Alesha reflek mengangkat kepalanya saat tahu tangan seseorang tengah terulur untuk memegang erat kedua bahunya.
"Pak Ar-"
Belum selesai ia bergumam dengan kekejutannya, Alesha dengan cepat mengatur posisi duduknya dan memberi jarak sedikit dengan tepi kursi panjang.
"Maaf Pak, saya tidak sengaja," ia menundukkan pandangannya, bukan karena takut, tapi ia segan dengan orang yang berada di depannya. Orang itu bukan temannya yang bisa diajak adu mulut, ini Pak Arka! Gawat, demi apapun kali ini ia merasa malu sekali di depan guru Fisikanya itu. Lebih baik ia digangguin sama Haga daripada harus kena masalah dengan Pak Arka.
Ya Tuhan, kalau besok aku masih hidup nggak bakal cari masalah lagi deh sama Pak Arka, kalau sekarang akhirnya, tolong maafin salah Alesha yang tiap kali ulangan selalu bohongin temen yang kadang pura-pura nggak kedengeran kalau dipanggil.
Arka sepertinya tidak peduli dengan alibi salah satu muridnya itu. Ia berlalu begitu saja meninggalkan Alesha dengan pandangan menunduknya. Yang terpenting sekarang adalah soto bu Atik yang terkenal paling enak se-kantin SMA itu.
Cewek berkuncir kuda itu melihat bayangan tubuh guru fisikanya menjauh hanya bisa bernafas lega. Ternyata Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk bisa merasakan ketenangan hidup dalam artian tidak diberikan tugas sebagai bentuk permintaan maaf dan pertanggungjawaban. Kalau ketenangan hidup dalam artian bebas dari gangguan Haga sih Tuhan masih belum berkehendak.
"Ck, gara-gara lo sih!" Adu Alesha kesal ketika melihat Haga sedang menahan tawanya agar tidak meledak. Cowok itu menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah sebagai tanda perdamaian mereka. Tapi, negative thinking memang nggak jauh dari sifat asli Alesha setiap kali berhadapan dengan cowok tinggi di depannya, ia malah mengira kalau Haga sedang mengejek dirinya.
"Lo itu jadi manusia kok ngeselin banget, orang tua lo nggak salah punya anak model begini?"
"Gini-gini yang ngeselin justru ngangenin, lagian orang tua gue bangga punya anak yang diciptakan buat selalu ada di samping lo." Ucap Haga menggoda. Tawanya pecah walau tidak terbahak-bahak saat melihat wajah cewek di sebelahnya itu memerah, entah menahan amarah atau memang malu. Tapi sepertinya cowok itu yakin kalau opsi kedua tidak mungkin dialami oleh cewek di sebelahnya.
DindingSemu
Kali ini sial memang sedang tidak jauh-jauh dari cewek bermata hazel itu. Ia baru ingat bahwa pelajaran setelah jam istirahat adalah fisika. Oh my gosh, bagaimana bisa ia menahan malu ketika berhadapan dengan guru yang baru saja nyelamatin dia. Eh tapi kenapa dia harus malu? Harusnya merasa bersalah dong. Kayaknya besok Alesha harus bawa buah tangan buat nebus kesalahan dia tadi.
"Biasa aja dong liat mukanya Pak Arka," bisik Mika dari bangku belakang. Sekolah tempat Alesha menuntut ilmu adalah sekolah di mana setiap meja berisikan satu siswa, tidak seperti sekolah lainnya yang harus berbagi meja.
"Shut up!" balas perempuan yang duduk di depan Mika dengan kalimat penuh penekanan. Duh, dia pun sampai nggak sadar kalau ternyata Arka sudah memulai pelajaran mengenai teori relativitas khusus.
Buru-buru ia membuka buku paket tentang materi tersebut dan mencoba mengembalikan kesadarannya untuk tetap sadar dan tidak melamun.
Di akhir pelajaran, guru muda itu menunjuk beberapa siswa untuk menjelaskan ulang sedikit materi mengenai prinsip-prinsip relativitas einstein. Semua murid tentu diam dan berakting dengan berpura-pura membaca buku dengan serius. Simpel saja, jika mereka dipanggil dan tidak bisa menjawab, nilai sikap akan diberi nilai B- yang berarti murid itu harus mengerjakan tugas tambahan untuk memperbaiki nilai sikap menjadi B ataupun A.
"Alesha Airta! Kapan dan apa nama rumusan yang Einstein berikan untuk perluasan prinsip Galileo?" Guru fisika itu dengan tegas memanggil namanya dan menjelaskan pertanyaan yang pada saat ia dengar, ia tidak mengerti apa yang dibicarakan pria muda itu. Apa otaknya menolak untuk mencerna pertanyaan dari gurunya?
"Alesha!" Sekali lagi pria muda itu memanggilnya dengan suara yang lebih tinggi. Sontak perempuan yang merasa namanya dipanggil langsung berdiri tegak.
"Prinsip relativitas Einstein yang didasarkan pada dua postulatnya-"
"Salah! Jawabanmu tidak ada kaitannya dengan pertanyaan saya." Kali ini otaknya sepertinya minta diajak berantem, pada saat Arka berucap kalimat tersebut, entah kenapa otaknya memutar ulang apa pertanyaan dari pria muda yang menjabat sebagai guru fisika itu.
"Maaf, Pak. Teori ini ditemukan pada ta-" Alesha buru-buru meralat jawabannya dan berharap bahwa pria itu dapat memberinya kesempatan.
"Satu kali jawab tanpa pengulangan. Ini membuktikan bahwa kamu tidak serius di pelajaran saya." Nahkan.. Baru saja Alesha berharap udah dijatuhin kayak gini. Cewek itu diam dan kembali duduk dengan lesu.
Sebelum mengakhiri pelajaran pada pagi menjelang siang ini, Arka membacakan tugas apa yang akan ia berikan pada murid-murid kurang disiplinnya. Tentu bukan Alesha satu-satunya.
"Ketua kelas telah saya beri soal mengenai materi yang kita pelajari akhir-akhir ini." Kepala Alesha kini hanya menyisakan beberapa bilangan angka puluhan yang menjelaskan mengenai jumlah soal yang akan di dapat.
Tiga puluh? Empat puluh?, batinnya mencoba menerka-nerka berapa banyak soal yang akan ia dapatkan, karena berhubungan hari ini ia tidak membawa benda berbentuk persegi panjang itu.
"Alesha, Gila!" Bahunya ditepuk oleh seseorang dari arah kanan.
"Lo dapat enam puluh lima soal dari Pak Arka!" Ucap Hana yang histeris melihat soal tak berperikemanusiaan kepada sahabatnya.
"Enam puluh.. lima?"
Demi apapun, dari awal pria itu sebenarnya sudah dendam karena mungkin pria itu mengira bahwa apa yang dilakukan dirinya di kantin adalah salah satu bentuk kesengajaan.
"Dikumpulin besok," lanjut Mika yang kali ini dengan raut wajah seakan mengejek cewek yang sedang duduk di depannya.
"Gue kayaknya harus ngasih pesan-pesan terakhir deh buat kalian."
Ada yg ngira kalau Alesha bakal ditolongin Haga atau Raksa nggak? Hehe..
Kalau kamu suka dg part ini,
Jangan lupa klik (⭐) di pojok kiri ya!Stay tuned for the next chapter,
See you~922 word
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinding Semu
Teen FictionAlesha dibuat pusing dengan sikap Haga yang selalu mencari kesempatan untuk bermulut manis dengannya. Padahal secara terang-terangan, ia menunjukkan sikap risih kepada cowok itu dengan kode untuk minta dijauhi dan mencari perempuan lain sebagai gant...