Part 3 : Bosan dan Frustrasi

70 25 9
                                    

Lanjutan part sebelumnya ❣️ Vote dan comment

   “De, nyari babi yuk nanti” ajak Evan memecah keheningan.

   “Boleh” jawab Alde datar yang sejak tadi memainkan Smartphone-nya.

   “Baru juga masuk, jangan cari masalah dulu. Baru aja Lo ngatain si 'Irene baru masuk udah cari masalah' Ga inget lu?” sahut Fito menekankan setiap kalimat kepada Evan.

   “Ga, Gue lupa tuh. Lagian Lu emang ga pernah mau kale Fit, jadi jan bacot!”

   “Kalau Gue ga sehat, Gue bakalan ngelakuin pikiran gila Lo!”

   “Anak mami sih Lo!”

   “Lo munafik malahan!”

   “Bacot Lo semua, Gue jadi kalah neh!” ucap Alde yang sejak tadi bermain game tapi juga mendengarkan baik-baik perdebatan kedua sahabatnya.

   “Takdir!” balas Fito dan Evan barsamaan, membuat Alde melirik mereka berdua dan berdengus kesal.

Bel Istirahat telah berbunyi, membuat seluruh siswa harus kembali ke kelas masing-masing, begitu pun juga Fito dan Evan tapi tidak dengan Alde. Bocah itu disuruh ke perpustakaan oleh Bu Filda untuk mengikuti privat bimbingan Matematika yang dipilih langsung oleh wakil kepala sekolah untuk mengikuti Lomba Olimpiade Matematika se-Jawa, tepatnya akan dilaksanakan 2 bulan ke depan. Padahal masih lama dan ini baru awal masuk sekolah, tapi pihak sekolah seakan tidak mau tahu dan menuntut. Hanya prestasi dan hasil maksimal yang ingin mereka dapatkan, tanpa menoleh ke kondisi murid-muridnya. Setidaknya, murid harus beradaptasi dulu dengan sekolah setelah sekian lama libur sekolah. Rasanya memang tidak adil tapi itu sudah biasa terjadi pada Alde sejak SMP, bukan hal yang mengejutkan lagi.

Alde berjalan dengan tegak serta pandangan lurus, tapi dalam hatinya ia menggerutu malas. Padahal niatnya sekolah hari ini hanya untuk melanjutkan tidurnya tapi rasanya sejak tadi dia tidak mendapatkan peluang tersebut.

Sesampai di perpustakaan sudah ada penjaga perpustakaan dan Pak Reza. Guru Matematika yang berusia sekitar 40an, beliau sedang membuat soal yang pastinya akan diberikan kepadanya Alde. Alde mengedarkan pandangan secara teliti melihat seluruh isi ruangan. Tidak ada siswa lain kecuali dia, yang berarti kemungkinan besar hanya dia saja yang akan di ikutkan Lomba.

   “Saya aja yang ikut?” ucap Alde tiba-tiba duduk di depan bangku gurunya yang sibuk dengan tulisannya.

   “Iya, kamu saja” ucap Pak Reza yang sebelumnya beliau memasang wajah terkejut tapi selang beberapa detik ekspresinya kembali datar, mungkin karena kedatangan Alde yang tiba-tiba tanpa salam membuat siapa saja ingin menjitaknya.

Alde hanya mengangguk paham.
Dalam hatinya dia senang sekaligus tenang, setidaknya dia tidak mendapat gangguan atau di SKSD-in oleh satu tim Olimpiade seperti sebelum-sebelumnya. Tak masalah jika Alde bekerja sendiri.

Keadaan ruangan menjadi hening, hanya ada suara pulpen yang sedang mencoret-coret kertas. Alde yang tak tahu harus apa dan merasa bosan, memutuskan untuk membuka Smartphone-nya tapi dalam hitungan detik Smartphone-nya diambil secepat kilat oleh Pak Reza membuat Alde menatap tajam guru itu sekaligus bingung.

Pak Reza menyodorkan beberapa lembaran yang berisi 50 soal Matematika. ”Kerjakan ini dalam waktu 1 jam, baru saya kembalikan HP-mu”

Alde yang tak mau berdebat dengan pria tersebut hanya menghela napas berat, mengambil kertas yang diberikan lalu mengecek lembaran-lembaran itu.

   “Jika aku bisa mengerjakan kurang dari 1 jam, imbalannya apa? Aku tidak mau bekerja tanpa upah” Alde kembali menatap gurunya dengan ekspresi polos tapi seakan menantang.

Two Bad AttitudesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang