I : Si Nyebelin

419 174 178
                                    

Seorang cewek sedang menguncir rambut sepinggangnya. Matanya menatap ke arah lapangan sekolah, dimana pertandingan basket sekarang sedang dimulai. Dan kalian tahu, kelasnya kali ini sedang bertanding dengan jagoan dari kelas IPS 1.

Ia menggunakan pakaian olahraga dengan lengan panjang. Memang agak panas untuk musim bulan agustus ini. Baru saja ia beranjak keluar menuju lapangan, kulitnya mulai terbakar dan berwarna kemerah-merahan. Derita punya kulit putih!, umpatnya kesal.

Di seberang lapangan, dua orang cewek melambai-lambaikan tangannya ke arah gadis itu, lalu menepuk kursi kosong di sebelahnya.

"Alesha!" teriak salah satu dari mereka.

Cewek yang tak lain bernama Alesha berlari kecil menuju kursi kosong di antara mereka.

"Hah! Capeknya, mana kulit gue kayak abis keluar dari oven juga." Gerutu Alesha sambil meniup-niup lengan kanan dan kirinya secara bergantian. Tangannya yang semula memerah kini kembali memutih.

"Eh itu lihat!" seru cewek yang berada di sebelah kirinya sambil menunjuk seorang cowok yang kini tengah menggiring bola basket menuju ring.

Alesha dan cewek di sebelah kanannya menoleh.

"Oh my gosh!" teriak kedua temannya.

"Itu Haga, Ya Tuhan.. Cakep bener mukanya, nggak kadaluarsa aja padahal udah tiga tahun sekelas ama gue." Hana, cewek yang berada di sebelah kirinya mulai gila, sorak-sorak nggak jelas.

"Ish, masih gantengan Raksa tau." Bela Mika tak kalah ributnya dengan Hana. Dasar, baru ketemu cogan saja sudah lupa daratan, untung nggak lupa perairan. Alesha hanya menutup telinganya rapat-rapat. Memang stok cogan di sekolah ini ada berapa ya? Rasanya, dua anak ini selalu membahas seseorang yang sama. Haga dan Raksa.

"Tapi Haga itu kapten tim!" Hana berkacak pinggang, tak terima dengan pernyataan Mika. "Iya tahu, tapi Raksa itu multi-talent, tampan, cool, tinggi, pokoknya tipe semua ceweklah,"

"Lo kira Haga enggak?" Hana mulai kepanasan. Sebentar, apa teman-temannya ini mulai meributkan hal yang tidak penting lagi? Tuhan, obat waras mereka kayaknya semakin hilang pengaruhnya. Bukannya menonton pertandingan basket, Alesha seolah sedang mendengar perdebatan tidak berguna dari kedua teman dekatnya.

Pertandingan terus berlanjut, skor dari tim IPA 1 dan tim IPS 1 susul-menyusul. Kalau begini bagaimana bisa wasit menentukan siapa yang menang?

Seorang cowok dengan telaten menggiring sebuah bola basket dan Yah! Sorak-sorai para penggemar, mulai dari adik kelas hingga ibu kantin terdengar nyaring. Lebih nyaring suara kedua temannya yang kini sudah melompat-lompat bahagia di depannya.

"Wuhu.. Kapten, I love you!" teriak Hana sambil merentangkan tangannya ke atas.

"I Proud of you IPA 1!" Kini teriakan Mika yang terdengar melengking.

Alesha menatap aneh teman-temannya, memang luar biasa. Jika kedua temannya ini berteriak kencang, ia malah duduk dan bertepuk tangan biasa.

Perlukah bertepuk tangan untuk dua orang menyebalkan itu?

DindingSemu

Dinding SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang