Maura : Pulih

8 1 0
                                    

Sabtu, 05:15 WIB

Aku merenggangkan badanku, aku merasa lebih baikan . Aku buka sedikit jendela, supaya udara segar memasuki indera penciumanku

Sabtu pagi yang cerah, aku turun menghampiri mbok Lastri di dapur

"Eh, Non Ara udah bangun? Mau susu?" tanya mbok Lastri dengan celemek yang masih terpasang

Aku menggeleng "Ara mau jalan jalan pagi dulu mbok."

Pagi ini benar benar segar, jarang aku melakukan MeTime, selama ini hanya terfikirkan Dia . Membuat penat semakin terasa dihati dan fikiran.

Sekeliling komplek masih sepi, ini damai, membantuku melupakan sakit sejenak, aku berjalan hingga berhenti di taman komplek

Aku merasa ada yang mengenai rambutku, aku menoleh kebelakang

Secarik kertas.

Aku mengambil lintingan kertas, dan mengedarkan pandangan, aku tak melihat siapa siapa disini, hanya Mentari yang masih malu malu cahayanya timbul

Aku mengeluarkan ponsel dan menyalakan blitz kameraku

Hai,

-Jangan bersedih malam telah berlalu, kesedihanmu membuat Mentari enggan muncul-

G.L

Pesan dalam secarik kertas itu masih menjadi misteri ,tapi sungguh aku berterima kasih pada siapapun pengirimnya ini sedikit menjadi moodmakerku pagi ini

Lama aku terdiam termenung, aku merasa diawasi, aku edarkan pandangan lagi keselilingku, tak ada siapa siapa hanya suara burung burung lucu yang bersahutan

Aku lanjutkan melangkahkan kaki

Sreekk

Aku waspada, ada yang mengintaiku

"Siapa disana?" hening, tak ada sahutan

Aku mempercepat langkah kaki ku menuju rumah, namun ada yang menarik tubuhku menjauh dari jalan, aku berontak sebisaku,

"Hei, heiii, ini gua."

"Astaga!! Lang! Apa sih, bikin gue jantungan aja!" aku kesal tapi Langit malah menatapku serius

"Iya maaf, gua gatau kalo lu segitu takutnya Ra, maaf ya.." pinta Langit

"Udah ah, gue mau balik," saat hendak berdiri tanganku ditarik halus oleh Langit, tidak kencang tapi cukup membuatku terhuyung ke badan Langit

Langit menatapku membuat aku mengerjapkan mata beberapa kali, langit tampak berbeda, masih dalam posisi didekap Langit, dia memotong rambut yang selama ini dibangga banggakan menjadi mirip anggota Militer

"Ini Oma gue yang mau, makanya mau ga mau gue harus nurut," Langit berucap dengan nada lesu, aku tau Langit sangat menyayangi Oma Maria

"Gue kira lo mau masuk Militer," aku melepaskan rangkulan tangan Langit "Yaudah ayo kerumah gue aja, udah mau siang," aku berjalan mendahului Langit

"Maaf Ra, gue belum bisa jujur kenapa gue berubah, mungkin nanti kalau gue siap, tapi gue rasa ga akan pernah siap Ra." batin Langit bicara

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk DanisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang