III : Throwback

289 133 67
                                    

Alesha mengusap dahinya yang penuh dengan peluh. Jarinya sedari tadi sibuk mengetik. Ia alihkan matanya menuju langit di mana awan tak nampak satupun. Huh, pantas saja mandi keringat, batinnya. Pohon besar kesayangan murid-murid di lapangan telah menjadi korban tebang oleh pihak sekolah. Pemandangannya pun tak seasri dulu. Kini malah makin terlihat gersang, walaupun tanaman kecil seperti pohon bonsai masih menghiasi.

"Putri Solo kepanasan nih." Canda Hana sambil merangkul paksa bahu Alesha. Ia tertawa geli melihat ekspresi menyedihkan yang ditunjukkan sahabatnya.

Alesha, cewek itu sedaritadi cemberut. Sibuk menampilkan ekspresi tak suka dengan keadaan sekitarnya. Cewek itu tidak sedang mendukung ataupun meneriaki kata-kata semangat ke tim kelasnya, namun ia malah sibuk memainkan handphone-nya. Buka instagram, tutup instagram, buka kamera, tutup kamera karena tak tahu mau memfoto siapa, buka aplikasi chat, dan akhirnya ditutup. Memang ya, hidupnya seorang jomblo itu flat banget. Namun nyatanya cewek itu lebih menikmati kegiatannya daripada sibuk meneriaki tim kelasnya.

"Ya gitu terus aja neng sampe diriku dilamar Shawn Mendes," Ujar Hana gemas melihat kegiatan unfaedah yang tengah dilakukan oleh Alesha.

"Huh... habisnya kesel, instagram sepi, chat juga sepi, mau foto siapa juga nggak tahu. Astagaaah, hidup gue kok gini-gini amat," Alesha meletakkan handphone-nya lalu memandang ke depan.

"Cari pacar atuh neng, liat tuh si Shane, daritadi nempel mulu sama pacarnya," Hana menunjuk seseorang yang duduk tak jauh dari mereka sedang merangkul mesrah pundak sang pacar. Bukannya iri, Alesha malah bergidik ngeri.

"Syukurlah gue jomblo, jijik sama yang begituan." Ledek Alesha sambil mengibaskan tangannya di udara.

"Jomblo tuh nggak hina ya, lebih enak jadi kaum-kaum Jombs daripada gituan," jelasnya sambil tersenyum bangga.

Hana mengangguk-angguk paham. "Baru tahu gue kalo Jomblo ada manfaatnya, Haha." Tawanya renyah. Ya begitulah, Hana selalu ngebet punya pacar dan menjadikan Haga sebagai salah satu list pacar idaman. Gila memang. Apalagi cewek itu pernah membayangkan bagaimana bentuk surat nikahnya dengan sang idaman.

"Gue nggak bisa bayangin deh, kalau undangan nikah gue sampulnya ada tulisan H&H. Duh.. Cocok banget gitu. Kayak celengan sama uang, tak terpisahkan." Jelasnya suatu hari.

Pertandingan bola basket terus berlanjut. Menit demi menit Alesha habiskan untuk memerahkan kulit kuning langsatnya. Bola terus saja direbut oleh semua orang yang bertanding, berlomba-lomba memasukkannya ke ring basket. Sorak sorai kegembiraan dan kekecewaan memekakkan telinga perempuan itu membuatnya mau tak mau harus menutup telinganya rapat-rapat. Apa dengan kepanasan ini ia bisa mati mengenaskan? Oh God, Alesha terus mengeluh, wajahnya masam, sedangkan tangannya sibuk menutupi wajahnya agar terhindar dari cahaya matahari.

Skincare 30 juta gue hilang nih, gerutunya.

Hana yang mendengar gerutuan sahabatnya kembali tertawa. Tangannya terangkat untuk menepuk-nepuk keras punggung Alesha hingga perempuan itu mengaduh kesakitan.

"Skincare apaan, Neng? Pake body lotion aja nggak pernah. Dasar Jamanudin!" Alesha mendengus kesal. Memang ada benernya sih temannya ini ngomong begituan, dirinya memang orang penting yang suka banget sibuk, saking sibuknya tiap hari rebahan mulu. Skincare yang dihadiahin dari mommy-nya pun terbengkalai berdebu.

Dinding SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang