Part 8 : Hukuman BK

11 4 0
                                    

Haloo readers! Lagi buntu nih, Butuh dukungan semangat, bantuin vote dan ramein kolom komentar ya!
Soalnya aing butuh penyemangat kayak kamu. Luv❣️

Sudah 3 hari semenjak insiden meminta nomer di taman sekolah, si gadis itu tidak segera mengirim pesan padanya. Jangan membuatnya penasaran. Mana bisa cowok sebrandal ini dibuat resah.

Cowok itu sedang duduk di bangku kelas, matanya sejak tadi menatap keluar jendela. Ia sejenak memikirkan kejadian waktu itu. Untuk apa nomernya itu? Tak ada pesan masuk darinya. Ah, tapi sudahlah banyak hal penting lain untuk dipikirkan. Alih-alih Alde membuka buku yang penuh isi angka dan rumus matematika, saat ini ia sangat bersungguh-sungguh untuk memenangkan olimpiade tersebut.

Evan menepuk bahu Alde "Ayolah De kita ke kantin, otak lo ga mau meledak apa? Jangan dibawa terlalu serius" bujuk Evan dengan nada meyakinkan.

  "Engga, gue lagi pengen serius" jawab datar Alde dengan tangan kanan yang sibuk menulis angka.

  "Ga seru lu! Yaudah lah" cibir Raffi lalu meninggalkan kelas disusul oleh Evan dan Fito.

*****

  "Sekali lagi panggilan untuk Irene Armond, segera keruang BK sekarang" suara dari resepsionis terdengar nyaring ke seluruh penjuru sekolah.

Suara itu sudah kedua kalinya terdengar di telinga Irene, tapi Irene malah masih duduk tenang di kantin sambil memakan makanannya.
Padahal sebelumnya ada anak OSIS yang telah memberitahu jika ia harus segera ke ruang BK. Raut wajahnya tetap sama, tenang seakan tak terjadi apa-apa. Ia sedikit kesal dengan suara berisik itu, mengganggu jam makannya saja.

  "Ren?" Panggil Hagi memastikan temannya tidak tuli.

  "I know" balas Irene tenang.

  "Mau gue temenin ke BK?" ajak Kevin dengan nada menggoda. Irene hanya melirik tajam menandakan 'sebaiknya lo diam '

  "Lu buat masalah apa lagi?" tanya Aurel. Dia tau jika temannya itu selalu saja membuat masalah, walaupun tak beda jauh darinya.

  "Biar gue tebak, gelut sama adkel?" tebak Kevin penuh yakin.

  "Tepat sekali!" Sanna mewakili.

  "Dia yang bikin ulah duluan!" ucap Irene tak ingin disalahkan sebelah pihak.

  "Jadi?"

  "Fine! Gue ke BK sekarang" Irene segera berdiri dengan raut wajah tak enak.

  "Mau gue temenin?" tawar Sanna.

  "Ga usah" singkatnya lalu meninggalkan teman-temannya, menuju ruang BK

Sekarang Irene tampak sangat kesal, tergambar jelas. Bisa saja jika ada orang yang tanpa sengaja menabraknya, siap-siap akan menerima cakaran dan caci maki dari gadis ini.

Berjalan di lorong sendiri bukanlah hal yang menyenangkan, sepi hanya ada suara-suara gaduh dari beberapa sudut. Irene menarik napas, mencoba menenangkan perasaannya. Jangan mudah marah, itu membuatmu cepat keriput dan jelek.

  "Bruk!" Irene baru saja tertabrak seseorang dan nyaris saja terjatuh, untungnya tidak.

Dengan cepat Irene berbalik badan dan bersiap untuk menarik napas panjang. Jari telunjuknya menuding tepat depan sosok yang menabraknya.

  "Ga punya mata apa, lo?!" Semprotan pertama dari Irene.

  "Kalau jalan pake mata, bego!" Semprotan kedua.

  "Lo gabisa apa ga usah lari-lari kek bocah? Untung aja gue ga jatuh! Kalau gue jatuh terus luka terus ninggalin bekas? Lo mau tanggung jawab apa?!" Semprotan ketiga. Tebakan ku benar kan? Cacian maki hahaha.

Two Bad AttitudesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang