi titik nggak pake koma! Lo kira gue leak apa? Susulnya dengan menatap Jane sok kejam. Lucu banget kalo Lea pasang muka kek gitu.

“yang di bus itu” jawab Jane menatap tajam Lea, tanpa mempedulikan peringtan Lea tadi.

Lea mengangguk mengiyakan.

Three Union Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang